Magelang - Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 ternyata membawa rasa takut dan trauma tersendiri bagi warga Desa Keningar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Warga ikut mengungsi meski wilayahnya tak masuk dalam radius lima kilometer zona bahaya erupsi.
Sesuai rekomendasi dari Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, wilayah di Kecamatan Dukun yang masuk Kawasan Rawan Bencana III erupsi Merapi adalah Desa Ngargomulyo, Krinjing, dan Desa Paten.
Kepala Desa Keningar Rohmat mengaku warga desanya masih was-was dengan kejadian erupsi Merapi 10 tahun lalu. Ketika mendengar prediksi BPPTKG yang menyebut Merapi bakal erupsi tak lama lagi, maka warga pun diliputi perasaan cemas.
"Untuk evakuasi ini, meskipun Keningar tidak (masuk) rekomendasi oleh BPPTKG, tetapi bahwa kami menyadari kami berada di daerah rawan bencana. Masyarakat juga terkait pasca (erupsi) 2010 mentalnya trauma itu masih ada, di posisinya was-was kekhawatiran," kata Rohmat Sayidin di sela evakuasi warga, Minggu, 8 November 2020.
Masyarakat juga terkait pasca (erupsi) 2010 mentalnya trauma itu masih ada, di posisinya was-was kekhawatiran.
Karena kondisi tersebut, lanjut Rohmat, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan lembaga desa, Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), desa penyangga, dan lembaga terkait lainnya.
"Kemudian kami putuskan hari ini kami melakukan evakuasi, pertolongan dengan lembaga lembaga terkait dan juga relawan. Sehingga ada beberapa warga kami yang rentan, ada 115 orang kami bawa ke desa penyangga," jelas dia.
Sesuai dengan konsep sister village atau Desa Kembar yang memang sudah terbentuk, Desa Keningar bekerja sama dengan Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid sebagai desa penyangga. Warga yang dievakuasi pertama adalah yang termasuk dalam kelompok rentan, seperti orang lanjut usia, ibu hamil, ibu menyusui, balita, serta difabel.
"Sementara yang dievakuasi warga dari dua dusun, yakni Dusun Banaran dan Dusun Gondangrejo," ucap Rohmat.
Salah satu warga, Sri Ningsih, mengaku ikut dalam kelompok yang dievakuasi lantaran dirinya tengah hamil. Dalam kondisi tersebut, dirinya merasa tidak mungkin jika tetap tinggal sementara status Gunung Merapi kini meningkat menjadi Siaga (level III)
"Karena status merapi sekarang sudah siaga tiga, saya termasuk yang rentan karena hamil dan punya anak kecil balita. Kalau nanti Awas baru mengungsi, kondisi tidak memungkinkan, terlalu terburu-buru mungkin, itu prediksi saya," ujar Sri.
Baca juga:
- Bayi 15 Hari Magelang Ikut Mengungsi Hindari Erupsi Merapi
- Tempat Pengungsian Merapi di Magelang Terapkan Prokes
- Magelang Tanggap Darurat Merapi, Rp 5 Miliar Disiapkan
Sementara itu, Kepala Desa Ngrajek Muhammad Rizky Kurniawan mengatakan pihaknya telah menyiapkan empat lokasi untuk penampungan para pengungsi.
"Kami dari Desa Ngrajek menyiapkan empat lokasi, tapi untuk saat ini kami baru siap dua lokasi dikarenakan jumlah pengungsi kurang lebih hanya 200 orang. Lokasi pertama menggunakan rumah saya sendiri sekaligus sebagai gudang logistik, kemudian yang kedua kami menggunakan Gedung SD Negeri Ngrajek 1," bebernya.
Untuk kebutuhan lain, seperti logistik, sudah tersedia dari dukungan BPBD, Pemerintah Desa Keningar dan Desa Ngrajek. Tempat alternatif juga sudah siap jika jumlah pengungsi bertambah. Di antaranya gedung sekolah MI Maarif dan aula Pondok Pesantren Al Muktakin Ngrajek. []