Sosok Arief, Ciptakan Mesin Pengemas dari Sampah Rumah Tangga

Arif berhasil menciptakan mesin yang mampu mengemas makanan dari bahan sampah rumah tangga.
Arif berhasil menciptakan mesin yang mampu mengemas makanan dari bahan sampah rumah tangga. (Foto: Tagar/Santi Sitorus)

Bekasi, (Tagar 17/2/2019) - Menjadi seorang pengusaha yang sukses tentu tidak mudah. Untuk mewujudkannya akan dibutuhkan usaha dan juga kerja keras. Hal itu yang dilakukan pria kelahiran Bandung bernama Arif Nursyam Jeni.

Memiliki keluarga yang sederhana membuat pria usia 33 tahun itu mengenyam pendidikan di SMK Pelayaran Jalasena, Tanjung Priok.

"Ya itu pilihan ibu saya. Menyuruh saya untuk sekolah pelayaran," ujar pria asli Padang kepada Tagar News, (9/2).

Meskipun bukan menjadi sekolah impiannya, tetapi Arief tetap menjalani pendidikan disana. Namun, semua ilmu pelayaran yang diterimanya tidak dapat diaplikasikan dengan sempurna. Karena ia memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan otomotif mesin.

"Saya sebenarnya tidak suka sekolah pelayaran, saya mau melanjutkan sekolah tentang otomotif mesin. Tapi saya lebih menghargai orang tua saya, ya sudah saya jalani aja," tutur pria yang menciptakan mesin kemas otomatis itu.

Kemampuan dirinya dalam merakit mesin telah ada sejak dia melanjutkan pendidikan ke SMK.

"Iya skill saya itu ketahuan pas mau SMK. Saya suka dibidang itu. Makanya saya ingin sekolah SMK otomotif mesin," tambahnya.

Meskipun sempat berkecimpung di dunia perkapalan, Kemampuan yang dimiliki pria yang lahir di Bandung, 26 November 1985 itu tidak habis terkikis waktu. Ia sering melakukan uji coba setelah sesuatu hal itu ada dipikirannya.

"Saya itu suka berpikir untuk menciptakan sesuatu. Dan yang ada di pikiran saya langsung saya gambarkan lewat uji coba aja," jelasnya.

Asah Skill untuk Menciptakan Mesin Kemas

Menikah dengan Derita Helvi pada tahun 2011 menjadi awal dari hidup membuka usaha sendiri, setelah memutuskan untuk meninggalkan dunia pelayaran.

"Iya saya sudah tinggalkan dunia pelayaran tahun 2011, setelah saya menikah" ungkap pria yang memiliki kulit hitam itu.

Dunia pelayaran menurutnya tidak baik bagi kehidupan rumah tangga mereka.

"Kerja pelayaran kan jarang pulang. Bisa-bisa sekali 6 bulan. Tidak baik," ucapnya.

Hal itu juga yang mendorong untuk membuka usaha sendiri. Memang sebagai keturunan Padang, memiliki jiwa dagang yang kental.

"Iya kita kan asli Padang. Kita memiliki jiwa dagang kan. Jadi kita berniat untuk membuka usaha sendiri aja," celetuk istri Arif, Helvi.

Kemampuan memadankan rangkaian mesin hingga dapat beroperasi merupakan keahlian unik yang dimiliki suami Helvi.

"Saya juga bingung, dia bisa gitu. Memang sih dulu dia pengen sekolah di SMK otomotif gitu. Cuma orang tuanya maunya dia harus sekolah pelayaran. Ya udah. Tau-taunya sekarang kemampuannya di mesin ini yang jadi. Seperti sekarang ini," tambah istrinya kepada Tagar News di Kampung Cakung Tayangan, Jati Asih, Bekasi Jawa Barat.

Selain ingin menyalurkan hobinya, Arif juga ingin memberitahukan kepada masyarakat, khususnya anak muda ditengah kecanggihan teknologi supaya dapat memberikan karya yang positif terhadap bangsa. Jangan hanya menuntut pemerintah harus memberikan yang lebih baik.

"Saya itu ingin ya masyarakat Indonesia, karya  apa yang dapat kamu berikan untuk negara ini? Berikanlah karya yang positif," tutur Arief dengan nada mengajak.

Menurut Arif, anak bangsa pasti bisa menciptakan sesuatu yang dapat berdampak positif bagi bangsa. Jangan hanya games Mobile Legend yang di mainkan. Gunakanlah handphone untuk melihat hal-hal yang akan berdampak positif bagi bangsa.

"Saya heran, anak-anak muda, bahkan anak kecil semua pada main ML. Segala ada turnamennya, harusnya handphone canggihnya digunakan melihat-lihat informasi tentang karya-karya positif, supaya dapat menghasilkan karya positif bagi bangsa," tuturnya.

Arif berhasil menciptakan mesin yang mampu mengemas makanan dari bahan sampah rumah tangga.

"Iya barang ini saya ciptakan untuk mengemas makanan-makanan ringan. Daripada menguras tenaga dan membutuhkan waktu yang sangat lama," ujar Arif.

Mesin kemas otomatis yang diciptakannya itu hanya mampu mengemas makanan-makanan ringan saja, seperti kacang-kacangan.

"Iya tapi mesin ini hanya bisa masuk kayak kacang-kacangan aja sih mba, pokoknya biji-bijian dah. Kalo yang lain masih belom bisa," jelasnya sambil menunjukkan mesin tersebut.

Dia merakit mesin tersebut dalam waktu 2 bulan dengan biaya yang sangat terjangkau.

"Saya buatnya itu 2 bulanan lah. Dan itu biaya hanya untuk material habislah 1 jutaan, karna kan bahannya dari sampah," ujarnya.

Semua bahan-bahan yang digunakan dalam mesin itu dari sampah rumah tangga seperti aqua galon, kayu bekas, sandal jepit, ban dalam motor, gir kipas angin, loyang kue, printer rusak, kabel bekas, gerinda rusak, besi-besi bekas, dinamo power window mobil, dapat disulap tangan ajaib Arif.

"Ya bahan-bahannya dari sampah, aqua galon, kayu bekas, sandal jepit, ban dalam motor, gir kipas angin, loyang kue, printer rusak, kabel bekas, gerinda rusak, besi-besi bekas, dinamo power window mobil," ungkap Arif.

Meskipun terbuat dari sampah rumah tangga, mesin itu mampu membantu kehidupan keluarganya hingga dia mampu membayar gaji karyawannya.

"Jangan salah. Gini-gini juga menghasilkan ini. Saya bisa bayar gaji karyawan Rp 650.000 per bulan," jelasnya.

Selain mampu menghasilkan uang, mesin sederhana itu juga banyak diminati masyarakat. Namun dibalik itu Arif memiliki kekhawatiran jika mesin tersebut rusak dan tidak dapat diperbaiki sendiri.

"Banyak sih yang mesan, cuma saya khawatir kalau nanti rusak. Kan bahannya semuanya bekas dan tentunya daya tahan mesinnya jangka pendek. Kalo rusak nanti mereka gak bisa benerin sendiri. Jadi saya putuskan, tidak dululah," ujarnya.

Dibalik kesuksesannya menciptakan mesin kemas otomatis tersebut, Arif juga ingin mengembangkan cita-citanya menjadi seorang ahli teknik mesin. Mampu merakit produk-produk lain.

"Kalau harapan saya, produk mesin saya gak cuma sampe disini aja. Tapi nanti saya mau buat produk-produk yang lain lagi," jelasnya.

Namun yang menjadi hambatan baginya adalah dana pembuatan mesin agar layak untuk di jual masih kurang mencukupi. Sehinga dia berusaha untuk mendapatkan pinjaman, namun tak mampu juga. Akhirnya karya tangan ajaibnya sebatas untuk pribadi saja.

"Masalahnya sekarang dana, saya sudah coba pinjam kesana kemari tapi tidak ada yang bisa. Ya udah lah. Cukup buat saya aja dulu," tutupnya. []

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.