Terima Gelar Doktor, JK Ingat Pertama Kali Jumpa Jodohnya

Terima gelar doktor, JK ingat pertama kali jumpa jodohnya. Ternyata Mufidah adalah mahasiswanya ketika ia jadi asisten dosen.
Terima Gelar Doktor, JK Ingat Pertama Kali Jumpa Jodohnya | Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla beserta istri, Mufidah Kalla, dan Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Masrurah Mokhtar. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 23/6/2018) - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla akrab disapa JK bertemu jodohnya ketika ia menjadi asisten dosen di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

JK menceritakan hal itu saat menerima gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) pada acara puncak peringatan milad atau ulang tahun ke-64 Universitas Muslim Indonesia di Aula Aljibra, Kampus UMI, Sabtu, (23/6).

"Saya punya banyak kenangan di UMI. Selain menjadi asisten dosen, saya juga menemukan pendamping hidup di UMI," ujarnya disambut tepuk tangan dan gelak tawa para hadirin.

JK menjelaskan, istrinya, Mufidah, merupakan mahasiswanya dulu ketika ia menjadi asisten dosen di UMI.

Ia menyebut Mufidah adalah perempuan yang mengubah perjalanan hidupnya.

"Mahasiswa saya pada waktu itu sekarang menjadi istri saya. Jadi, hubungan UMI dengan saya itu luar dalam. Disamping mengajar, saya mendapat juga mahasiswanya. Itu yang lebih penting, karena dia yang menentukan arah hidup saya," katanya dengan tawa berderai.

Menikah dengan Mufidah Miad Saad yang kemudian populer sebagai Mufidah Kalla, pasangan ini dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sepuluh orang cucu.

"Bagi saya pribadi, banyak sekali kenangan selama saya di UMI. Walaupun hanya sebagai asisten dosen, tetapi saya terus yang mengajar, karena dosen utamanya tidak pernah hadir karena gajinya kecil," kata JK lagi. Banyak tamu undangan tertawa sampai terpingkal-pingkal.

Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 ini juga bercerita, saat ia menjadi asisten dosen di kampus UMI, ada tiga mahasiswanya yang memberi dorongan untuk membangun UMI, yang kemudian menjadi orang penting dalam perkembangan UMI.

"Mahasiswa saya termasuk mahasiswa yang membangun UMI kemudian, ada almarhum Prof Rahman Basalamah, Prof Mansyur Ramli, dan Prof Muchtar Nurjaya," katanya.

JK sendiri pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Wakaf UMI, periode 1992-1994.

Corak Islam Indonesia

Pada momen menerima gelar doktor di Kampus UMI, JK menyampaikan pidato berjudul Aktualisasi Prinsip Islam dalam Penguatan Semangat Kebangsaan.

Dalam pidatonya, JK di antaranya menyampaikan bahwa semangat kebangsaan atas dasar agama Islam atau nasionalisme religius menekankan prinsip ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan solidaritas Islam, ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan solidaritas sebangsa setanah air, dan ukhuwah basyariyah atau ukhuwah insaniyah yaitu persaudaraan solidaritas sesama manusia.

Ketiga bentuk ukhuwah ini menjadi salah satu karakter ummatan wasathan (al-Qur’an al-Baqarah 2:143) yang mengaktualisasikan Islam wasathiyah, yang menjadi corak Islam Indonesia.Semangat kebangsaan atas prinsip Islam itulah yang kemudian teraktualisasi dalam pembentukan negara-bangsa Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan sekaligus mengakui keragaman (bhineka tunggal ika) merupakan aktualisasi dari nasionalisme religius dalam kelima silanya, khususnya sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keempat silanya yang lain juga sepenuhnya sesuai dengan prinsip dan ajaran Islam. Kita warga bangsa Indonesia patut bersyukur setinggi-tingginya karena tanah air kita Indonesia telah diberkahi Allah Swt dengan kehidupan yang damai di antara berbagai suku, agama dan tradisi sosial budaya yang berbeda-beda. Kedamaian dan harmoni itu tercipta dan bertahan tidak lain karena adanya semangat kebangsaan yang kompatibel dengan agama.

Keluarga Pengusaha

Sebelumnya pada 10 September 2011, Jusuf Kalla mendapat penganugerahan doktor Honoris Causa dari Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ia anak kedua dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.

Pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan Jusuf Kalla antara lain adalah Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. 

Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.

Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekadar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, penjualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi.

Wapres Dua Kali Dipilih Langsung

Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid, tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Ia kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden keenam RI, secara otomatis Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden ke-10 RI. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.

Ia menjabat sebagai ketua umum Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. Pada 10 Januari 2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat, yang mayoritas anggotanya adalah cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri sipil, pensiunan jenderal, dan pengamat politik yang kebanyakan bergelar master, doktor, dan profesor.

Melalui Munas Palang Merah Indonesia XIX, Jusuf Kalla terpilih menjadi ketua umum Palang Merah Indonesia periode 2009-2014 dan terpilih untuk kedua kalinya pada Munas XX untuk periode 2014-2019[4]. Selain itu ia juga terpilih sebagai ketua umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia periode 2012-2017 dalam Muktamar VI DMI di Jakarta.

Jusuf Kalla digandeng calon presiden Joko Widodo dalam ajang pemilihan presiden 2014. Pasangan ini kemudian dalam pengundian mendapat nomor urut dua dan mempunyai tagline populer, Salam Dua Jari. Oleh Komisi Pemilihan Umum, tanggal 22 Juli 2014 atau enam hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1435 H, Jokowi-JK memenangkan Pilpres namun ditolak oleh kubu Prabowo-Hatta yang kemudian menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Serangkaian sidang di MK ternyata menolak permohonan kubu Prabowo-Hatta dan secara hukum menguatkan legitimasi Jokowi-JK selaku presiden dan wapres terpilih periode 2014-2019. JK dilantik sebagai wapres pada 20 Oktober 2014. Seiring dengan pelantikannya tersebut, ia adalah wakil presiden pertama yang terpilih untuk dua kali masa jabatan melalui pemilihan umum secara langsung oleh rakyat. (rio/af)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.