Solo - Seribuan massa yang berasal dari berbagai elemen dan organisasi Islam di Solo Raya menggelar aksi demonstrasi mengecam pandangan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Islam. Sekaligus sikapnya yang terkesan membolehkan rencana penayangan ulang kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah Charlie Hebdo.
Aksi digelar di bundaran Gladag pada Rabu 28 Oktober 2020. Pantauan Tagar di lapangan, massa hadir dengan beragam atribut mulai dari poster protes hingga beragam ukuran bendera. Salah satunya spanduk yang bergambar Presiden Prancis dan bertuliskan 'Macron Go to Hell'.
Dalam orasinya, massa menghadirkan kronologi majalah satir Prancis, Charlie Hebdo yang mengumumkan akan menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad SAW. Diumumkan Selasa, 1 September 2020, dalam rangka menandai dimulainya persidangan kasus penyerangan kantor mereka pada 7 September 2015.
Awal bulan Oktober 2020, Presiden Macron menyampaikan pernyataan tentang ancaman kelompok radikal muslim yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekulerisme di Prancis.
“Ada kelompok radikal Islam, sebuah organisasi yang mempunyai metode untuk menentang hukum republik dan menciptakan masyarakat secara paralel untuk membangun nilai-nilai yang lain,” kata seorang orator menirukan perkataan Macron.
Dan pada 16 Oktober 2020 seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty dipenggal di daerah Eragny oleh seorang pemuda pendatang dari Chechnya bernama Abdoullakh Abouyezidovitch yang baru berusia 18 tahun.
Setelah kejadian itu, Presiden Macron langsung mendatangi lokasi dan menyatakan bahwa pelaku adalah seorang radikal muslim.
Kami juga mengimbau kepada umat Islam di manapun berada untuk melakukan boikot pembelian dan pemakaian produk apapun buatan Prancis.
Dan pada 23 Oktober 2020, lanjut dia, Presiden Macron mengatakan bahwa Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia. Ini yang kemudian disimpulkan bahwa pemerintah Prancis membiarkan majalah Charlie Hebdo yang menghina Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berekspresi.
Humas aksi, Endro Sudarsono menyatakan pernyataan dari Presiden Macron inilah yang membuat umat Islam di kawasan Solo Raya bergerak.
"Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memberikan pernyataan yang tidak sekedar menyinggung perasaan dan keyakinan umat Islam tapi juga telah ikut serta melindungi pelaku penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan agama Islam," kata Endro.
Untuk itu, lanjut dia, umat Islam Solo Raya yang juga bagian dari komunitas muslim dunia menuntut Presiden Prancis meminta maaf dan menyadari telah melakukan kesalahan fatal terhadap umat Islam di Dunia.
Baca juga:
- Anggap Macron Rasis, Fadli Zon Ajak Boikot Produk Prancis
- Presiden Prancis Dikritik Keras Anak Buah Megawati
- Tetap Bela Prancis, Pogba: Agama Saya Bawa Damai dan Kasih
Tidak hanya itu, massa juga meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Perancis.
"Kami juga mengimbau kepada umat Islam di manapun berada untuk melakukan boikot pembelian dan pemakaian produk apapun buatan Prancis," tegasnya.
Dalam demonstrasi damai itu, perwakilan massa menggelar aksi teatrikal menggotong dan memukul boneka Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap sikapnya yang dinilai membiarkan majalah Charlie Hebdo menghina umat Islam. []