Terbelenggu Aturan, Jokowi: Semua Harus Kita Rombak

Jokowi ingin Indonesia menjadi pemenang dalam merebut kesempatan di balik terpuruknya ekonomi dunia. Caranya, kata dia, kerja cepat.
Presiden Jokowi Widodo (Jokowi). (Foto: jabarprov.go.id).

Jakarta - Presiden Jokowi ingin merebut momentum di balik terpuruknya ekonomi semua negara pada masa pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, ia ingin pemerintahannya bekerja cepat dan menyingkirkan hambatan dalam birokrasi.

 "Semua kita harus rombak, terlalu banyak peraturan yang membelenggu. Yang membikin kita sendiri, yang dibelenggu kita sendiri," kata Presiden Jokowi ketika memberikan pengarahan kepada Peserta Program Kegiatan Bersama Kejuangandi Istana Bogor yang disiarkan langsung Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 28 Juli 2020.

Momentum positif dapat diraih, kata dia, dengan merubah budaya kerja dalam pemerintahan. Oleh karena itu, ia mendorong jajarannya untuk berani mengambil terobosan dalam menghadapi krisis akibat pagebluk.

"Kita perlu cara kerja baru, kita perlu budaya kerja baru dalam bekerja yang lebih cepat, kita harus harus berani melakukan short cut, terobosan," ujarnya.

Kita harus harus berani melakukan short cut

Bagi mantan Gubernur Jakarta ini, saat ini, negara pemenang bukan lagi berasal dari negara besar. Pada masa ini dan ke depan, kata Jokowi, pemenang bakal diraih oleh negara yang mampu bekerja lebih cepat.

"Artinya yang cepat yang akan menang, di sinilah justru letak masalah tata kelola pemerintah kita," ujarnya.  "Berkali-kali saya sampaikan, bukan negara besar mengalahkan negara kecil. Tetapi yang sekarang dan yang akan datang, negara cepat yang mengalahkan negara lambat."

Baca juga:

Jokowi sendiri mengaku belum mengetahui angka pertumbuhan ekonomi riil negaranya terkini usai dihantam pandemi sejak Maret lalu.  "Kita menghadapi masa sulit, krisis kesahatan sekaligus ekonomi. Ini melanda hampir semua negara, 215 negara. Yang kecil sulit, yang tengah sulit, dan gede juga sulit," ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi Prancis tahun ini, misalnya, diperkirakan berada di minus 17,2 dan  Inggirs di angka minus 15,4. "Minus dan minus," ujarnya.

Sementara politisi PDIP Adian Yunus Yusak Napitupulu melihat tanda-tanda rotasi kabinet (reshuffle) semakin kuat sejak Jokowi melampiaskan amarahnya di sidang kabinet bulan lalu. Adian Napitupulu mengatakan, Jokowi membutuhkan komposisi menteri yang mampu bekerja menyikapi krisis akibat pandemi Covid-19.

"Jadi kalau memang mau ganti menteri, ganti yang doble gardan aja lah," kata Adian, Kamis lalu. 

Anggota DPR Komisi Energi ini mencotohkan kerja di masa krisis seperti kendaraan roda empat doble gardan yang memiliki dua poros roda sebagai penggeraknya. "Pelan tapi jalan terus, tidak peduli lumpur, tak peduli batu, tak peduli nanjak," ucapnya. []

Berita terkait
Adian Napitupulu: Jokowi Pasti Lakukan Reshuffle
Adian Napitupulu berkata pemerintah dan masyarakat membutuhkan komposisi menteri yang mampu bekerja menyikapi krisis akibat pandemi Covid-19.
Menhan AS Merespons Ketegangan di Laut Cina Selatan
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Thomas Esper mengaku punya rencana untuk Beijing terkait perselisihan di Laut Cina Selatan.
Jokowi: Hati-hati AS dan Cina Semakin Memanas
Jokowi mengingatkan ketegangan geopolitik akibat pandemi Covid-19 yang menghantam ekonomi di hampir semua negara di dunia.