Ternyata Ini Penyebab Distribusi Vaksin Mandek dan Tak Merata

Pendistribusian vaksinasi sering terhenti di dinas kesehatan provinsi sehingga pasokan vaksin di beberapa daerah tidak merata.
Ilustrasi Vaksin. (Foto: Tagar/Merdeka)

Jakarta - Pendistribusian vaksinasi sering terhentin di dinas kesehatan povinsi sehingga pasokan vaksin di beberapa daerah tidak merata. Hal ini diungkapkan Anggota DPR RI Nabil Haroen dalam webinar terkait akses vaksin “Peluncuran Makalah Kebijakan Terbaru: Bekerja Sama Melawan Pandemi” secara daring di Jakarta, Kamis, 2 September 2021.

“Distribusi yang tidak lancar itu memang betul ada, antara lain di dinkes provinsi. Jadi ketika vaksin datang ke provinsi, parkir dulu di situ. Nanti ke dinas kabupaten/kota ini butuh proses lagi,” kata Nabil dilansir dari laman Antara.

Ia mengatakan banyak tenaga kesehatan (nakes) di dinkes kabupaten/kota mengeluhkan suplai vaksin yang tidak bisa langsung segera diterima oleh pihak mereka, karena pendistribusian memakan waktu yang cukup lama yakni sekitar tiga hari sampai satu minggu.

“Ini kami juga mendengar sebenarnya permohonan dari teman-teman dinkes kabupaten/kota, bagaimana suplai vaksin bisa langsung ke mereka. Jadi tidak melalui provinsinya, ini yang perlu kita pikirkan bersama-sama,” ucap dia.

Ia mengungkapkan dinkes di beberapa daerah seperti Dinkes Surakarta dan Boyolali mengalami kesulitan karena tanggal penerimaan vaksin berbeda dengan tanggal yang tertera di dalam surat tugas.

“Jangan sampai lama. Saya sudah menemukan contohnya di Dinkes Surakarta dan Boyolali itu mereka kesulitan. Padahal suratnya ada, penerimaannya tanggal sekian tapi sampai sekarang belum diterima. Meskipun vaksinasi rutinnya tetap dijalankan ya,” kata Nabil.


Kita harus melihat justru bukan hanya soal cepatnya, tetapi kita harus bertahan. Bagai ember bocor, kalau kita isi dengan vaksinasi terus menerus, kita bisa isi secepat mungkin.


Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta mengatakan pencapaian kekebalan komunitas (herd immunity) tidak bisa terjadi apabila kecepatan pendistribusian dan pemberian vaksin di setiap daerah berbeda terlalu jauh.

“Hasil riset terakhir ini setelah tiga bulan memang ada penurunan. Jadi banyak yang menyatakan bahwa seluruh populasi dunia ini mau mencapai herd immunity, seharusnya pencapaian ambang batas itu bersama-sama. Tidak bisa kecepatannya terlalu berbeda jauh,” kata Andree.

Ia mengatakan, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih mengingat anti bodi yang berasal dari vaksin dapat memudar setelah enam sampai sembilan bulan dan tidak akan bertahan selamanya.

Andree menjelaskan kekebalan populasi akan sulit dicapai, apabila proses vaksinasi hanya diberikan sekali jalan. Sehingga perlu ada suatu perubahan dalam paradigma pemerintah agar dapat menciptakan strategi pertahanan untuk mengatasi masalah pendistribusian vaksin.

“Kita harus melihat justru bukan hanya soal cepatnya, tetapi kita harus bertahan. Bagai ember bocor, kalau kita isi dengan vaksinasi terus menerus, kita bisa isi secepat mungkin. Tapi kalau kita tidak isi secara terus menerus, maka kekebalan akan turun dan hilang,” katanya.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Komisi VI DPR Minta Agamawan Jadi Prioritas Vaksinasi Covid-19
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Martin Manurung, meminta pemerintah juga memprioritaskan agamawan atau pemuka agama dalam vaksinasi Covid-19.
Anggota Komisi III DPR Dorong Vaksinasi di Lapas Jadi Prioritas
Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Hinca IP Pandjaitan XIII mendukung vaksinasi di Lapas diprioritaskan pemerintah.
DPR Minta TNI-Polri Jadi Prioritas Vaksinasi Usai Nakes
DPR meminta pemerintah memprioritaskan aparat TNI dan Polri untuk melakukan vaksinasi Covid-19 setelah para tenaga kesehatan.
0
Putra Mahkota Arab Saudi Melawat ke Turki
Persiapan untuk menghadapi kunjungan Presiden Joe Biden, Putra Mahkota Arab Saudi lakukan lawatan regional kali ini ke Turki