Tower Bersama Terbitkan Obligasi Rp 1,5 Triliun

Emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menerbitkan obligasi berkelanjutan III tahap IV senilai Rp 1,5 triliun.
Logo Bursa Efek Indonesia (IDX).

Jakarta- Emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) hari ini mengumumkan penawaran umum berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap IV Tahun 2020. Tower Bersama menerbitkan surat utang tersebut dengan nilai Rp 1,5 triliun.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 24 Maret 2020, obligasi Tower Bersama ini diterbitkan dalam dua seri dan akan dicatatkan di BEI pada 26 Maret 2020. Yakni Seri A (TBIG30ACN4) dengan jumlah senilai Rp 633 miliar. Obligasi ditawarkan dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,25 persen per tahun dengan jangka waktu 370 hari kalender. Obligasi seri A diterbitkan pada 24 Maret 2020 dan jatuh tempo pada 4 April 2020.

Yang kedua seri B (TBIG03BCN4) senilai Rp 867 miliar. Tower Bersama menerbitkan obligasi seri B dengan tingkat bunga tetap sebesar 7,75 persen per tahun dan berjangka waktu tiga tahun. Obligasi seri B diterbitkan pada 24 Maret 2020 dan jatuh tempo pada 24 Maret 2023. Baik obligasi seri A dan B, pembayaran kuponnya setiap tiga bulan.

BRI menjadi wali amanat penerbitan obligasi Tower Bersama

Yang menjadi wali amanat dalam penerbitkan obligasi berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap IV yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sedangkan PT CIMB Niaga Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia dan PT Indo Premier Sekuritas berperan sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Menurut Adi Pratomo Aryanto Irvan Susandy, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 1 BEI, hasil pemeringkatan dari PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) untuk obligasi ini adalah AA-idn (Double A Minus). Satu tahun setelah tanggal penjatahan, perseroan dapat melakukan pembelian kembali (buyback) untuk sebagian atau seluruh obligasi. Perseroan mempunyai hak untuk memberlakukan buyback tersebut sebagai pelunasan obligasi atau disimpan untuk kemudian dijual kembali dengan harga pasar.

Obligasi ini tidak dijamin dengan jaminan khusus. Namun dijamin dengan seluruh harta kekayaan perseroan baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi jaminan bagi pemegang obligasi ini.

Dana hasil obligasi ini untuk pembayaran sebagian kewajban keuangan anak perusahaan perseroan, PT Solu Sindo Kreasi Pratama, setelah dikurangi biaya. Hal ini terkait dengan fasilitas pinjaman revolving dalam fasilitas pinjaman 375 juta dolar AS yang akan dibayarkan kepada para kreditur melalui United Overseas Bank Ltd. sebagai agen.

Total emisi obligasi dan Sukuk

Berdasarkan catatan BEI, total emisi obligasi dan Sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2020 adalah 13 emisi dari 11 emiten senilai Rp 15,67 triliun. Dengan pencatatan obligasi Tower Bersama ini maka total emisi obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 425 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 441,56 triliun dan 47,5 juta dolar AS dan diterbitkan oleh 116 emiten.

Sementara Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 92 seri dengan nilai nominal Rp 2.812,62 triliun dan 400 juta dolar AS. Penerbitan Efek Beragunan Aset (EBA) sebanyak 12 emisi senilai Rp 10,62 triliun.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Pemerintah Tawarkan Obligasi Ritel SBR009, Mau?
Pemerintah kembail menawarkan instrumen surat utang negara (SUN) ritel atau obligasi ritel jenis Savings Bond Ritel (SBR) SBR009.
OJK Berikan Akses Informasi Penerbitan Obligasi Daerah
OJK mendorong penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah sebagai upaya pendalaman pasar keuangan sekaligus sebagai alternatif pembiayaan pembangunan daerah.
BTN Raup Rp 5 Triliun dari Obligasi
Dana dari pasar modal sebesar Rp 5 triliun dalam rangka penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I 2017 berhasil diraup PT Bank Tabungan Negara Tbk.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi