Tiga Isu Ahok Selama di Penjara, Ini Tanggapan Keluarga

Isu mau nikahi gadis Jawa, isu kembali ke politik, isu terkait pernyataan maaf Kiai Ma'ruf, ini tanggapan keluarga Ahok.
Ahok Basuki Tjahaja Purnama (kanan) dan kakak angkatnya, Andi Analta Baso Amier (tengah). (Foto: Facebook/Andi Analta)

Jakarta, (Tagar 12/1/2019) - Ahok Basuki Tjahaja Purnama selama berada di sel tahanan Mako Brimob Kelapa Dua Depok tak lepas dari terpaan berbagai isu. 

Mulai dari isu ia akan menikahi seorang gadis Jawa yang polwan bernama Puput Nastiti Devi. Isu ia akan terjun ke dunia politik kembali setelah bebas nanti. Juga terkait pernyataan calon wakil presiden Ma'ruf Amin yang mengaku menyesal telah turut andil membuat Ahok dipenjara.

Andi Analta Baso Amier kakak angkat Ahok menerima Tagar News untuk wawancara khusus di kediamannya di kawasan Wijaya 1 Jakarta Selatan, Selasa malam (8/1)

Dalam kesempatan ini, Andi Analta menanggapi isu-isu yang berkembang yang berkaitan dengan Ahok.

Saat dimintai keterangan terkait wacana kembalinya Ahok ke dunia politik nasional selepas keluarnya ia dari penjara, Andi mengatakan bahwa kabar tersebut tidak sepenuhnya benar. 

Meski demikian, pria berusia 56 tahun ini mengaku dari pihak keluarga sejatinya masih terus akan memberikan dukungan penuh kepada Ahok jika memang ingin kembali ke ajang percaturan politik.    

"Sebenarnya pihak keluarga ini tidak akan mundur untuk memberikan dukungan apabila Ahok ingin kembali terlibat dalam politik, terutama dalam hal pengelolaan negara sebagai pejabat publik," tutur Andi Analta.

"Secara eksplisit beliau belum bilang akan terjun kembali atau tidak ke dunia politik, tapi yang paling santer, atau paling sering ia ungkapkan ke saya adalah, 'Saya mau jalan-jalan ke luar negeri dulu aja, Kak' seperti itu," lanjutnya.

Andi Analta yang pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulawesi Selatan ini juga menanggapi pernyataan Kiai Ma'ruf Amin, bahwa dirinya menyesal telah turut andil menjadi saksi memberatkan di pengadilan, membuat Ahok dihukum penjara terkait kasus penistaan agama, bermula dari pidatonya di kawasan Kepulauan Seribu pada tahun 2016.

"Ini sudah terjadi, kenapa harus kita sesali? Itu barang ibaratnya sudah jadi. Ahoknya pun sudah mau keluar lagi, jadi untuk apa kita korek-korek lagi? Biarkanlah berlalu karena masing-masing akan bertanggung jawab dengan apa yang pernah dibuat," tutur Andi.

Meski demikian, Andi Analta dan keluarga angkat Ahok menyesalkan perihal masih adanya orang yang mengatakan bahwa Ahok saat itu benar-benar melakukan penistaan agama. Karena menurutnya, Ahok sama sekali tidak berada dalam kapasitas orang yang bisa menista agama Islam.

"Satu yang saya tidak bisa terima, yaitu kalau ada yang bilang Ahok itu penista agama," ujar Andi Analta.

Saat dikonfirmasi kabar Ahok yang akan menikahi gadis Jawa yang juga polisi Puput Nastiti Devi, pria yang aktif di berbagai organisasi dakwah ini menolak untuk mengomentari lebih jauh.

Andi Analta terakhir mengunjungi Ahok di Mako Brimob empat bulan lalu. Pada waktu itu, kata Andi, Ahok memberikan pesan khusus padanya untuk tidak masuk wilayah pribadi adik angkatnya tersebut.

"Waktu berita tentang itu naik ke permukaan, saya langsung dipanggil waktu itu. Dia titip satu hal yaitu kurang lebih, 'Kak, kalau masalah yang ada kaitan dengan wanita itu adalah urusan yang sangat pribadi bagi saya. Biarlah urusan pribadi, saya yang hadapi'. Jadi maksudnya, saya gak boleh ikutan, seperti itu," jelas Andi Analta sembari tersenyum.

Anak dari pengusaha asal Bugis Baso Amier ini berharap apa yang kelak terjadi dengan hal-hal yang merupakan urusan pribadi Ahok ke depan, bisa dipisahkan dari dunia karier yang mungkin akan digelutinya, yaitu politik atau pejabat publik.

Ahok BTP mantan Bupati Belitung Timur dan mantan Gubernur DKI Jakarta. Ia akan menghirup udara bebas pada Kamis 24 Januari 2019, setelah menjalani hukuman penjara sejak 9 Mei 2017 akibat terpeleset kasus penistaan agama dalam pidatonya di Kepulauan Seribu pada tahun 2016. []

Berita terkait
0
Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim
Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama