Soal Kasus Pembunuhan, KPAI Mau Temui Anies Baswedan

KPAI dijadwalkan akan menemui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyangkut kasus pembunuhan dan permintaan satu psikolog di sekolah.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu 8 Januari 2020. (foto: Tagar/Popy Sofy).

Jakarta - Wacana Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menghadirkan satu psikolog di tiap sekolah di DKI Jakarta hingga kini belum menemui titik terang. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengaku belum menemui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membicarakan rencana tersebut.

"Kita belum tahu, tapi kita sudah bersurat. Mungkin harus bertemu kali sama Gubernur (Anies Baswedan) ya, bukan Kepala Dinas. Ini kan kebijakannya sudah ada di Gubernur ya, biar nanti anggarannya masuk di tahun depan," ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti kepada Tagar di kantor KPAI, Jakarta Pusat, Senin, 9 Maret 2020.

Baca juga: Butuh Psikolog, KPAI Bakal Temui Anies Baswedan

Nanti saya akan berupaya untuk bertemu gubernur, karena banyak kasus. Kita berharap ada perubahan signifikan, termasuk kan ini anak DKI kan (NF, 15 tahun), di Jakarta Pusat.

Sejumlah kasus seperti siswi tewas karena loncat dari lantai 4 sekolah, dan kasus teranyar pembunuhan bocah 6 tahun yang dilakukan siswi sekolah menengah pertama (SMP), diakui Retno menjadi alasan kuat pentingnya menempatkan psikolog di tiap sekolah, khususnya di tingkat sekolah dasar (SD) yang tidak memiliki guru bimbingan konseling (BK).

"Target kita kan 5.000 sekolah di DKI, dari SMP, SMA, SMK, sampai SD. Kita maunya sih SD dulu diutamakan. Mudah-mudahan dianggaran depan (2021) masuk," katanya.

Komisioner KPAI Retno ListyartiKomisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti dikantornya, Senin, 9 Maret 2020. (foto: Tagar/Husen).

Kemudian, Retno menyinggung kasus teranyar yang melibatkan NF (15) siswi SMP yang menjadi pelaku pembunuhan seorang bocah perempuan berusia 6 tahun. Menurutnya, hal itu dapat terjadi dikarenakan kurangnya penanganan dan deteksi dini terhadap kecenderungan pelaku untuk melakukan tindak kekerasan.

"Nanti saya akan berupaya untuk bertemu gubernur, karena banyak kasus. Kita berharap ada perubahan signifikan, termasuk kan ini anak DKI kan (NF, 15 tahun), di Jakarta Pusat. Kasus di Jakarta banyak banget dan mengerikan. Ini sudah ngomongin kesehatan mental, berarti banyak anak DKI yang mungkin punya masalah secara psikologi. Mudah-mudahan dengan penanganan lebih cepat, bisa dideteksi lebih cepat," ujarnya.

Baca juga: Kasus Pembunuhan, KPAI Soroti Proses Sensor Film

Retno berharap dengan hadirnya psikolog di tiap sekolah mampu menguatkan tugas dan fungsi guru BK.

Selain itu, para psikolog nantinya juga bisa menjadi wadah untuk berkonsultasi yang tidak hanya bagi murid, tapi juga bagi para guru.

"Kadang-kadang guru-guru juga bermasalah kan. Guru-guru juga tentu dia manusia yang bisa enggak bahagia. Nah dengan itu dia juga bisa berkonsultasi dengan psikolog ini," kata Retno.

Dia mengaku optimis cita-cita menghadirkan psikolog dapat segera terwujud. KPAI berencana menjadwalkan pertemuan dengan Gubernur Anies selambat-lambatnya sebelum April 2020.

"Paling tidak sebelum bulan Ramadan sudah kita (lakukan) pertemuan biar nanti siapa tahu ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) perubahan, bisa masuk dan bisa ada di Agustus. Tapi kalau enggak, tahun depan target kita. DKI bisa, saya yakin," Komisioner KPAI. []

Berita terkait
Kasus Pembunuhan Bocah 6 Tahun, KPAI: Rehabilitasi!
KPAI menyikapi kasus pembunuhan kejam yang dilakukan NF, remaja 15 tahun terhadap bocah perempuan berusia 6 tahun di Jakarta. Mereka minta rehab.
Pernyataan Kontroversial Komisioner KPAI
Selain pernyataan perempuan bisa hamil di dalam kolam renang, KPAI juga pernah "menciptakan" kontroversial lain.
Hamil di Kolam Renang, KPAI Bentuk Dewan Etik
Terkait dengan kontroversi pernyataan hamil di kolam renang oleh Sitti Hikmawatty, KPAI memutuskan untuk membentuk Dewan Etik
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.