Jakarta - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2020-2025 Zulkifli Hasan (Zulhasan) mengatakan 'kursi melayang' saat pelaksanaan pemilihan ketua umum PAN dalam Kongres V PAN merupakan risiko dari demokrasi.
"Demokrasi itu kan semua orang mempunyai hak yang sama, boleh mengekspresikan seperti apa. Hanya memang kita sayangkan ada orang luar yang terlibat. Saya kira itu yang membuat kursi-kursi melayang," ucap Zulhasan di Hotel Claro, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu, 12 Februari 2020 seperti dilansir dari Antara.
Dengan demikian, Zulhasan meminta maaf kepada kader PAN dan meminta semua kader untuk bersatu kembali membangun PAN. "Saya minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, kepada seluruh simpatisan PAN atas apa yang terjadi," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Penasihat Partai (MPP) PAN Hatta Rajasa mengatakan kericuhan saat pemilihan ketua umum pada dasarnya karena ada dinamika di dalamnya. Apalagi, kata dia, perhelatan digelar secara besar dan dilaksanakan oleh partai besar.
Ketika partai mampu melewati hal tersebut, artinya partai tersebut partai besar. "Partai besarlah yang mampu mengatasi semua persoalan yang ada. Alhamdulillah kita bisa mengatasi semua persoalan yang ada di antara kita. Saya perhatikan tidak ada di antara kader kita yang saling berhadapan," ujarnya.
Pemilihan ketua umum berlangsung, Selasa, 11 Februari 2020 dalam Kongres V PAN. Hanya saja, sempat terjadi kericuhan antara kedua kubu pendukung, yakni kubu Zulhasan dan Mulfachri. Akibatnya terdapat beberapa peserta kongres dari kubu Mulfachri Harahap mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit.
Namun kericuhan diatasi oleh pihak kepolisian yang melakukan pengamanan ketat di area kongres ke V PAN. Zulhasan terpilih menjadi ketua umum seusai berhasil mengumpulkan 331 suara, mengalahkan Mulfachri Harahap 225 suara, dan Drajad Wibowo enam suara. []