Terowongan Nanjung akan Kurangi Luas Kawasan Banjir di Cekungan Bandung

Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan Sistem Pengendalian Banjir Sungai Citarum Hulu.
Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan Sistem Pengendalian Banjir Sungai Citarum Hulu. (Foto: Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Bandung, (10/3/2019) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan Sistem Pengendalian Banjir Sungai Citarum Hulu berupa normalisasi sungai di hulu, pembanguan Embung Gedebage, pembangunan kolam retensi Cieunteung, pembangunan Floodway Cisangkuy dan Pembangunan Terowongan Nanjung. Pembangunan infrastruktur pengendali banjir juga bertujuan mendukung Program Citarum Harum.

Salah satu infrastruktur yang tengah dibangun yakni Terowongan Nanjung dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu, 10 Maret 2018. Turut mendampingi yakni Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum, Bupati Bandung Dadang M. Nasser dan Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Hari Suprayogi.

Presiden Jokowi mengatakan perencanaan pembangunan infrastruktur pengendali banjir Bandung sudah sejak lama. Namun karena keterbatasan anggaran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten maka baru dapat direalisasikan setelah ditangani Pemerintah Pusat yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR.

Pembangunan Terowongan Nanjung akan mempercepat aliran Sungai Citarum ke hilir sehingga lama dan luas genangan banjir di kawasan cekungan Bandung bisa berkurang. 

"Diharapkan dapat mengatasi banjir di Bandung, terutama di daerah Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang. Ditargetkan akhir tahun ini rampung. Sehingga musim hujan berikut sudah kelihatan fungsi dari terowongan ini," kata Presiden Jokowi mengutip Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan keberhasilan Program Citarum Harum memerlukan sinergitas antara Pemerintah Pusat, Daerah dan masyarakat. 

"Kementerian PUPR telah melakukan penanganan Sungai Citarum sejak lama, diantaranya melakukan pengerukan sungai. Namun dalam dua tahun terjadi kembali sedimentasi, hal ini karena bergantung pada kondisi Hulu Sungai Citarum di Cisanti. Itu bukti bahwa tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan engineering saja," kata Menteri Basuki.

Dirjen SDA Hari Suprayogi mengatakan selama ini pada saat musim hujan, debit banjir Sungai Citarum yang besar tertahan batuan besar di Curug Jompong yang juga merupakan situs budaya. 

Oleh karenanya dibangun terowongan yang akan memperlancar aliran dan meningkatkan kapasitas Sungai Citarum dari semula hanya bisa menampung banjir kala ulang lima tahunan atau Q5 = 570 m3/detik menjadi Q20 = 643 m3/detik.

Pada saatnya nanti keberadaan Terowongan Nanjung bersama infrastruktur pengendali banjir Sungai Citarum, seperti kolam retensi Cieunteung, floodway Cisangkuy, Embung Gedebage dan normalisasi Sungai Citarum akan menurunkan luas genangan 700 hektare, dari semula 3.461 hektare menjadi 2.761 hektare. 

"Apabila 1 hektare dihuni  oleh 20 kepala keluarga (KK) maka akan ada 14.000 KK yang merasakan manfaat dari pembangunan terowongan ini," kata Hari Suprayogi.

Terowongan juga dilengkapi oleh check dam di sisi outlet yang akan menahan sedimen agar tidak masuk ke Waduk Saguling yang berada di bawahnya.  Pada musim hujan aliran sungai Citarum sebagian besar dialirkan melalui terowongan. Pada musim kemarau, pintu terowongan akan ditutup sehingga dapat dilakukan pengerukan sedimen.

Terowongan Nanjung terdiri dari 2 tunnel dengan panjang masing-masing 230 meter dan diameter dalam 8 meter. Pembangunan terowongan telah dimulai pada November 2017 dengan progres saat ini mencapai 22% dan ditargetkan rampung akhir tahun 2019. Proyek dikerjakan oleh kontraktor PT. Wijaya Karya dan PT. Adhi Karya (Kerjasama Operasi) dengan anggaran sebesar Rp 352 miliar.

Sementara Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Bob Arthur Lambogia mengatakan terdapat daerah yang berada lebih rendah daei elevasi sungai seperti Dayeuhkolot sehingga genangan tidak dapat dialirkan. Oleh karenanya diperlukan pembangunan kolam-kolam retensi yang akan menampung air pada saat musim hujan.

"Kolam retensi yang telah kami bangun adalah Kolam Retensi Cieunteung yang akan mengurangi banjir di Dayeuhkolot dan Baleendah. Masih diperlukan pembangunan kolam retensi lagi," kata Bob Arthur.

Turut mendampingi Menteri Basuki yakni Direktur Sungai dan Pantai Jarot Widyoko, Kepala BBWS Citarum Bob Arthur Lambogia, Direktur Operasi PT Wijaya Karya Agung Budi Waskito dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja. [] 

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.