Suatu Hari di Danau Lindu

Bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi 'zaman batu' di sini, warga setempat membuka diri, menyediakan rumah untuk disewa, juga menyediakan makanan.
Danau Lindu pagi hari menghamparkan kepekatan warna meneduhkan, kedalaman tak terduga, ketinggian tak terbatas. (sa)

Jakarta, (Tagar 4/3/2018) – Danau Lindu, surga tersembunyi di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Di sini udaranya sejuk. Air sungai di pegunungan dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa, jernih dan sedingin es.

Cocok buat wisatawan yang merindukan kesunyian, sejenak menepi dari modernitas, tanpa sinyal telepon dan koneksi internet, juga tanpa listrik dan televisi. Kembali hidup di 'zaman batu', menyatu dengan denyut nadi kultur masyarakat lima desa (Anca, Tomado, Langko, Puroo, Lembosa, dan Olu) yang tinggal di sekeliling Danau Lindu.

[caption id="attachment_46685" align="alignnone" width="712"] Pulang sekolah, anak-anak suka bermain perahu kecil (biasa disebut ketinting) di Danau Lindu[/caption]

Untuk mencapai surga tersembunyi ini, dari Kota Sigi bisa menggunakan kendaraan roda empat. Setelah 40 km terlampaui, perjalanan sampai di Sidaunta, depan pintu gerbang kawasan TNLL.

Hanya ada satu cara melewati 17 km jalan kecil menuju Danau Lindu, yaitu naik motor. Di sini banyak tukang ojek siap mengantar wisatawan ke Danau Lindu.

Jalan kecil menuju Lindu itu kurang dari semeter lebarnya, bersisian dengan jurang yang curam. Kondisi jalan berbatu terjal bercampur kubangan lumpur. Catatan pertama, mesti siap dengan sepatu boot sebelum memulai perjalanan ke Danau Lindu.

[caption id="attachment_46686" align="alignnone" width="712"] Seorang remaja sedang menjaring ikan di Danau Lindu, sembari mendengarkan musik dari walkman[/caption]

Setelah melewati jurang dan pekatnya hutan, perjalanan sampai di kawasan pedesaan. Dari jauh terlihat kawanan kuda sedang merumput di lapangan (lapangan hijau untuk binatang ternak disebut lambara). Berada di posisi berseberangan, kawanan kerbau dan sapi juga sedang merumput.

Terdapat bangunan rumah panggung (cottage) di tepi danau, digunakan saat Festival Danau Lindu yang digelar sekali setahun. Biasanya festival dibuka dengan upacara adat yang disebut pantodoi. Semua undangan diwajibkan memakai aksesoris kepala yang disebut siga. Kalau tidak memakai siga, akan dikenakan sanki berupa penyembelihan seekor kerbau sebagai denda.

[caption id="attachment_46687" align="alignnone" width="712"] Perahu nelayan, untuk mencari ikan atau bisa juga disewa wisatawan[/caption]

Tak ada hotel, restoran atau minimarket di sekitar Danau Lindu. Namun bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi 'zaman batu' di sini, warga setempat membuka diri, menyediakan rumah untuk disewa, juga akan menyediakan makanan. Sebuah kesempatan yang bisa digunakan wisatawan untuk meresapi kultur masyarakat setempat.

Catatan kedua, mesti siap dengan bekal makanan sebelum berangkat ke Danau Lindu. Apalagi kalau tak ada rencana menginap di rumah warga, atau sedang ingin sendirian, enggan bercakap-cakap dengan orang lain.

[caption id="attachment_46688" align="alignnone" width="712"] Langit dan danau seperti menyatu dalam warna yang pekat cenderung magis[/caption]

Danau Lindu merupakan sumber hidup bagi warga yang tinggal di sekelilingnya. Perahu merupakan transportasi penting, penghubung warga antardesa, juga untuk mengangkut hasil pertanian dan ikan hasil tangkapan nelayan dari desa ke kota.

Keberadaan ojek motor juga sangat diperlukan untuk mengantar penumpang atau hasil pertanian dan ikan hasil tangkapan nelayan dari danau ke pusat kota.

Tukang perahu dan pengojek motor juga sangat diandalkan perannya sebagai pengantar pesan (berupa surat), misalnya surat dari petugas Puskesmas pada bidan yang bertugas di pelosok desa.

[caption id="attachment_46689" align="alignnone" width="712"] Perahu ditambatkan di tepian, sejenak menikmati pemandangan danau dari sudut pandang berbeda[/caption]

Ikan mujair tersedia melimpah di Danau Lindu. Wisatawan bisa berbaur dengan warga, bersama-sama mencari ikan mujair di danau.

"Di sini tidak ada orang kelaparan. Kalau tidak punya makanan, pergi saja ke danau, mencari ikan," kata Sujarno Rema, Kepala Desa Anca.

Di sini wisatawan akan merasakan keramahan yang khas. Orang-orang tersenyum walau belum pernah jumpa sebelumnya. Mereka siap membantu saat ditanya, misalnya kepada siapa harus menyewa perahu untuk mengelilingi danau. Sebagian warga adalah nelayan yang juga menyediakan perahu untuk melayani wisatawan.

[caption id="attachment_46690" align="alignnone" width="712"] Tanaman yang hidup di tengah danau[/caption]

Sangat mudah menemukan pohon cokelat di sini. Nyaris pekarangan rumah semua warga ditanami pohon cokelat. Selain cokelat, juga mudah menemukan pohon kopi. Cokelat dan kopi, dua tanaman primadona petani di sekitar Danau Lindu.

Di sini juga bisa melihat hewan-hewan ternak berlalu lalang di jalanan desa, pada badan mereka ditandai huruf-huruf tertentu merujuk pada pemiliknya. Itulah kenapa nyaris tak bisa menemukan tanaman sayur-mayur di pekarangan warga. Warga bilang, tanaman sayur tidak akan bertahan lama karena akan segera dimakan hewan ternak yang lalu lalang.

[caption id="attachment_46691" align="alignnone" width="712"] Bangunan di beberapa titik tepi danau berlatar pegunungan, tempat peristirahatan nelayan[/caption]

Dilihat dari ketinggian dekat bangunan Puskesmas, danau lindu serupa mangkuk raksasa di atas bukit. Terbentuk dari proses tektonik yang terletak sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Luas danau sekitar 3.600 hektar dan kedalaman lebih dari 200 meter.

Menatapnya berlama-lama mendatangkan ketenangan. Apalagi sepanjang waktu udara dingin. Pagi hari saat matahari terbit, panorama memukau dengan gugusan pegunungan membingkai danau.

Siti Afifiyah

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.