Tiga Belia Jago Debat Pukau Bercelona

Tiga belia jago debat pukau Bercelona. Mereka membawa pulang 38 medali di ajang World Scholar's Cup di Barcelona, Spanyol.
Tiga Belia Jago Debat Pukau Bercelona | (Kiri-kanan) Erin Michelle, Putri Aimee Srijaya, dan Nadya Annabelle Lumy. Mereka membawa pulang 38 medali di ajang World Scholar's Cup di Barcelona, Spanyol. (Foto: Netral News)

Barcelona, Spanyol, (Tagar 6/8/2018) - Tiga belia putri berhasil menorehkan prestasi di ajang kompetisi tingkat dunia. Putri Aimee Srijaya, Nadya Annabelle Lumy, dan Erin Michelle tidak tanggung-tanggung membawa pulang 38 medali di ajang World Scholar's Cup di Barcelona, Spanyol.

Dilansir Antara, medali ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi tiga remaja tersebut karena World Scholar's Cup merupakan kompetisi akademik yang diikuti ribuan siswa dari ratusan negara.

Dalam ajang itu Putri, Nadya dan Erin harus mengikuti empat tahapan yaitu debat, scholar's challenge, penulisan kolaboratif dan scholar's bowl.

Setiap tahapan memiliki tingkat kesulitan sendiri. Masing-masing akan dinilai baik secara tim maupun individu. Sehingga selain bekerja sama secara tim masing-masing bisa mendapatkan nilai terbaiknya.

Dari 38 medali yang berhasil diraih pada 27 Juli 2018 itu 14 medali disumbangkan oleh Putri, 15 medali diraih Nadya dan 9 medali berhasil diraih Erin.

Secara keseluruhan, Putri, pelajar kelas 9 National High Jakarta School ini telah memenangkan tiga piala karena berhasil menempati posisi ke-9 tim debat terbaik dunia, menempati posisi ke-10 tim terbaik secara keseluruhan dunia dan posisi ke-4 di Asia Tenggara.

Bersama Nadya dan Erin, Putri mengutarakan kegembiraannya karena berhasil masuk 10 besar dunia kompetisi akademik World Scholar's Cup.

"Kami senang sekali karena berkat kerja keras dan doa semua yang mendukung. Ini juga berkat talenta yang Tuhan berikan," tutur Putri.

Putri menceritakan pengalamannya saat berlaga di kategori debat. Soal yang diberikan benar-benar harus dijawab secara diplomatis.

"Tema debatnya kami diminta setuju atau tidak terhadap invasi alien. Kami harus riset tentang alien dan harus memberikan jawaban. Tapi masalahnya yang harus kami berikan pendapat mengenai hal yang bukan keseharian," ujar Putri.

Ketiganya mengaku tertantang untuk melakukan debat memberikan jawaban terbaik. Dengan meraih posisi ke-9 debat terbaik dunia ketiganya merasa bangga mengingat saingan terberat mereka yaitu Vietnam dan Israel diakui lebih unggul dengan raihan medali lebih banyak dari tim Indonesia.

Usia 13 Tahun

Sebelum ke Barcelona, Putri bersama tim lebih dulu mengantongi lima piala kategori Tim Tantangan dan 26 medali di putaran regional Jakarta Mei 2018.

Putri dan teman-temannya kemudian melanjutkan untuk putaran global di Barcelona Spanyol Juli lalu. Keberhasilan Putri dan tim menjadi kebanggaan keluarga dan sekolah serta tentunya bangsa Indonesia.

Apresiasi atas keberhasilan para remaja berusia 13 tahun dilontarkan tokoh masyarakat, Mien Uno yang hadir saat ramah tamah dengan Putri, Nadya dan Erin.

"Kita harus bangga dengan prestasi ini. Putri, Nadya, Erin adalah anugerah. Mereka menunjukkan pada dunia bahwa meski masih belia tetapi pandai berdebat dan bernegosiasi. Mereka berbakat dan ini sesuatu yang harus disyukuri. Keberhasilan mereka harus dibagi kepada orang lain. Agar anak Indonesia yang lain bisa meniru. Prestasi mereka keren," ungkap Mien.

World Scholar's Cup adalah lomba akademis internasional yang diselenggarakan setiap tahun. Perlombaan tersebut digagas oleh akademisi asal Amerika Serikat, Daniel Berdichevsky.

Daniel Berdichevsky mengadakan World Scholar's Cup sejak 2006. Ajang tersebut berada di bawah asuhan perusahaan milik Berdichevsky, DemiDec.

Melalui World Scholar's Cup, Berdichevsky berniat menggabungkan anak-anak dari seluruh dunia yang memiliki kultur berbeda yang nantinya, mereka akan berdiskusi soal isu-isu global.

Istimewa Sejak Kecil 

Putri, Nadya dan Erin telah membuktikan anak Indonesia juga bisa bersaing dengan negara lain. Keberhasilan dalam World Scholar's Cup bukan usaha instan. Ketiganya telah melakukan persiapan dengan bimbingan guru dan keluarga masing-masing.

Orang tua Putri, Aimee Dawis dan Kinggo Srijaya Pradjonggo mengatakan Putri sejak kecil sudah menunjukkan bakat istimewa.

Jika di usianya yang 13 tahun sudah banyak prestasi yang diraih menurut Aimee dan Srijaya, itu merupakan hasil kerja keras anaknya.

Sebagai orangtua mereka hanya mendorong apa yang ingin dicapai anaknya.

"Putri dari kecil sudah bisa mengatur waktu. Ke mana-mana bawa weker (jam). Dia bilang, jam segini harus ini, jam segitu harus itu. Itu dia utarakan pada saya, kapan waktunya belajar, makan dan seterusnya. Umur 4 tahun, dia datang kepada saya bawa buku minta dibacakan," ungkap Aimee.

Sang ayah, Srijaya sangat memperhatikan buah hatinya yang sedari kecil sudah senang berkompetisi.

"Putri dari kecil sudah senang ikut lomba. Kalau sudah punya mau, akan dia kejar sampai berhasil. Putri memang anaknya "perfect". Putri memang istimewa, suka matematika dan sains. Tapi dia juga sudah punya minat di bidang bisnis. Bagi kami orangtua hanya menanamkan agar selalu bekerja keras dan melakukan yang terbaik," ungkap Srijaya.

Sejak usia 7 tahun Putri telah banyak mengikuti kompetisi dan berhasil menjadi juara. Salah satunya juara 1 bidang sains saat ia duduk di bangku sekolah dasar.

Hampir setiap tahun Putri tak pernah absen mengikuti berbagai kompetisi hingga tahun 2017 lalu meraih lima medali di ajang The World Scholar's Cup yang dilangsungkan di universitas Yale, Amerika Serikat.

Aimee dan Srijaya mengaku tidak pernah memaksa anaknya untuk mengikuti lomba. Mereka hanya memfasilitasi kemampuan anaknya untuk menjadi yang terbaik.

"Yang penting anak itu mau kerja keras untuk memacu hidupnya berkompetisi meraih yang terbaik," pungkas Srijaya. []

Berita terkait