Jakarta - Kota terbesar di Brasil, Sao Paulo, berjuang mengekang penyebaran Covid-19 ketika beberapa langkah pembatasan diberlakukan lagi. Pembatasan lebih lanjut itu tidak dapat membendung arus warga yang berdesakan ke kota, naik bus dan kereta api, keluar masuk São Paulo setiap hari. Kondisi sistem kesehatan di Sao Paulo dilaporkan dalam kondisi di titik kritis.
Laporan situs independen, worldometer, sampai tanggal 19 Maret 2021 jumlah kasus virus corona di Brasil sebanyak 11.877.009 dengan 290.525 kematian. Berdasarkan jumlah kasus dan jumlah kematian Brasil ada di peringkat ke-2 dunia di belakang Amerika Serikat (AS).
Dengan banyak rumah sakit yang mencapai kapasitas penuh, Wali Kota Sao Paulo, Bruno Covas, pada hari Kamis, 18 Maret 2021, mengumumkan pemberlakuan aturan tegas pemerintahnya terhadap mobilitas di dalam kota tersebut untuk mengantisipasi liburan yang akan datang.
"Ini harus dihentikan supaya kasus lain tidak terjadi seperti ini. Banyak warga tidak dapat dirawat di rumah sakit dan kemudian meninggal," kata Covas mengacu pada São Paulo yang mencatat kematian pertama seorang pasien Covid-19 saat menunggu tersedianya tempat tidur ICU.
Pasien itu adalah salah satu dari 476 warga yang mengantre untuk mendapatkan tempat tidur rumah sakit.
Di Rumah Sakit Vila Alpina, pasien Covid-19 menunggu berjam-jam untuk dirawat di dalam ambulans yang antre di tempat parkir.
Pemerintah negara bagian São Paulo mengeluarkan peringatan darurat kepada masyarakat yang mengumumkan "risiko tinggi jika tidak ada tempat tidur rumah sakit di seluruh negara bagian – Tetap berada di rumah, jaga keluarga. Jika perlu keluar, gunakan masker."
Sementara itu, pihak berwenang dan asosiasi kesehatan memperingatkan pemerintah federal bahwa persediaan obat penenang dan obat-obatan lain yang dibutuhkan untuk intubasi telah berkurang, hanya tersisa persediaan 20 hari untuk seluruh Brasil (mg/pp)/voaindonesia.com. []