Tahun ini Musim Hujan Terlambat Datang

Tahun 2019 Musim kemarau yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lebih lama dari prediksi semula
Droping air bersih di Dusun Guyangan, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul. Per 19 Agustus 2019 tiga kabupaten di DIY sudah didroping 12,3 juta liter. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Musim kemarau yang melanda  Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lebih lama dari prediksi semula. Musim hujan mundur sekitar 20 hari.

Tiga kabupaten di DIY yang paling merasakan dampak kemarau panjang itu; yakni Gunungkidul, Kulon Progo dan Bantul. Di tiga kabupaten itu, sampai 18 Agustus 2019 lalu, sudah memasok air bersih 12,3 juta liter.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Etik Setyaningrum mengatakan, berdasarkan monitoring kondisi dinamika atmosfer ada empat hal yang menjadikan musim hujan di DIY mundur.

Pertama, pada Agustus 2019 elnino meluruh menuju netral. Pada bulan-bulan sebelumnya dalam kondisi elnino lemah seiring dengan meluruhnya elnino ke netral diprediksi hingga akhir 2019.

"Ini artinya pengurangan curah hujan yang disebakan elinino sudah tidak signifikan," kata Etik di Yogyakarta, Jumat 23 Agustus 2019.

Kedua, kondisi  Indian Ocean Dipole (IOD) sampai dengan November diprediksikan IOD positif cenderung ke netral. Hal ini berdampak pengurangan curah hujan.

Ketiga, suhu muka air laut sepanjang Agustus - Oktober 2019 di Indonesia bagian selatan, khususnya wilayah selatan Jawa hingga selatan Papua, diprediksi lebih dingin dibandingkan normalnya. Ini yang mengakibatkan proses penguapan air laut sulit terjadi.

"Sehingga potensi pembentukan awan-awan hujan juga menjadi berkurang yang mengakibatkan pengurangan curah hujan/curah hujan rendah," ujar Etik.

Ke empat, peralihan angin timuran atau angin pada musim kemarau, menjadi angin baratan (angin pada musim hujan) diprediksi akan terlambat. Pada Agustus - Oktober 2019 angin timuran masih mendominasi. Pada November - Desember 2019 baru terbentuk pertemuan angin diprakirakan lebih ke utara dibanding normalnya.

Menurut Etik, dengan melihat kondisi dinamika atmosfer tersebut diprakirakan musim hujan wilayah DIY terlambat datang.  Awal musim hujan umumnya diprakirakan pada November 2019 dasarian I - III kecuali Sleman bagian barat dan Kulon Progo bagian utara Oktober 2019 dasarian III atau sepuluh hari terakhir Oktober 2019.

"Bila dibandingkan dengan kondisi normal, awal musim hujan tahun ini diprakirakan lebih lambat 1-2 dasarian, atau terlambat 10 - 20 hari," kata Etik.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengatakan, sejumlah daerah di DIY sudah mengalami kekeringan. "Berdasarkan monitoring di DIY mengalami lebih dari 60 hari tanpa hujan berurutan," kata dia.

BPBD DIY beserta instansi terkait terus melakukan droping air bersih di sejumlah daerah di DIY yang mengalami kekeringan. Terutama di tiga kabupaten, yakni Gunungkidul, Kulon Progo dan Bantul. "Droping air bersih terbanyak di Gunungkidul," ujarnya.

Biwara mengatakan, sampai 18 Agustus 2019 lalu, droping air bersih sudah sebanyak 12.310.000 liter untuk tiga kabupaten tersebut. Musim hujan yang terlambat datang menjadikan volume droping air bersih lebih banyak lagi.

"Data sampai 18 Agustus 219 sudah 12.3 juta liter untuk tiga kabupaten yang terdiri 25 kecamatan, 60 desa," kata Biwara.

Dari 12,3 juta liter droping air bersih itu, dipasok di Kabupaten Gunungkidul sendiri 11,1 juta liter, masing-masing dari pemerintah 9.475.000 liter dan swasta 1.625.000 liter. Di Kabupaten Bantul 995.000 liter (pemerintah 980.000 liter, swasta 15.000 liter). Kulon Progo 215.000 liter (pemerintah 200.000 liter dan swasta 15.000 liter). []

Baca juga:

Berita terkait
Musisi Luke Holland Bersiap Guncang Yogyakarta
Musisi dari Amerika Luke Holland yang terkenal melalui berbagai aksi drum cover di channel YouTube Luke Holland Drums siap mengguncang Yogyakarta
Jogja Air Show ke-13, Tingkatkan Pariwisata Yogyakarta
Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X meminta penyelenggaraan pameran kedirgantaraan tidak dipandang eksklusif oleh masyarakat.
Paijo, Pemahat Wayang Kulit di Taman Sari Yogyakarta
Di sudut area cagar budaya Taman Sari di Kota Yogyakarta, Paijo khusyuk memahat kulit sapi untuk dijadikan wayang kulit. Ia menjadi tontonan turis.