Tolak Perda Syariah, Poligami, Hoaks Award, PSI: Kami Ingin Publik Paham

'Sering publik tidak tahu apa yang sedang dikerjakan partai politik. Kami ingin publik paham yang diperjuangkan PSI.'
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie di sela peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di kantor PSI Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018). (Foto: Tagar/Nuranisa Hamdan Ningsih)

Jakarta, (Tagar 11/1/2018) - Kehadiran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) semakin meramaikan peta perpolitikan Indonesia. Beberapa kali partai anak muda yang dipimpin Grace Natalie ini kerap mengeluarkan gagasan progresif yang menimbulkan pro kontra di berbagai lapisan masyarakat, bahkan hingga parlemen.

Beberapa waktu lalu, PSI telah menyodorkan piagam "hoaks award" ke Politisi Partai Demokrat Andi Arief atas kasus hoaks 7 kontainer surat suara KPU yang telah tercoblos di Tanjung Priok. Selain itu, PSI juga mengirimkan piagam kebohongan ke paslon capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno, dengan dalil melakukan kebohongan di awal tahun pada kasus selang darah RSCM dan membuat tol tanpa utang.

Jika diamati sepak terjangnyanya, sering pada tanggal 11 PSI melancarkan wacana yang kontroversial.

Pada 11 November 2018, Ketua Umum PSI Grace Natalie menyampaikan sikap politik dan agenda partainya, terkait penolakan terhadap Perda syariah berbasis agama yang bersifat diskriminatif.

"Misi PSI di DPR tidak mendukung Perda Syariah dan Injil," ucap Grace dalam pidatonya di Jakarta (11/11/2018).

Lalu, dalam agenda di Surabaya pada 11 Desember 2018, Ketum Grace Natalie berbicara tentang hak-hak perempuan dan menolak tegas adanya praktik poligami di Indonesia.

Menentang poligami yang Grace ucap dalam Festival 11 di Surabaya, sontak menjadi buah bibir publik.

Menurut Juru Bicara PSI Andy Budiman, Festival 11 adalah salah satu ikhtiar untuk membuat tradisi politik yang baru, yang lebih sehat di masa mendatang.

"Kita ingin publik paham apa yang sebetulnya sedang diperjuangkan oleh PSI," jelasnya.

Andy menegaskan, dalam hal ini PSI tidak ingin mengulang kesalahan partai-partai lama yang berjarak dari publik dan dari masyarakat. Sehingga, membuat orang tidak tahu apa yang dikerjakan dan apa yang diinginkan oleh para politisi dari partai politik muka lama.

"Selama ini ada jarak antara partai politik dengan konstituen. Seringkali kita tidak paham apa yang sedang dikerjakan atau yang sedang dibentuk oleh sebuah partai politik. Nah, melalui Festival 11 ini PSI ingin mengubah komunikasi baru untuk menyampaikan program kerja," tandasnya.

Festival 11 yang ke-3 akan berlangsung di Bandung. Jubir PSI berjanji akan memberikan kejutan lagi ke publik, dengan nuansa yang tak kalah kontroversi dari sebelumnya.

"Nah di Bandung kami akan menyampaikan lagi isu yang juga tidak kalah pentingnya. Mungkin nanti ini akan menjadi kontroversi yang cukup besar. Gak usah saya bicarakan ya temanya, nanti gak seru kalau diungkap sekarang," pungkasnya. []

Berita terkait