Situs Trivago Didenda Rp 450 Miliar di Australia

Trivago didenda 45 juta dolar Australia (Rp 450 miliar) karena membuat iklan yang mengatakan bisa mendapatkan kamar hotel dengan harga terbaik
Trivago mengiklankan bahwa mudah untuk mendapatkan \'harga terbaik\' tapi yang muncul paling atas adalah harga yang lebih mahal (Foto: abc.net.au/indonesian - Supplied: Trivago)

Oleh: David Chau and Michael Janda - Reporter Bisnis

TAGAR.id - Perusahaan pemesanan hotel global online Trivago telah dikenai denda 45 juta dolar Australia (sekitar Rp 450 miliar) karena membuat iklan yang mengatakan bisa mendapatkan kamar hotel dengan harga terbaik.

Trivago dikenai denda di Australia setelah dua tahun lalu pengadilan federal di Canberra memutuskan perusahaan tersebut melanggar UU Perlindungan Konsumen di Australia.

Selain denda, Trivago juga harus membayar semua ongkos perkara dari pihak Komisi Perlindungan Konsumen dan Persaingan Australia (ACCC) yang mengajukan kasus tersebut atas nama konsumen yang dirugikan.

Dalam keputusan yang dikeluarkan hari Jumat, 22 April 2022, Hakim Mark Moshinsky mengatakan ada perbedaan besar antara mereka yang terlibat dalam kasus tersebut mengenai jumlah denda yang pantas, setelah ACCC mengatakan paling tidak denda yang harus dibayar adalah 90 juta dolar Australia sementara Trivago mengatakan hanya sekitar 15 juta dolar Australia.

Dalam menentukan keputusan akhir terkait besaran denda, Hakim Moshinsky mengatakan pelanggaran yang dilakukan Trivago adalah hal yang "sangat serius."

"Iklan televisi yang dibuat Trivago di masa-masa awal sangat menyesatkan," kata Hakim Moshinky.

"Dalam iklan, situs Trivago diperlihatkan dengan cepat dan mudah akan memberikan harga kamar hotel terbaik ketika konsumen melakukan pencarian, tetapi pada kenyataannya situsnya tidaklah demikian.

"Dari daftar yang muncul, 66,8% harga kamar hotel yang lebih mahal berada di posisi tertinggi dibandingkan harga kamar yang lebih murah."

1 Bagaimana Trivago menyesatkan konsumen

Ketika Hakim Moshinsky memutuskan bahwa Trivago melanggar hukum perlindungan konsumen dalam keputusannya di tahun 2020, dia mengatakan bahwa 'kenyataan bahwa Trivago mendapat bayaran dari hotel yang memasang iklan tidak disampaikan dengan jelas."

Hampir dalam semua pencarian, hotel yang muncul di posisi paling teratas bukanlah yang memberikan harga terbaik atau termurah.

Trivago mempromosikan hotel yang membayar paling tinggi untuk perusahaan tersebut.

Konsumen juga mendapatkan informasi yang menyesatkan ketika melakukan perbandingan harga dalam istilah yang disebut 'strike through.'

Sebagai contoh, Trivago memuat tarif hotel seharga 420 dolar Australia dan kemudian setelah proses 'strike thorugh' harganya menjadi 299 dolar Australia.

"Informasi ini tidak benar karena sering kali yang dibandingkan adalah tarif kamar mewah dengan tarif kamar biasa," kata Kepala ACCC Rod Sims di tahun 2018 sebelum berhenti dari jabatannya.

"Proses itu seolah-olah menunjukkan penurunan harga dari kamar mewah dan turun menjadi kamar biasa, dan memberikan kesan konsumen akan mendapatkan diskon besar dengan harga kamar tersebut."

2 Konsumen dirugikan sekitar Rp 300 miliar

Hakim Moshinsky menambahkan bahwa iklan yang menyesatkan tersebut terjadi hampir selama tiga tahun, sehingga sejumlah besar konsumen yang menggunakan jasa situs tersebut dirugikan karena 93% pencarian diarahkan ke tawaran 'harga terbaik.'

"Ada sekitar 57 juta klik untuk tawaran harga terbaik untuk hotel yang dipilih konsumen yang sebenarnya bukan harga termurah di hotel tersebut," kata Hakim.

Trivago mendapatkan penghasilan sekitar 92 juta dolar Australia dari pemesanan yang dilakukan konsumen berdasarkan informasi yang menyesatkan tersebut.

Secara total penghasilan Trivago dalam masa 3 tahun ketika iklan tersebut ditayangkan adalah 4.178 juta dolar Australia.

Menurut Hakim, pendapatan Trivago akan berkurang antara 53 juta dolar Australia sampai 58 juta dolar Australia bila konsumen memilih harga kamar hotel termurah yang tersedia.

Menurut pengadilan, diperkirakan konsumen harus membayar sampai sekitar 30 juta dolar Australia lebih banyak untuk hotel mereka bila mereka tidak memilih opsi termurah dan hanya mengikuti apa yang disarankan oleh Trivago.

"Apa yang dilakukan Trivago menyebabkan konsumen Australia mengalami kerugian sekitar 30 juta dolar Australia dan tidak ada kompensasi yang diberikan. Dalam pandangan saya, ini mengharuskan adanya hukuman yang berat," kata Hakim.

Dalam pembelaannya, Trivago mengatakan bahwa 75% dari pendapatan mereka di Australia digunakan untuk biaya iklan sehingga keuntungan mereka dalam kurun 2017-2020 "sedikit atau bahkan negatif."

Menurut Trivago, keuntungan maksimal dari tindakan tersebut hanya sekitar 3 juta dolar Australia (sekitar Rp 30 M), dari keseluruhan keuntungan sekitar 6,7 juta dolar Australia antara tahun 2017-2019.

Menanggapi keputusan denda tersebut Trivago mengatakan "kecewa dengan keputusan pengadilan."

Dalam pernyataannya, perusahaan tersebut mengatakan "akan segera bergerak maju dan melanjutkan untuk membantu jutaan warga Australia menemukan tarif akomodasi yang bagus."

"Setelah keputusan awal yang memberikan petunjuk bagaimana situs kami harus memberikan informasi di Australia, Trivago dengan cepat mengubah situs dan mengikuti keputusan pengadilan." (Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News)/abc.net.au/indonesian. []

Menpar- PHRI Duet Luncurkan Aplikasi ‘Bookingina.Com’

TN Komodo Terapkan Registrasi Online untuk Wisatawan

Pesan Sultan Soal Izin Pendirian Hotel di Yogyakarta

Hotel dan Restoran Tangsel Beri Jasa Kirim Makanan

Berita terkait
Menpar- PHRI Duet Luncurkan Aplikasi ‘Bookingina.Com’
Menpar-PHRI duet luncurkan aplikasi ‘bookingin.com’ untuk pemesanan hotel. Aplikasi ini diharapkan dapat menjawab ketatnya persaingan hotel era digital.