Sosiolog UGM: di Balik Fenomena Manusia Silver di Kota Besar

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Seoprapto ikut menanggapi alasan dibalik munculnya para pengemis manusia silver belakangan ini.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Seoprapto. (Foto: Tagar/Alumni.fisipol.ugm)

Jakarta – Fenomena manusia silver yang marak terlihat dibeberapa sudut kota, kini menjadi peristiwa yang berhasil menyita perhatian banyak pihak. Terlebih saat munculnya bayi pengamen dan mantan anggota polisi yang diketahui mengemis dengan mengecat silver seluruh tubuhnya.

Menyikapi hal ini, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Seoprapto ikut menanggapi alasan dibalik munculnya para pengemis manusia silver belakangan ini.

Seoprapto sempat mewawancarai manusia silver terkait alasan dibalik para manusia silver itu mengemis dan mendapat pernyataan bahwa mereka lebih memilih cara instan seperti mengemis karena tidak harus bersusah-susah. 


Jangan sampai hasil penelitian hanya sebagai hiasan dan selesai pada data tetapi kemudian ditindak lanjuti dengan penanggulangan ketika ada angka kemiskinan yang cukup tinggi ataupun beberapa kebutuhan masyarakat yang perlu ditangani.


SoepraptoWawancara Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto dengan Siti Afifiyah dalam YouToube Tagar TV. (Foto: Tagar/Eka)

Selain itu, karena dilakukan secara berkelompok, modal yang dibutuhkan untuk membeli cat pun lebih sedikit, meski pada akhirnya mereka tetap berkewajiban menyetor hasil jerih payah yang mereka lakukan di sudut perempatan atau lampu merah.

“Jadi sebetulnya bukan no other choice, tetapi karena mereka ingin melakukan itu dengan cara yang lebih cepat dan instan,” ujar Seoprapto saat wawancara di kanal YouTube Tagar TV, Sabtu, 2 Oktober 2021.

Seoprapto menangapi bahwa munculnya fenomena manusia silver ini tidak ada kaitannya dengan pandemi Covid-19, karena secara kebetulan kemunculannya baru terjadi setelah pandemi.

“Sebetulnya, agak susah kalau mengatakan bahwa ini ada hubungannya dengan pandemi. Secara kebetulan memang, kemunculan mereka lebih terjadi atau berkembangnya setelah ada pandemi. Tetapi saya merasa bahwa persoalannya bukan itu, karena banyak juga orang miskin atau orang yang sakit mendapatkan mata pencaharian, tapi juga tidak banyak yang melakukan ini,” ujar Seoprapto.

Sosilog UGM tersebut menyatakan pemerintah tentu sudah tahu akan adanya penyakit sosial ini dan telah melakukan beberapa upaya untuk menguranginya.

“Sejumlah rumah singgah yang juga ditempa, diciptakan, dan diadakan oleh pemerintah tetap memiliki dampak dalam mengurangi angka atau jumlah pengemis di jalanan. Bahkan, terutama di rumah-rumah, itu sekarang boleh dikatakan tidak ada. Dulu jaman masih sekolah pengemis itu kerumah-rumah, kalau sekarang kan mereka enggak gitu,” katanya.

Meskipun demikian, pemerintah pusat maupun legislatif diharapkan harus lebih sering meneliti dan mencermati data yang ada terkait dengan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat.

“Jangan sampai hasil penelitian hanya sebagai hiasan dan selesai pada data, tetapi kemudian ditindak lanjuti dengan penanggulangan ketika ada angka kemiskinan yang cukup tinggi ataupun beberapa kebutuhan masyarakat yang perlu ditangani,” ujar Seoprapto.

Ia juga meminta pemerintah dan dinas sosial untuk melakukan pendekatan dan solusi lain agar masalah sosial ini dapat diminimalisir.

“Pertama, mengetahui apa yang menjadikan mereka melakukan itu dan tentunya harus dengan deep interview supaya bisa memahami betul apakah mereka melakukan itu karena terpaksa atau karena ingin melakukan itu sebab instan dibandingkan dengan mereka bekerja berat. Setelah ada pengelompokkan itu, kemudian dicarikan solusinya dan biasanya juga diberbagai tempat ada sejumlah perusahaan atau organisasi yang melakukan tanggung jawab sosial korporasi atau perusahaan,” katanya.

Selain pemerintah, Seoprapto juga menyebutkan dibutuhkan adanya uluran tangan dan kerjasama dari pihak lain, seperti lembaga, institusi, masyarakat, dan keluarga untuk saling membantu menyadari para pelaku terkait sehingga kehadiran para pengemis manusia silver ini dapat dikurangi.

(Eka Cahyani)

Berita terkait
Begini Rekonstruksi Kasus Mutilasi Manusia Silver di Bekasi
Kepolisian telah melakukan rekonstruksi terkait kasus mutilasi di Bekasi dengan tersangka berinisial A 17 tahun.
Sosiolog UGM Tanggapi Kasus Hubungan Intim Ayah Taqy Malik
Pakar Sosiolog UGM Soeprapto, menanggapi kasus pemaksaan hubungan intim yang dilakukan Ayah Taqy Malik kepada sang istri Marlina Octoria.
Viral Pasien Covid Dipukuli Warga, Ini Respons Sosiolog UGM
Beredarnya video pasien Covid-19 Salamat Sianipar yang dipukuli warga Desa. Berikut respons sosiolog UGM terkait hal itu.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.