Padang - Pertamina mengklaim bahwa stok gas LPG ukuran tiga kilogram di Sumatera Barat (Sumbar) tersisa 6,5 juta tabung hingga akhir tahun 2020. Jumlah itu diyakini cukup memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan catatan Pertamina, sepanjang Juli hingga September 2020 penyaluran gas kecil bersubsidi tersebut di Sumbar sudah mencapai lebih dari 9,5 juta tabung. Sementara untuk tabung gas non subsidi seperti Bright Gas, sebanyak lebih dari satu juta tabung.
"Untuk menghindari tabung elpiji bersubsidi dijual kembali oleh pengecer, Pertamina menetapkan satu kepala keluarga hanya boleh membeli satu tabung elpiji bersubsidi," kata Penjabat Sementara (Pjs) Unit Manager Comm Relations and CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I, Nurhidayanto dalam keterangan tertulisnya kepada Tagar, Kamis, 22 Oktober 2020.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh pihaknya, kata Nurhidayanto adalah dengan penambahan pangkalan melalui program Satu Desa Satu Pangkalan memang sedang gencar digulirkan Pertamina.
Pertamina menetapkan satu kepala keluarga hanya boleh membeli satu tabung elpiji bersubsidi.
Program ini bertujuan untuk memperluas ketersedian, kemudahan akses, dan keterjangkauan elpiji ke masyarakat.
"Khususnya di wilayah-wilayah pelosok yang sebelumnya tidak memiliki pangkalan resmi. Selama ini kehadiran pengecer mengakibatkan elpiji tiga kilogram dijual di atas harga eceran tertinggi (HET). Selain itu, kehadiran pengecer ini juga mendorong pasokan elpiji di pangkalan lekas habis," katanya.
Dirinya mengatakan, selama ini masyarakat membeli berpindah dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Melalui program satu desa satu pangkalan, masyarakat lebih mudah menjangkau pangkalan dan diharapkan dapat mengurangi pengecer.
"Untuk Sumbar, program satu desa satu pangkalan kini sudah hadir 100 persen di seluruh nagari. Sebanyak 3.369 pangkalan dan 107 agen elpiji tiga kilogramnhadir di 18 kota dan kabupaten, 169 kecamatan, dan 1.116 nagari atau desa di Sumbar," katanya.
Program satu desa satu pangkalan juga bekerja sama dengan nagari. Seperti di Kabupaten Sijunjung, pangkalan elpiji tiga kilogram subsidi bekerja sama dengan BUMNag ataupun Bumdes setempat, sehingga program ini juga menjadi penyumbang ekonomi bagi nagari.
Baca juga:
- Kronologi Perampokan Pangkalan LPG di Medan, 3 Orang Ditahan
- Modifikasi ESDM, Kompor LPG Konvensional Bisa Pakai DME
Meskipun demikian, penambahan pangkalan tidak berarti alokasi kuotanya juga bertambah. Pasalnya, pemerintah sudah menetapkan batas kuota gas elpiji.
"Contohnya sebelum adanya program ini, di Kota Solok terdapat 47 pangkalan dengan rata-rata alokasi 977 tabung per pangkalan. Setelah adanya program ini, jumlah pangkalan di Kota Solok menjadi 59 pangkalan dengan rata-rata alokasi jadi 778 tabung per pangkalan," tuturnya. []