Uang Kepeng Kampung Shapowei Pererat Hubungan Bali-China

Uang kepeng kampung Shapowei pererat hubungan sejarah budaya Bali-China. "Sampai sekarang di Bali masih digunakan untuk upacara keagamaan," kata Cai Jincheng.
Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di Kota Xiamen, Fujian, China, Rabu (2/5). Kampung yang dihuni oleh sekitar 40 ribu jiwa tersebut hingga kini masih mempertahankan kebudayaan China di masa lampau termasuk peninggalan bersejarah zaman kekasisaran Ccina dan sempat berpengaruh serta berakulturasi dengan budaya di berbagai daerah di Indonesia. (Foto: Ant/Nyoman Budhiana)

Xiamen, China, (Tagar 2/5/2018) – Pemerhati studi Indonesia Cai Jincheng mengungkapkan, kampung wisata Shapowei di Xiamen, Provinsi Fujian, China, mempererat hubungan sejarah kebudayaan Bali dan Tiongkok, salah satunya dengan keberadaan uang kepeng yang hingga saat ini masih dimanfaatkan umat Hindu di Pulau Dewata untuk melengkapi upacara.

"Ini semacam pertukaran budaya yang sejak zaman dahulu berlangsung dan sampai sekarang di Bali masih digunakan untuk upacara keagamaan," kata Cai Jincheng ketika mendampingi awak media dari Bali di Shapowei, Xiamen, Provinsi Fujian, Rabu (2/5).

Cai Jincheng mengungkapkan, di kawasan wisata sejarah budaya itu terdapat museum yang memajang beberapa peninggalan bersejarah ketika daerah itu menjadi pusat pelabuhan perikanan dan perkapalan.

Salah satu peninggalan yang ditampilkan di antaranya uang kepeng atau uang logam berbentuk bulat yang di tengahnya bolong.

Perkampungan Budaya ChinaSejumlah warga menggelar kesenian kawasan kampung budaya Shapowei, Kota Xiamen, Fujian, China, Rabu (2/5). (Foto: Ant/Nyoman Budhiana)

Cai Jincheng menjelaskan, uang kepeng merupakan peninggalan Dinasti Ming yang berkisar tahun 1368 hingga 1643 Masehi dan Dinasti Qing tahun 1644 hingga 1911.

“Pis Bolong”

Masyarakat Bali menyebut uang logam bertuliskan huruf China tersebut "pis bolong" yang masih digunakan sebagai sarana pelengkap ritual Hindu di Pulau Dewata.

Mantan Kepala Pusat Studi Indonesia dari Fakultas Budaya Timur dan Bahasa Universitas Guangdong itu menambahkan, adanya peninggalan yang dipamerkan di museum tersebut menjadi kesempatan mengenalkan kepada masyarakat Tiongkok bahwa uang kepeng dilestarikan di Bali.

Sehingga hal tersebut diharapkan dapat mengangkat citra Pulau Dewata sebagai destinasi pariwisata budaya yang saat ini menjadi favorit turis China.

Uang kepeng, lanjut dia, juga menandakan hubungan kedua bangsa terjalin erat saat masa lampau yang dibawa para pedagang dan perantau dari Tiongkok ke Indonesia salah satunya Bali.

"Lain halnya dengan di Bali yang masih digunakan untuk upacara keagamaan, kalau di China uang kepeng itu hanya menjadi peninggalan sejarah," ucapnya.

Saat ini Shapowei menjadi "museum" ragam budaya setelah dipugar melalui program pengembangan tahun 2016.

Kawasan perairan itu kini tertata rapi dan cukup bersih meski tidak lagi menjadi pusat perikanan. (ant/yps)

Berita terkait
0
Pasca Idul Adha, Mentan SYL Sidak Stok dan Harga Pangan di Pasar Kota Makassar
Mentan SYL melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Pabaeng-baeng, Kota Makassar guna mengetahui langsung dinamika stok.