Terdampak Covid-19, JCPenney Tutup 154 Toko di AS

JCPenney, salah satu pengecer pakaian dan rumah terbesar di Amerika Serikat (AS) mengalami kebangkrutan akibat pandemi corona.
JCPenney store di Dallas, Amerika Serikat. (Foto: footwearnews.com/ REX SHUTTERSTOCK)

Jakarta - J. C. Penney Company, Inc (JCPenney), salah satu pengecer pakaian dan rumah terbesar di Amerika Serikat (AS) mengalami kebangkrutan akibat pandemi corona atau Covid-19. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan menerapkan strategi optimalisasi fase pertama dengan menutup toko di 154 lokasi.

Kepala eksekutif JCPenney Jill Soltau mengatakan penutupan 157 toko merupakan keputusan yang sangat sulit bagi perusahaan. Namun, setelah evaluasi komprehensif terhadap jejak ritel dan analisis yang cermat tentang kinerja toko dan kesesuaian strategis masa depan, strategi optimalisasi toko sangat penting. 

"Untuk memastikan kami muncul dari Bab 11 dan pandemi Covid-19 sebagai pengecer yang lebih kuat dengan fleksibilitas keuangan yang lebih besar untuk memungkinkan kami terus melayani pelanggan setia kami selama beberapa dekade," ucap Jill Soltau seperti dikutip Tagar dalam press relase JCPenney, Sabtu, 6 Juni 2020.

Dengan mengurangi toko, kata dia perusahaan memfokuskan sumber daya pada toko-toko terkuat dan toko andalan e-commerce yang kuat, pada jcp.com. Perusahaan pun kata dia akan tetap fokus pada rencana pembaruan dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan.

"Kami akan tetap menjadi salah satu pengecer pakaian dan rumah terbesar di negara ini karena kami terus mengoperasikan sebagian besar toko kami dan toko utama kami, jcp.com, untuk memastikan pelanggan kami yang berharga terus memiliki akses ke produk dan merek yang mereka butuhkan dan inginkan," tuturnya.

Meski demikian, menurutnya JCPenney akan terus memantau pedoman CDC, serta mandat negara bagian dan lokal, untuk menginformasikan praktiknya, mengambil tindakan pencegahan ekstra dan melampaui rekomendasi tersebut untuk memastikan keamanan rekanan dan pelanggannya.

Misalnya, pada 4 Juni 2020 perusahaannya telah membuka kembali hampir 500 toko sejak pejabat pemerintah mengurangi pembatasan Covid-19 dan berharap dapat membuka lebih banyak. 

"Kami sangat senang menyambut kembali pelanggan dan rekanan kami di lokasi-lokasi ini, dan kami akan terus mengambil tindakan untuk diposisikan sebagai yang terbaik untuk membangun sejarah lebih dari 100 tahun kami," ucapnya.

Penutupan 154 toko menyusul masuknya pesanan pada 11 Juni 2020 seusai dengar pendapat dengan Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Selatan Texas, di Corpus Christi, Texas. Penutupan toko untuk putaran pertama diperkirakan akan menghabiskan waktu 10-16 minggu untuk selesai.

Perusahaan di seluruh Amerika Serikat dan Puerto Riko ini memiliki 850 toko dan memiliki 85.000 rekanan di seluruh dunia. Ia pun berterima kasih dan berjanji akan memperlakukan pekerjanya dengan rasa hormat.

“Saya sangat berterima kasih kepada rekanan kami yang berbakat atas dedikasi mereka yang berkelanjutan dan hasrat mereka untuk bertemu dan melampaui harapan pelanggan selama masa yang sulit dan tidak pasti ini. Semua karyawan yang terkena dampak akan diperlakukan dengan penuh pertimbangan dan rasa hormat," ujarnya.

Pada 15 Mei 2020, JCPenney menandatangani perjanjian dukungan restrukturisasi dengan pemberi pinjaman memegang sekitar 70 persen dari utang gadai pertama JCPenney untuk mengurangi utang-utang perusahaan dan memperkuat posisi keuangannya. Untuk menerapkan rencana restrukturisasi keuangan, perusahaan mengajukan petisi sukarela untuk reorganisasi berdasarkan Bab 11 Kode Kebangkrutan Amerika Serikat. []

Berita terkait
Korban Covid-19 , Maskapai Kolombia Bangkrut
Maskapai penerbangan nasional Kolombia, Avianca mengalami kebangkrutan akibat dampak pandemi Covid-19.
Ditengah Covid-19, Ekonomi Sumut Tumbuh 1,7 Persen
Perekonomian di Sumatera Utara triwulan II tahun 2020 ini diprediksi akan mencapai angka persensentasi tumbuh sekira 1,3 sampai 1,7 persen.
Kualitas Streaming Netflix di Eropa Mulai Normal
Netflix mulai memulihkan kualitas layanan streaming di sejumlah negara di Eropa.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi