Siapa Pemimpin Lembaga Survei Pilpres Diancam Dibunuh?

Alvara Research Center berharap polisi dapat mengungkap siapa pihak yang mengancam akan membunuh pemimpin lembaga survei.
Wartawan melihat hasil survei nasional Alvara Research Center dengan tema "Pilpres 2019: 30 Hari Menuju Pemilu" di Jakarta, Jumat (15/3/2019). Survei dengan metode wawancara tatap muka kepada 1.200 responden yang mempunyai hak pilih dengan margin of error 2,88 persen, salah satu hasilnya menyebutkan elektabilitas pasangan Capres - Cawapres Joko Widodo - Ma'ruf Amin sebesar 53,9 persen, sementara pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno sebesar 34,7 persen, dan yang belum memutuskan sebesar 11,4 persen. (Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Jakarta - CEO lembaga survei Alvara Research Center Hasanuddin Ali berharap pihak kepolisian dapat mengungkap siapa pihak yang mengancam akan membunuh pemimpin lembaga survei.

"Ini ancaman yang serius dan tidak baik bagi penegakan demokrasi di Indonesia," kata Hasanuddin Ali di Jakarta, Kamis 30 Mei 2019.

Hasanuddin Ali mengatakan hal itu menanggapi pernyataan Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di kantor Menko Polhukkam, Selasa 28 Mei 2019 bahwa pemimpin lembaga survei dan empat orang tokoh nasional jadi target pembunuhan. Tapi Dedi tidak menyebutkan nama pemimpin lembaga survei yang menjadi target pembunuhan tersebut.

Menurut Hasanuddin, lembaga survei adalah lembaga yang bekerja melakukan survei, baik quick count, exit poll, maupun survei persepsi publik, didasarkan pada metodelogi ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hasanudin mengatakan lembaga survei dalam setiap pekerjaannya pasti sudah mempertimbangkan penggunaan metodelogi ilmiah serta tingkat akurasi yang tinggi, sehingga hasil survei mencerminkan populasi yang disurvei secara akurat.

Ini ancaman yang serius dan tidak baik bagi penegakan demokrasi di Indonesia.

Mencermati perjalanan sejarah, kata dia, lembaga survei sudah bekerja sejak awal era reformasi, ketika penyelenggara negara menerapkan pemilu legislatif dan pemilu presiden secara langsung. 

"Hasil survei dari lembaga survei selalu akurat, dengan margin error hanya sekitar satu persen," ucap Hasanuddin.

Karena itu, Hasanuddin menyayangkan adanya ancaman terhadap pemimpin lembaga survei, karena dapat mengancam wilayah akademik yang menjadi pola kerja lembaga survei. 

"Jangan sampai adanya ancaman ini membuat kerja lembaga survei menjadi tidak independen dan terkekang," ucapnya.

Sebelumnya dilansir Antara, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, empat orang tokoh nasional dan pemimpin lembaga survei menjadi target pembunuhan. 

"Dari lima orang tersebut, pimpinan lembaga survei yang menjadi target pertama untuk dibunuh," ujar Brigjen Dedi Prasetyo. []

Baca juga:

Berita terkait