Survei LSI: Ganjar Pranowo Memenangkan Hati Pemilih Milenial

Ganjar juga diuntungkan pendukung lawan yang membelot.
Direktur LSKP-LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono memaparkan hasil survei peta politik Pilkada Jateng 2018 di Semarang, Jateng, Selasa 24/4/2018. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 24/4/2018) - Pemilih milenial memberi kontribusi besar pada gubernur petahana Ganjar Pranowo.  

Hal itu terungkap dari survei yang dilakukan Lembaga Survei Kebijakan Publik (LSKP) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.

Bahwa pasangan calon gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo - Taj Yasin Maimoen masih perkasa dibanding lawannya, Sudirman Said - Ida Budiyati. 

"Ganjar-Yasin unggul di semua segmen pemilih. Paling dominan basis pemilih milenial mencapai 42,38 persen dari seluruh responden. Ini karena komunikasi yang dibangun Ganjar lewat media sosial lebih aktif," kata Direktur LSKP-LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono, di Semarang, Jateng, Selasa (24/4/2018).

Sunarto mengungkapkan survei menggunakan metode standar multi stage random sampling dalam kurun waktu 3-10 April 2018. Responden yang disurvei 600 pemilih tersebar di berbagai wilayah di Jateng, margin of error sekitar 4,1 %. Hasilnya, paslon nomor urut 1 dipilih 50,3 % responden dan nomor urut 2, 10,5 %. Sementara 39,2 persen belum menentukan pilihannya.

"Pemilih senior dari 57,62 persen responden, 48,88 persen di antaranya mendukung Ganjar-Yasin dan 9,9 persen mendukung Sudirman-Ida," sambung dia.

Keunggulan Ganjar - Yasin, lanjut Sunarto, karena pengaruh popularitas Ganjar di masyarakat Jateng. Popularitas Ganjar mencapai 89,5 %, unggul 40 % dibanding Sudirman Said yang hanya 44,2 %. Selain itu, Ganjar-Yasin adalah perpaduan nasionalis dan agamis, yang dianggap representasi politik masyakat Jateng.

Untuk dukungan dari kader dan parpol pengusung, Sunarto menyebut ada konsistensi dukungan dari PDIP, Golkar, Demokrat, Nasdem, PPP ke Ganjar-Yasin. 

Justru parpol pengusung rival, ditengarai membelot ke Ganjar-Yasin karena Ganjar-Yasin memperoleh dukungan dari partai lawan, yaitu Gerindra dan PKS. Sementara yang konsisten memilih Sudirman-Ida adalah kader PKB dan PAN.

"Kondisi masih sangat dinamis. Kesempatan untuk menaikkan popularitas masih terbuka di sisa waktu kampanye,  sekitar dua bulan. Terbuka kemungkinan migrasi suara, terutama jika ada blunder atau tsunami politik yang mampu mengubah persepsi masyarakat secara drastis," terang Sunarto. (ags)

Berita terkait