Sopir Truk BBM Mogok, Hati-hati Kelangkaan BBM Saat Mudik

Aksi mogok sopir truk tangki bahan bakar minyak (BBM) ini dikhawatirkan akan mengganggu pasokan BBM terutama di saat arus mudik.
Petugas melakukan pengisian BBM ke truk tangki di Terminal BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta, Rabu (14/6). Menteri ESDM dan Pertamina memastikan pasokan BBM dan LPG untuk kebutuhan selama arus mudik dan lebaran aman dengan stok BBM mencapai 22-28 hari dan stok LPG mencapai 15-16 hari. (Foto: Ant/Hafidz Mubarak A)

Jakarta, (Tagar 21/6/2017) - Sedikitnya 2.500 Awak Mobil Tangki (AMT) di berbagai wilayah yang tergabung dalam Federasi Buruh Transport Pelabuhan Indonesia (FBTPI) melancarkan aksi mogok kerja pada 19 Juni hingga 24 Juni nanti.

Aksi mogok sopir truk tangki bahan bakar minyak (BBM) ini dikhawatirkan akan mengganggu pasokan BBM terutama di saat arus mudik. Hal ini juga disayangkan karena dilakukan bersamaan dengan musim mudik Lebaran saat kebutuhan energi meningkat sehubungan lonjakan lalu lintas barang dan orang.

"Aksi tersebut sangat disayangkan karena kalau pasokan BBM sebagai sumber energi terganggu maka lalu lintas barang dan orang juga akan mengalami gangguan yang luar biasa," kata pengamat ekonomi Indef, Drajad Wibowo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (21/6).

Drajad memahami bahwa para sopir truk tangki BBM tersebut membutuhkan perhatian. Tetapi, lanjut dia, jangan hanya karena tuntutan tersebut mereka memilih melakukan aksi mogok saat momen Lebaran.

"Seharusnya koordinator para sopir tidak hanya memikirkan kepentingan mereka, tetapi harus mementingkan masyarakat lebih luas," kata Drajad.

Di sisi lain ia mengingatkan bahwa dampak mogok sangat tergantung jumlah pendemo. Jika dilakukan hanya beberapa orang, maka dampaknya tidak besar.

Namun kalau dalam jumlah banyak, tentu dampaknya luar biasa, bahkan bisa lebih parah dari kasus kemacetan Brexit tahun lalu.

"Tetapi saya percaya, Pertamina dan aparat tidak akan tinggal diam," kata Drajad.

Sementara pengamat politik senior Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit menilai aksi mogok sopir truk tangki BBM tersebut bisa dianggap bermuatan politis. Hal itu karena dilakukan menjelang Lebaran, yang memang menjadi momen penting dimana puluhan juta masyarakat melakukan mudik.

Menurut Arbi, dipakainya isu mogok kerja sopir truk memang sangat seksi dan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan politis. Isu ini bisa dipersepsikan merugikan sekelompok masyarakat kelas bawah.

"Jadi isu apapun akan dipakai, sepanjang merupakan isu-isu yang populer. Di antaranya terkait rencana mogok kerja sopir truk tangki pengangkut bahan bakar minyak (BBM)," kata Arbi.

Arbi Sanit mengatakan rakyat juga yang menjadi korban atas rencana mogok kerja sopir truk BBM tersebut.

Aksi itu merupakan protes terkait dengan dugaan pemecatan 414 AMT oleh PT Pertamina Patra Niaga pada 26 Mei lalu.

PT Pertamina Patra Niaga merupakan perusahaan milik PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang perdagangan BBM, pengelolaan BBM, pengelolaan armada dan pengelolaan depot. (Fet/Ant)

Berita terkait