Tolak Beras Impor, Dedi Mulyadi Singgung Penyebab Beras Mahal

Menurutnya, pola pertanian berbasis upah berupa uang merupakan fenomena di beberapa wilayah penghasil beras dan menyebabkan harga beras di pasaran tergolong mahal.
Dedi Mulyadi Soal Beras Mahal. Mahalnya beras itu karena terlalu banyak biaya yang tidak perlu. Padi ditanam, dipanen dan digiling (di daerah) lalu diangkut ke mobil para bandar. Setelah sampai di kota, berasnya dijual lagi ke daerah, ya jadi mahal, demikian jelas Dedi yang akan menjadi wakil gubernur berpasangan dengan Deddy Mizwar, di Pilgub Jawa Barat mendatang. (Rian)

Bandung (Tagar 23/1/2018) - Tolak impor beras untuk daerah Purwakarta, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, sebut regulasi di Indonesia terlalu rumit yang menyebabkan harga beras melambung tinggi.

Hal itu disampaikan Dedi Mulyadi, selaku Bupati Purwakarta yang kini maju dalam Pilgub Jawa Barat, Dedi dengan tegas menolak rencana pemerintah mengimpor beras, menurutnya, daripada mengimpor beras, Dedi memberi saran dengan solusi lain.

Dedi menilai, daerahnya saat ini belum membutuhkan beras impor, karena stok di Bulog dan gudang para petani saat ini masih memadai untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras) masyarakat Purwakarta dan Kabupaten Purwakarta.

"Impor beras belum perlu. Selama ada stok di gudang Bulog dan petani, saya kira tidak perlu impor beras. Ubah saja regulasi dan pengelolaan distribusi," ujar Dedi, Selasa (23/1).

Menurutnya, pola pertanian berbasis upah berupa uang merupakan fenomena di beberapa wilayah penghasil beras dan menyebabkan harga beras di pasaran tergolong mahal.

"Mahalnya beras itu karena terlalu banyak biaya yang tidak perlu. Padi ditanam, dipanen dan digiling (di daerah) lalu diangkut ke mobil para bandar. Setelah sampai di kota, berasnya dijual lagi ke daerah, ya jadi mahal," katanya. (rian)

Berita terkait