Jakarta - Pilot Batik Air Djarot Harnanto sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum (RSU) Siloam Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia menjalani perawatan, setelah pingsan dalam pesawat dari Jakarta menuju Kupang.
Ketika menerbangkan pesawat, ada beberapa perubahan kondisi yang bisa saja mengancam keselamatan pilot. Apalagi berkaitan dengan perubahan tekanan udara, tubuh pilot harus beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Berikut Tagar rangkumkan dari sciencedaily tujuh penyakit yang rentan menyerang pilot.
1. Gangguan Penglihatan dan Pencahayaan
Pilot membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk beradaptasi dalam keadaan gelap (terbang malam hari) dibanding keadaan terang. Hal itu yang menyebabkan lampu dalam cockpit berwarna merah untuk memudahkan pilot beradaptasi. Jika tidak cermat dan cepat beradaptasi, maka dapat berakibat fatal.
2. Spatial Disorientation
Pilot bisa mengalami spatial disorientation, terutama pada kondisi ketinggian tertentu. Gangguan ini menyebabkan tidak dapat merasakan posisi dan gerakan pesawat sebenarnya, sehingga miring bisa dianggap lurus, begitu juga sebaliknya, dan pesawat lurus dianggap berbelok.
3. Gangguan G- Force
Gangguan ini bisa terjadi dalam bentuk ringan sampai berat. Kasusnya paling rentan terjadi pada penerbang pesawat tempur. Gejalanya di antaranya kesulitan bergerak, kesulitan bernapas, tekanan darah turun drastis, hingga terasa berat di dada. Selain itu, pandangan bisa mendadak gelap seketika.
4. Sopite Syndrome
Gerak tak terduga yang disebabkan karena mengantuk. Kadang disebut juga mabuk perjalanan yang membuat mata tiba-tiba tertutup. Gangguan ini berbahaya, karena pilot sering tidak dapat menyadari ha itu sebelumnya.
5. Kedinginan
Temperatur udara di atas ketinggian tertentu bisa menyebabkan rasa dingin berlebihan. Gangguan yang disebabkan antara lain hipotermia, kaki terasa kaku, dan frostbite. Untuk mengantisipasinya bisa dengan memakai pakaian yang hangat.
6. Altitude sickness
Gangguan yang sering dialami pilot. Jenisnya beragam, mulai dari kelelahan, jantung berdebar-debar, kemampuan visual berkurang, paranoia, penurunan fungsi kognitif, dan depresi. Bila tidak cepat dikendalikan akan sangat berbahaya.
7. Hipoksia
Hal ini biasa terjadi juga pada pendaki gunung. Gejalanya meliputi kesulitan bernapas, napas makin cepat, dan mendadak lemas. Kadang pilot tidak menyadari perasaan excited atau ekspresif sebagai tanda dari hipoksia. Gangguan ini menyebabkan rentetan gangguan lain seperti spatial disorientation.[]