Untuk Indonesia

Tuan, Kembalikan Tulisan Bung Karno dari Danau Toba

Dalam lawatan Tuan di Danau Toba, saya lihat Tuan menyeberangi danau naik speedboat menuju Grand Inna Hotel Parapat untuk beristirahat.
Dua serdadu negeri Tuan mengawal Bung Karno dan Haji Agus Salim di Parapat. (Foto: Facebook Ichwan Azhari)

Oleh: Ichwan Azhari*

Surat untuk Raja Belanda: Dalam lawatan Tuan di Danau Toba, saya lihat Tuan menyeberangi danau naik speedboat menuju Grand Inna Hotel Parapat untuk beristirahat. 

Jika Tuan mengamati dengan seksama, dari danau menjelang Grand Inna Hotel, Tuan dapat melihat bangunan bersejarah yang sangat anggun menatap ke arah danau. Itu bangunan yang dibangun orang dari negeri Tuan, masa negeri Tuan menjajah negeri ini.

Di bangunan itu serdadu dari negara Tuan tahun 1948 memenjarakan tiga pemimpin kami selama dua setengah bulan, Bung Karno, Bung Sjahrir, dan Haji Agus Salim. Bung yang kedua itu dilepaskan serdadu negeri Tuan lebih dulu ke Jakarta, sebagai strategi untuk korespondensi poros Parapat-Jakarta dalam rangka kepentingan negeri Tuan menjajah negeri kami kembali. 

Sebelum ke rumah Parapat ini, ketiga pemimpin pelangi itu (nasionalis, sosialis, Islam) ditahan di rumah tahanan Lau Kumba Brastagi)

Bung Karno dan Haji Agus Salim tetap ditahan di rumah itu. Dengan pengawalan serdadu negeri Tuan yang kadang mabuk-mabukan di tepi danau dan bosan menjaga pahlawan kami di tempat yang indah itu.

Tuan, Bung Karno di situ menuliskan beberapa perintah kenegaraan penting terkait konsolidasi negeri Tuan ingin menjajah kembali dan strategi perlawanan yang dilakukan Bung Karno dan teman-temannya. Ada berlembar-lembar (dengan tanggal yang berbeda-beda) surat tulisan tangan ditulis Bung Karno dari rumah cantik itu.

Dengan pengaruh Tuan dapat kiranya arsip itu dikembalikan ke Parapat, sebagai memori berlangsungnya peristiwa sejarah nasional di sebuah kota kecil di tepian Danau Toba

Telegram yang menggetarkan itu pernah saya pegang dan baca dengan hati berdebar pada tahun 2014 di Arsip Nasional negeri Tuan di Den Haag. 

Dulu tulisan tangan itu dibawa serdadu Tuan ke kantor telegram terdekat lalu dikawatkan ke Jakarta, sebagai instruksi Bung Karno (tentu di bawah kontrol intelejen negeri Tuan di Parapat) untuk percaturan dan pertarungan politik Indonesia-Belanda di Jakarta. Lembar aslinya dikirim serdadu itu ke Den Haag dengan kode Geheim (rahasia).

tulisan tangan soekarnoTulisan tangan Bung Karno yang ditulis di rumah tahanan Parapat, di Arsip Nasional Belanda di Den Haag. (Foto: Facebook Ichwan Azhari)

Sebagian telegram tulisan tangan Bung Karno itu dikawatkan dalam bahasa kawat (telegram) yang utuh dalam kalimat telegram yang kaku dan gerbang. Telegram yang terketik sesuai tulisan asli Bung Karno. Tapi ada juga yang diubah oleh intelejen negara Tuan.

Tuan, arsip keberadaan pahlawan kami dalam tahanan di Parapat saya yakin sangat banyak di Den Haag. Ini terkait juga berbagai pertemuan, rapat, interogasi, bujuk rayu dan gombal para intelejen Tuan agar para pemimpin kami melemah pada waktu berada dalam tahanan itu. Bahan-bahan arsip Parapat ini belum ditulis dalam Historigrafi Indonesia.

Tuan, arsip politik poros Parapat-Jakarta dari rumah tahanan tepi Danau Toba itu harusnya dikembalikan baik asli maupun repro. Lama saya bermimpi rumah itu bisa dijadikan museum perjuangan RI.

Saya sudah mengajak pemerintah pusat kami, bicara beberapa kali pada gubernur yang berkompeten dan yang menguasai rumah ini, tapi belum membuahkan hasil. 

Siapa tahu dengan usaha Tuan mengembalikan arsip itu ke rumah di Parapat ini, menyebabkan pemerintah kami (yang sering lalai ini) akan merombak mess Pemprovsu itu menjadi museum perjuangan bangsa. 

Museum yang bermartabat kebangsaan, bukan sekadar berfungsi sebagai mess yang mengkerdilkan memori kebangsaan kami.

Sewaktu saya ke negeri Tuan, Arsip Parapat yang disimpan di Den Haag ini masuk kategori arsip rahasia yang berada dalam pengawasan petugas arsip dengan ketat. Saya mengalami kesulitan merepronya semua. 

Dengan pengaruh Tuan dapat kiranya arsip itu dikembalikan ke Parapat, sebagai memori berlangsungnya peristiwa sejarah nasional di sebuah kota kecil di tepian Danau Toba. 

Walaupun pahit bagi sejarah modern negeri Tuan, karena memang, arsip itu akan membongkar praktik-praktik jahat intelejen Tuan yang waktu itu ingin menjajah kembali negeri kami. Salam dari negeri di bawah angin.

*Penulis adalah sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara

Tulisan ini sudah tayang di Facebook Ichwan Azhari berjudul:

Surat untuk Raja Belanda (2)


Tuan, Kembalikan Arsip Tulisan Tangan Bung Karno dari Rumah Tahanan Parapat, Tepi Danau Toba (Hilangnya Narasi Poros Politik Parapat-Jakarta dalam Historigrafi Indonesia

Berita terkait
Raja Belanda di Samosir Minum Wine dari Mangga Toba
Raja dan Ratu Belanda memberikan apresiasi ketika mengunjungi Eco Village Tourism di Kabupaten Samosir.
Masyarakat Adat Batak Desak Raja Belanda Minta Maaf
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak mengeluarkan pernyataan sikap menyusul kehadiran Raja Belanda.
Bisakah Tuan Kembalikan Bendera Singamangaraja XII
Bendera itu dan benda-benda warisan lainnya dari Batta Laender dibawa Christoffer pulang ke Belanda.