Tuntutan Pembubaran Banser Bukti Nyata Ada HTI di Papua

HTI dan gerombolan radikal menyusupkan kaki di mana-mana. Kini mereka bermain dalam isu Papua agar Indonesia tercabik. Tulisan opini Eko Kuntadhi.
Prajurit TNI berjaga di Kompleks Gedung DPRD Mimika, Papua, Sabtu (24/8/2019). (Foto: Antara/Sevianto Pakiding)

Oleh: Eko Kuntadhi*

Menjelang perayaan 17 Agustus kemarin isu pelecehan Somad pada simbol salib meledak. Videonya viral. Yang pertama kali memposting adalah akun @kajianustadabdulsomad_. Di-share oleh ribuan orang lain, video pelecehan itu menyebar dan mengundang berbagai tanggapan.

Kini akun tersebut sudah lenyap. Jika menilik dari nama akunnya dan isi postingan sebelumnya, akun ini terkesan sebagai amplifikator semua ceramah Somad. Jadi ketika akun itu memviralkan ceramah Somad tentang salib, ada kesan kesengajaan. Pemilihan waktu yang pas mungkin juga diperhitungkan, mengingat menurut Somad itu adalah ceramahnya tiga tahun lalu.

Apa yang terjadi setelah itu? Tuntutan pada Somad. Umat Kristen marah. Dan Somad menyatakan tidak mau minta maaf.

Ketika ada pihak yang bereaksi dan tersinggung dengan pernyataan Somad lalu menuntut secara hukum, ada pihak lain membangun narasi bela ulama. Somad dijadikan simbol membenturkan sentimen Islam-Kristen. Suasana ini sampai sekarang terus disuarakan. Isu agama menyembul ke permukaan.

Itu sebuah potongan fragmen. Ada fragmen lain.

Menjelang 17 Agustus juga, terjadi insiden di asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Karena isu soal bendera merah putih, segerombolan orang mendatangi asrama itu. Mereka terdiri dari massa FPI dan kelompok lain. Korlapnya diketahui bernama Tri Susanti, mantan Caleg Gerindra yang gagal.

Dalam insiden itu tidak ada pemukulan, penangkapan atau kekerasan. Yang ada hanya geruduk massa ke asrama. Polisipun kabarnya berhasil menyelesaikan masalah dengan tertib. Hanya ada satu video, berupa umpatan seseorang di depan asrama. "Monyet kalian," begitu katanya.

Nah, satu umpatan itulah yang kemudian digoreng luar biasa. Pernyataan itu dibingkai dalam isu rasisme. Membangkitkan sentimen solidaritas masyarakat Papua. Tapi di Papua sendiri bukan hanya umpatan itu yang dijadikan bahan membakar masyarakat. Ceramah Somad yang melecehkan salib juga disampaikan ke publik Papua. Kita tahu, sebagian besar penduduk Papua memeluk Kristen atau Katolik, di mana salib merupakan simbol yang disakralkan.

Klop lah. Ketersinggungan agama dan ras menjadi bumbu untuk menggerakkan Papua. Lalu demo dan kerusuhan semarak. Digoreng oleh berbagai pihak. Mulai dari LSM, beberapa elit Papua, sampai gerombolan khilafah.

Coba lihat di media sosial, para pengasong khilafah seperti bersorak sorai melihat kondisi di Papua saat ini. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk mencerca Jokowi.

Tuntutan itu sebetulnya agak aneh. Banser atau Ansor adalah organisasi di bawah naungan NU yang paling keras meneriakkan NKRI.

Dilihat dari intensitas dan bergulirnya keadaan, orang normal mudah menyimpulkan bahwa gerakan ini bukan tetiba terjadi. Artinya sebuah umpatan dari video yang beredar gak mungkin bisa menjadi satu-satunya pemicu sampai seluruh Papua bergejolak. Gerakan ini sudah direncanakan sangat matang jauh hari sebelumnya. Video itu cuma sekadar sentuhan kecil untuk membuatnya lebih meledak.

Isu Somad dan Papua menyatu dalam sebuah bingkai, merongrong NKRI.

Jadi di wilayah NKRI lain sedang dibangun narasi gesekan agama dengan memakai mulut kotor Somad yang menghina salib. Videonya sengaja disebar. Sementara di Papua statemen itu juga dipakai untuk membakar massa bersama video pelecehan rasial. Agak sulit melihat bahwa semua persoalan ini tidak saling berkait. Ketersambungannya begitu terang.

Di media sosial para pengasong khilafah dan LSM berlomba untuk memanaskan situasi dengan dua narasi yang seolah berbeda tapi tujuannya bertemu: bagaimana gesekan terus terjadi dalam masyarakat. Baik di Papua maupun di tempat lain.

Sebuah informasi menjelaskan bahwa pertumbuhan HTI di Papua termasuk yang paling tinggi di Indonesia. Bahkan pada salah satu konferensi khilafah internasional utusan dari Indonesia berasal dari Papua. Ini sedikit menjelaskan kesalingterkaitan berbagai isu yang ada di Papua sekarang.

Yang paling kentara adalah tuntutan pembubaran Banser (Ansor) menjadi salah satu butir dari 9 butir tuntutan Papua kepada pemerintah Indonesia.

Tuntutan itu sebetulnya agak aneh. Banser atau Ansor adalah organisasi di bawah naungan NU yang paling keras meneriakkan NKRI. Kiprahnya dalam menjaga NKRI, menjadikan Banser target nomor satu yang dimusuhi HTI. Nah, ketika dalam salah satu butir tuntutan Papua malah memasukkan tuntutan pembubaran Banser, kita akhirnya tahu, siapa saja yang mengail dalam kisruh Papua.

Itulah yang menjelaskan kenapa video ceramah Somad tiga tahun laku baru diviralkan sekarang. Kenapa akun @kajianustadabdulsomad_ yang pertama kali menaikkan video tersebut kini menghilang. Kenapa massa pendukung Somad dibakar untuk melakukan pembelaan pada Somad atas ceramah yang menista agama lain itu. Dan kenapa kini ada tuntutan pembubaran Banser di Papua.

Semuanya terang benderang. Hanya HTI dan gerombolan yang ingin Indonesia cerai berai yang tidak suka pada Banser. Hanya orang yang ingin Indonesia bubar yang meminta pemerintah membubarkan Banser. Jejak Banser sebagai organisasi penjaga NKRI sudah tercatat sejak zaman kemerdekaan. Tuntutan pembubarannya hanya cara licik menunggangi kasus Papua untuk menghancurkan pertahanan NKRI.

Kita akhirnya paham. HTI dan gerombolan radikal sudah menyusupkan kakinya di mana-mana. Kini mereka bermain dalam isu Papua. Agar Indonesia tercabik.

Dan saya, tetap bersama Banser. Sebab saya hanyalah orang yang mencintai Indonesia. Membela keberadaan Banser adalah wujud kecil dari membela Indonesia.

*Pegiat Media Sosial

Berita terkait
Warga Papua di Semarang Bawa Bendera Bintang Kejora
Bendera Bintang Kejora berkibar di aksi damai warga Papua di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Upacara Adat Bakar Batu, Solusi Untuk Damai di Papua
Penyanyi Edo Kondologit menyarankan kepada pemimpin daerah Papua Barat, Papua, dan Jawa Timur untuk menggelar pertemuan adat Bakar Batu.
Papua, Anak Emas yang Ngambek
Papua mendadak panas dingin. Mulanya adalah gesekan masyarakat dengan mahasiswa asal Papua di berbagai kota. Tulisan opini Eko Kuntadhi.