Thamrin Tomagola: HTI Angkat Senjata, Hanya Soal Waktu

"Bukan tidak mungkin mereka akan menggunakan kekuatan senjata apabila mereka merasa kuat di masyarakat. Masalahnya hanya soal waktu bagi mereka," ujar Thamrin.
Hizbut Tahrir Indonesia salah satu ormas yang direncanakan akan dibubarkan oleh pemerintah.

Jakarta (Tagar 5/6/2017) – Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola, menyatakan penolakan sebagian besar warga negara Indonesia atas berkembangnya paham radikal semacam ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) yang tergambar dari hasil survey Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memang cukup membanggakan sekaligus menggembirakan.

Paham radikal semacam ISIS itu memang mendapat tentangan di Indonesia. Namun sebaiknya jangan menjadikan pemerintah dan seluruh warga negaranya, lengah dan mengendurkan kewaspadaan terhadap ancaman ISIS dan HTI. Demikian dikatakannya di Jakarta, Minggu (4/6).

“Penolakan terhadap ISIS ini juga berkorelasi langsung dengan gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang secara ideologis sama dengan ISIS yaitu berniat mendirikan khilafah Islam di Indonesia,” jelasnya.

Thamrin menambahkan ISIS dan HTI merupakan gerakan yang secara teratur dan sistematis merongrong kewibawaan NKRI. Mereka adalah gerakan sangat ekslusif yang menarik garis amat tegas perbedaan kelompoknya dengan orang di luar kelompoknya.

"Tak hanya yang beda agama, ISIS dan HTI bahkan menolak sesama muslim yang tak sejalan dan seideologi dengan mereka dan tujuan politiknya. Ideologi yang ditanamkan dan dikembangkan di kadernya adalah, yang berbeda dengan mereka adalah salah dan karenanya harus dilawan," kata Thamrin.

Di satu sisi, kata Thamrin, gerakan HTI yang berkembang saat ini memang belum menggunakan kekuatan senjata.

"Tapi bukan tidak mungkin mereka akan menggunakan kekuatan senjata apabila mereka merasa kuat di masyarakat. Masalahnya hanya soal waktu bagi mereka," ujar Thamrin. (Rif)

Berita terkait