Togu Simorangkir, Berbagi Makan Gratis di Era Pandemi

Aksi beri kami makanan secukupnya atau beka manise di masa pandemi Covid-19 digagasi Togu Simorangkir di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Togu Simorangkir (kanan) dan Kepala Puskesmas Silau Malaha, Kabupaten Simalungun, dr Anita Simarmata, saat penyerahan APD ke Togu Simorangkir Initiative, Sabtu, 30 Mei 2020. (Foto: Tagar/Tigor)

Pematangsiantar - Belum lama di depan laptop sepulang ngobrol dengan teman di sebuah warung kopi tempat biasa mangkal di Kota Pematangsiantar, sebuah panggilan muncul di ponsel yang kebetulan dipegang boru siampudan atau putri paling kecil.

"Pak, ada telepon...," katanya, seraya menunjukkan monitor ponsel. Nama Togu Simorangkir tertera di sana.

"Di mana, Lae?" tanya suara di seberang ponsel. Suara yang tak asing, seorang pria dengan tampilan sederhana namun aksinya sudah kesohor di jagat sosial dan media sosial.

"Biasa, Lae. Di rumah, depan laptop," jawabku singkat, Sabtu, 30 Mei 2020 sekitar pukul 16.00 WIB.

"Sudah masihol (rindu) sama, Lae. Datang dulu ke Lorong 1, Jalan Mufakat," katanya. Sulit menolak permintaan pria yang satu itu.

Tak sesulit membayangkan lokasi yang dia sebut. Pasti sebuah titik di mana ada sebuah steling dan dilatari spanduk corak hijau lumut bertuliskan Beka Manise. 

Titik atau posko itu ada di sebuah emperan toko tak jauh dari Pasar Dwikora atau Pajak Parluasan, Kelurahan Sukadame, Kecamatan Siantar Utara.

Di spanduk itu tertulis di paling bawah Togu Simorangkir Initiative. Ya, pria yang tadi menelepon tak lain adalah Togu Simorangkir. Sosok yang dikenal aktif di media sosial untuk menggalang aksi sosial secara nyata.

Sudah bisa ditebak, apa yang akan disajikan pria lulusan pascasarjana dari Oxford Brookes University, Inggris, itu. Sekali, dia pernah mengajak nongkrong di sebuah kafe ternama di Kota Pematangsiantar sambil menikmati minuman khas tuak.

Namun ajakan itu belum tersanggupi, padahal di sana ada artis top Batak nan nyentrik, Tongam Sirait. Kepada Togu, menolak halus dengan alasan karena takut disemprot petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar di masa pandemi Covid-19.

Hitungan menit, tiba di lokasi di mana Togu dan beberapa orang yang kemudian dia sebut relawan Beka Manise sudah duduk dan nongkrong di sana. Ada Hotmen Siregar, pria yang menjadi penanggung jawab Beka Manise, dan 6-7 orang lainnya sebagai relawan dari Togu Simorangkir Initiative.

Hotmen sendiri merupakan pengelola parkir di sana. Namun, dia mau jadi relawan Beka Manise. Dia sejak pagi mengelola sebuah steling berisi pangan siap makan, yang bisa diambil siapa saja tanpa kutipan alias gratis. 

Nama Hotmen tertera di spanduk milik Togu Simorangkir Initiative. "Dialah penanggung jawab kegiatan ini," kata Togu, di sela kami berbincang.

Tebakan sejak awal benar. Togu sudah siapkan tuak. Minuman khas dari nira aren, yang memang dia konsumsi setiap hari sebagai pelepas lelah setelah beraktivitas sebagai penjual minuman mineral. 

Togu punya beberapa batang pohon aren di ladangnya di Sei Serapuh, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, yang bisa disadap dan dia konsumsi sendiri.

Togu SimorangkirTogu Simorangkir dan para relawan saat berada di posko Beka Manise di Jalan Mufakat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sabtu, 30 Mei 2020. (Foto: Tagar/Tigor)

Bersama Togu, ada tiga pria yang sudah menikmakti tuak. Kami mengobrol lepas, terutama dengan Hotmen Siregar dan Renfille Hasibuan tentang aksi sosial Beka Manise. 

Sebetulnya Beka Manise itu apa? Sesuai jargonnya, Siapa Saja Bisa Memberi, Siapa Saja Bisa Ambil Secukupnya, ini adalah gerakan sosial di masa pandemi Covid-19.

Di bawah naungan gerakan Togu Simorangkir Initiative, aksi ini membantu warga yang terdampak pandemi Covid-19. Beka Manise adalah singkatan dari Berikan Kami Hari Ini Makanan Secukupnya.

Ada banyak warga terdampak pandemi tak mampu menikmati pangan secukupnya. Di saat itu kemudian Togu dan relawannya hadir dengan menyuguhkan aksi sosial Beka Manise ini.

Setiap orang, siapapun silakan berdonasi kepada Beka Manise, baik bahan makanan maupun makanan siap santap. Kemudian, setiap orang yang merasa terdampak dengan pandemi Covid-19 silakan mengambil makanan yang tersedia di steling Beka Manise tanpa dikutip bayaran. Siapa saja tanpa melongok latar belakang suku, agama, ras, dsb.

Boru Sinambela, 73 tahun, seorang janda, sore itu di saat kami sedang santai dengan tuak, mengambil sebuah nasi bungkus di steling. Dia seorang tukang jahit di Pasar Dwikora.

Suaminya marga Tampubolon, meninggal tahun lalu. Anak sulungnya dia akui menderita leukemia. Parumaen atau menantunya seorang pekerja di katering masakan khas Batak dan kini menganggur akibat pandemi Covid-19.

Saya baca di media sosial, tergerak kami untuk ikut membantu aksinya

"Saya menjahit di pajak (pasar). Gimanalah, orang yang mau jahit pakaian sekarang sepi. Kalaupun ada, hanya membagusi yang kecil-kecil seperti kancing baju atau ruitsleting dan menjahit rojer (pakaian bekas)," katanya.

Togu SimorangkirSalah seorang penerima manfaat, boru Simorangkir, 73 tahun, saat mengambil makanan di steling Beka Manise yang berada di Jalan Mufakat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sabtu, 30 Mei 2020. (Foto: Tagar/Tigor)

Dia mengaku sudah dua kali mengambil makanan dari steling Beka Manise. Wanita ini sangat berterima kasih, karena tak dipungut bayaran untuk mengambil nasi bungkus. "Baguslah. Karena saya bisa ambil makanan meski tak membayar," terangnya.

Menurut Togu, aksi sosial itu sengaja ditempatkan di sekitar Pasar Dwikora atau Pajak Parluasan, untuk memberikan sebuah imaji positif tentang Parluasan, yang memang sejak lama dikenal sebagai daerah yang keras dan dulunya dikenal dengan aksi premanismenya.

"Kami menempatkan aksi sosial ini untuk membangun imaji positif, bahwa Parluasan tak hanya dikenal dengan aksi preman dan kekerasan. Tapi juga aksi sosial membantu warga seperti ini," kata pria yang sudah meraup sejumlah penghargaan atas sepak terjangnya dalam gerakan sosial kemasyarakatan di level nasional, termasuk membuka sopo atau rumah belajar di Kawasan Danau Toba di bawah bendera Alusi Tao Toba.

Hotmen Siregar, merupakan saksi hidup betapa mengelola Beka Manise menghadapi ragam tantangan, terutama cibiran dari sejumlah kalangan terhadapnya. Dia bahkan sampai dicurigai mengambil untung dari aksi sosial itu.

Hotmen menyebut, keuntungan apa yang dia ambil dari aksi dimaksud jika semua donatur meletakkan makanan atau bahan pangan di steling, lalu kemudian setiap orang juga mengambil makanan yang tersedia yang disumbangkan donatur tanpa dikutip bayaran.

Namun dia tak patah arang. Bersama para relawan lainnya terus menjalankan aksi itu, sejak 15 Mei 2020 lalu hingga sepanjang para donatur terus berdatangan untuk menyumbang, dan warga terdampak juga terus datang mengambil makanan.

Untuk bisa menjadi penerima manfaat di sana, mereka menerapkan protokol kesehatan, di antaranya warga yang datang mengenakan masker, suhu tubuhnya diukur dan tetap mencuci tangan pakai sabun. Fasilitas untuk itu disiapkan oleh tim Beka Manise.

Seperti Sabtu sore itu, seorang anak dan ibunya datang. Sebelum mereka mengambil makanan di steling, anak dan ibu tersebut terlebih dahulu mencuci tangan di alat cuci tangan portabel di sana, kemudian suhu tubuhnya diukur baru kemudian mereka mengambil makanan dalam bungkusan di steling.

"Pernah kami dapatkan ada ibu dan anak dengan suhu di atas 38 derajat celsius, kami sarankan agar ke puskesmas. Makanan tetap kami berikan," terang Sara Sihite, seorang relawan yang ikut nimbrung sore itu.

Menurut Sara, sejak beroperasi mereka sudah menemukan ada empat kasus warga penerima manfaat yang memiliki suhu tubuhnya di atas 38 derajat celsius dan tentu saja mereka minta agar warga tersebut segera ke puskemas.

Beka Manise menurut Togu tak hanya ada di Kota Pematangsiantar. Aksi serupa dia gagasi di Parapat, Kabupaten Simalungun dan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Togu tak mau formal berbicara alasannya membuka aksi sosial ini. Dia bergerak berdasarkan inisiatifnya, membantu warga terdampak pandemi Covid-19.

Dengan pakaian khas sehari-harinya, celana puntung pendek dan kaus bulat, pria yang beristrikan boru Simanungkalit itu lebih banyak guyon di sela menikmati minuman tuak yang dia sebut sering memberinya inspirasi setelah meneguknya.

Gerakan sosial yang dia masifkan lewat media sosial terutama Facebook, membuat banyak orang tergerak membantunya karena dia tanpa pamrih. 

Togu SimorangkirSeorang warga penerima manfaat sebelum mengambil makanan suhu tubuhnya diukur oleh salah seorang relawan di pokso Beka Manise, Jalan Mufakat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sabtu, 30 Mei 2020. (Foto: Tagar/Tigor)

Tak heran sore itu, satu unit mobil Toyota Innova abu-abu parkir di depan posko Beka Manise. Seorang wanita bertubuh sedang mengenakan kaus dan celana jeans mendatanginya dan membawa sejumlah alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat.

Dia adalah dr Anita boru Simarmata, Kepala Puskesmas Silau Malaha di Kabupaten Simalungun. Dia datang secara khusus menemui Togu dan menyerahkan APD tersebut.

Togu melalui gerakan Togu Simorangkir Initiative sejak masa pandemi Covid-19, menggalang aksi donasi dari banyak donatur, baik bentuk uang atau APD untuk kemudian disalurkan ke banyak puskesmas di Sumatera Utara.

Anita tak mau berbicara banyak. Dia mengaku mau membantu aksi Togu setelah membaca di media sosial Facebook bagaimana pria yang kerap menyebut dirinya bos lebay itu sangat gencar membantu banyak satuan kesehatan di Sumatera Utara untuk mendapatkan APD yang memang terbilang mahal dan langka saat ini. 

"Saya baca di media sosial, tergerak kami untuk ikut membantu aksinya," kata Anita singkat.[]



Berita terkait
Togu Simorangkir Pamerkan Ulos Putri Sisingamangaraja
Togu Simorangkir memamerkan ulos milik opungnya, Purnama Rea Sinambela, yang merupakan putri dari Raja Sisingamangaraja XII.
Aktivis Ini akan Gelar Festival Babi di Danau Toba‌ ‌
Pegiat literasi nasional dan aktivis lingkungan di Danau Toba, Togu Simorangkir berencana menggelar Festival Babi di Danau Toba, Sumatera Utara.
Cerita Jelang Festival Babi Danau Toba 25-26 Oktober
Berbagai pihak yang selama ini menganggap Festival Babi Danau Toba ini hanya lelucon ternyata sadar bahwa ini serius dilakukan.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.