Stigmatisasi Keturunan PKI dalam Sudut Pandang Islam

Namun dibalik peristiwa G30SPKI, rupanya berdampak pula pada anak keturunan dari para pelaku, simpatisan, dan tokoh PKI pada masa itu.
Diskusi dan Bahtsul Masail Tentang Keturunan Anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam Pandangan Islam (Foto: Tagar/Tangkapan Layar Zoom)

Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Staf Khusus Wakil Presiden RI KH. Muhammad Imam Aziz mengatakan, peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang biasa dikenal dengan sebutan G30S/PKI memang sangat melekat dalam sejarah Indonesia. Peristiwa tragis itu hingga kini masih terus dikenang dan diingat.

“Memang untuk peristiwa G30S/PKI tersebut hanya terjadi di wilayah Jakarta saja, namun dampak yang diberikan dari peristiwa tersebut meluas ke seluruh Indonesia, kecuali Papua karena belum masuk ke wilayah Indonesia saat itu,” ujar KH. Muhammad Imam Aziz dalam diskusi dan Bahtsul Masail bertema 'Keturunan Anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam Pandangan Islam' pada Sabtu, 2 Oktober 2021.

Namun dibalik peristiwa G30SPKI, rupanya berdampak pula pada anak keturunan dari para pelaku, simpatisan, dan tokoh PKI pada masa itu. Kiai Asnawi Ridwan selaku Wakil Sekretaris LBM PBNU mengatakan, pemberian stigma yang buruk pada anak keturunan menyebabkan keruntuhan harga diri.

“Pemberian stigma kepada keturunan PKI ataupun DI/TII, itu kemungkinan ada dua, yaitu masuk ke dalam konsep Amar Makruf Nahi Mungkar. Kalau keturunan PKI, HTI, dan DI/TII ini masih tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang anti NKRI, maka pemberian stigma ini dalam rangka nahi mungkar,” katanya.

Kiai Asnawi Ridwan juga menjelaskan jika seperti keturunan tersebut masih mewarisi ideologi orang tuanya yang anti NKRI dan anti Bhineka Tunggal Ika boleh saja diberi stigma. Hal tersebut dilakukan jika sudah sangat sulit untuk diberi pembelajaran yang baik.

“Namun, jika anak atau keturunan dari para simpatisan, aktivis, atau pentolan PKI, HTI atau DI/TII sudah tidak mewarisi ideologi dari orang tuanya atau leluhurnya, maka perbuatan sebagian saudara kita yang memberikan stigma kepada mereka itu adalah kemungkaran,” katanya.

Hal tersebut di dasari oleh hak asasi manusia dalam Islam yang meliputi 5 hal. Di antaranya Hifdhud din, Hifdhul aql’, Hifdhun Nasl, Hifdhul mal, dan Hifdhul nafs wal ‘irdh. Stigma negatif tersebut masuk ke dalam Hifdhul nasf wal irdh, yaitu menjaga harga diri. Pemberian stigma negatif akan meruntuhkan harga diri yang termasuk berbuatan mungkar yang harus dihilangkan.


Kalau keturunan PKI, HTI, dan DI/TII ini masih tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang anti NKRI, maka pemberian stigma ini dalam rangka nahi mungkar.


Kiai Asnawi Ridwan juga menyebutkan bahwa ada dalil-dalil yang memperkuat untuk pelarangan memberikan stigma negatif kepada keturunan PKI, HTI, dan DI/TII ini, seperti cerita tentang Ikrimah bin Abu Jahal.

“Ikrimah ini karena takut di eksekusi oleh para sahabat, sampai sempat mengungsi ke Madinah. Kemudian Rasulullah mengingatkan kepada para sahabat bahwa Ikrimah akan kembali datang ke Mekkah. Kalau ia sudah datang tolong jangan sampai mengulas sejarahnya Abu Jahal, karena akan mem-bully dan menyakiti Ikrimah,” ujarnya.

Ditegaskan dia, negara Indonesia diselimuti oleh kesamaran sejarah. Oleh sebab itu ketika ingin melakukan riset yang komprehensif dirasa akan berbenturan dengan kepentingan politik. Sehingga bisa menimbulkan mungkar yang lebih besar.

Hal tersebut tentunya akan menyinggung berbagai pihak yang telah mereda dan timbul amarah kembali. Oleh sebab itu rekonsiliasi dalam hal ini adalah menghapus sejarah selama keturunan tersebut telah kembali ke NKRI dan menerima Pancasila serta UUD 1945.[]


(Rafi Fairuz)

Baca Juga:

Berita terkait
Menjadi Pro dan Kontra, Film G30S PKI Fiksi Atau Fakta?
Hingga saat ini, berapa pihak menganggap film G30S PKI sebagai propaganda pemerintah Orde Baru.
Kisah 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI
Ada 7 petinggi militer yang menjadi korban G30S PKI, sebagian dibunuh di rumah masing-masing. sebagian diculik, lalu disiksa hingga tewas.
G30S PKI : Kronologi Tewasnya Jenderal Ahmad Yani
Dalam kejadian tersebut, seluruh keluarga menjadi saksi atas tewasnya Jenderal Ahmad Yani. Termasuk si anak bungsu yang bernama Edi Yani.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)