Yogyakarta - Nama lengkapnya Highness Stephania. Perempuan berparas cantik berprofesi sebagai driver ojek online (ojol). Dia melakukan pekerjaan sebagai jasa antar customer berplatfrom aplikasi ini untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Namun perempuan asal Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta ini sering mendapat perlakuan dari customer yang tidak mengenakkan saat bekerja. Biasanya customer pria yang usil kepadanya. Tidak sekedar merayu, tetapi duduk terlalu dekat di atas jok motor saat berjalan. Bahkan menyandarkan kepala kepada perempuan berusia 19 tahun ini
Ya, perempuan yang mulai mengaspal berplatform ojol sejak 2019 ini sering didoga customer cowok. "Ada yang duduknya terlalu dekat dengan saya. Lalu saat diingatkan jangan dekat-dekat, mas mbok ya mundur duduknya, dia malah marah," katanya saat menerima bantuan sembako di Kawasan Shoping Center Kota Yogyakarta, Jumat, 17 Juli 2020.
Selain itu, kata dia, ada juga customer pria yang sok mesra dengannya. "Ini yang paling parah, menyandarkan kepalanya di pundak saya. Lalu dia juga menawari saya pekerjaan," ujarnya.
Perempuan berambut panjang lurus ini mengaku customer laki-laki tersebut juga menawari pekerjaan. "Dia nawarin saya kerja juga, tetapi kerjanya suruh jadi LC (Lady Escort atau pemandu karaoke), pijat plus-plus seperti itu. Ya jelas saya tidak mau," katanya.
Ini yang paling parah, menyandarkan kepalanya di pundak saya.
Stephania mengaku juga pernah ada cowok yang naksir dan jatuh cinta kepadanya. "Ada customer yang malah nembak (menyatakan jatuh cinta). Dia bilang minta jadi pacar, tetapi saya nggak mau. Saya bilang sudah punya pacar," ungkapnya.
Namun, kata dia, si cowok ini terus bertanya dan merayu. "Dia tanya-tanya terus, saya jawab pacarku masih kuliah. Terus dia bilang kenapa enggak sama saya saja yang sudah mapan, sudah siap menikah. Pasti pacarnya mbaknya enggak punya uang kan," ujarnya menirukan kalimat customer.
Stephania tetap bersikukuh tidak tergoda dengan rayuan itu. "Saya tetap enggak mau. Akhirnya dia turun sambil bilang ke saya, nanti kamu menyesal," ucapnya.
Banyak juga customer cowok yang minta nomor ponselnya. Kemudian hari si customer tersebut minta dijemput, tetapi tidak pakai aplikasi. "Minta dijenput tapi manual (order tanpa aplikasi). Ya saya menolak, karena standar kerjanya pakai aplikasi. Nggak saya tanggapi yang manualan," ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Pasukan Ojol Perempuan (POP) Jogja Dwi Setyowati mengatakan, ojol perempuan seperi Stephania ini hanya satu dari banyak ojol perempuan yang mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan saat bekerja. Tidak heran ojol perempuan berisiko menjadi korban. Namun, profesi sebagai ojol tetap dijalani dengan segala konsekuensinya demi membantu perekonomian keluarga.
Menurut dia, mayoritas perempuan rela menjalani profesi ojol karena terdesak kebutuhan ekonomi. "Bahkan ada ojol cewek yang punya bayi terpaksa tetap harus menjalankan ojol demi mendapatkan uang," katanya. []