Sri Mulyani Sebut Peringatan bahwa Ekonomi Dunia dalam Bahaya Bukan Hal Berlebihan

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, yang mengingatkan bahwa ekonomi dunia berada dalam keadaan bahaya
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memberikan konferensi pers bersama di Washington, DC, AS, 12 Oktober 2022. (Foto: voaindonesia.com/VOA)

TAGAR.id, Washington DC, AS - Setelah Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, kali ini Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, yang mengingatkan bahwa ekonomi dunia berada dalam keadaan bahaya. Eva Mazrieva, Virginia Gunawan dan Rivan Dwiastono melaporkannya untuk VOA.

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengatakan bukan hal yang berlebihan jika ada peringatan bahwa kondisi ekonomi kini berada dalam bahaya. Hal ini disampaikannya saat pembukaan pertemuan keempat dan sekaligus pertemuan terakhir para menteri keuangan dan gubernur bank sentral (FMCBG) di Washington DC, AS, 12 Oktober 2022.

“Bukan hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa kondisi ekonomi dunia kini berada dalam bahaya. Kita kini menghadapi risiko yang semakin parah dan memburuk, mulai dari tingginya inflasi, melambatnya pertumbuhan ekonomi, kerawanan energi dan pangan, krisis iklim dan fragmentasi geopolitik. Perang di Ukraina memperuncing krisis ketahanan pangan global dan nutrisi, menimbulkan kerentanan harga energi, pangan, dan pupuk, membatasi kebijakan perdagangan yang dapat diambil dan menimbulkan gangguan rantai pasokan,” ujarnya.

Ditambahkan oleh Sri Mulyani, konsekuensi dampak pandemi Covid-19 dan perubahan iklim membuat harga pangan masih akan tetap mahal dan pasar pupuk akan tetap rentan. Sementara gabungan dampak pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina membuat harga energi melonjak, menimbulkan keprihatinan terhadap kelangkaan energi yang akhirnya menimbulkan dampak pada banyak negara, terutama negara-negara pengimpor energi.

Tanpa menyebut nama negara mana, Sri Mulyani mengkritisi pengambilan kebijakan untuk menyelamatkan perekonomian suatu negara yang berdampak ke negara lain, seperti upaya meredam inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga.

Sementara, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan untuk mengatasi berbagai isu itu, forum pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 Rabu, 12 Oktober 2022, malam memusatkan pembicaraan pada enam agenda.

“Pertama, bagaimana mengatasi secara bersama koordinasi secara dunia diantara G20 untuk memitigasi risiko stagflasi, juga kebijakan makro ekonomi dan moneter dunia. Kedua, bagaimana mengatasi resiko luka memar pandemic pada dunia usaha. Ketiga, kerjasama pembayaran antar negara dan CBDC. Keempat, inklusi ekonomi dan keuangan. Kelima, green sustainable finance. Keenam, perpajakan,” ujar Perry Warjiyo.

Dalam forum yang dihadiri hampir seluruh pemangku kebijakan ekonomi G20, antara lain Direktur Bank Dunia David Malpass, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Menteri Keuangan Amerika Janet Yellen, dan lainnya itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa seluruh ancaman yang membayangi perekonomian dunia itu tidak dapat diselesaikan sendirian, sehebat apapun suatu negara.

Lewat akun instagramnya, Sri Mulyani menggarisbawahi keyakinannya bahwa “meski penuh tantangan menjaga keberlangsungan forum G20 di tengah badai ini, saya percaya keberadaan G20 dapat menjadi pilar harapan yang membantu dunia melewati situasi pelik ini. Perbedaan yang ada di setiap negara anggota G20 justru akan memunculkan opsi terbaik bagi dunia,” ujarnya. (em/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Perkiraan IMF Terkait Skenario Terburuk Pertumbuhan Ekonomi Global
Badan pemberi pinjaman beranggotakan 190 negara itu memperkirakan perekonomian dunia hanya akan tumbuh 2,7% tahun depan