Shenzen Terapkan Pembatasan Covid-19 Mulai 5 September 2022

Sementara itu Kota Chengdu perpanjang lockdown yang sudah diterapkan di kota itu karena ada wabah baru Covid-19
Sejumlah warga antre giliran untuk menjalani tes Covid-19 di sebuah lokasi tes sementara di dekat sebuah wilayah pemukiman warga di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, pada 3 November 2021. (Foto: voaindonesia.com/cnsphoto via Reuters)

TAGAR.id, Shenzen, China – Pemerintah Kota Szhenzen, China, yang menjadi pusat teknologi di selatan China, mengatakan akan menerapkan upaya pembatasan anti virus (Covid-19) mulai Senin, 5 September 2022.

Sementara Kota Chengdu di wilayah barat daya negara tersebut mengumumkan perpanjangan lockdown atau penguncian sementara. Langkah-langkah itu diambil ketika negara itu menghadapi wabah baru Covid-19.

peta chinaPeta kota-kota di China daratan. (Sumber: yourrooms.com)

Shenzhen, yang memulai lockdown pada Sabtu, 3 September 2022, mengumumkan putaran baru tes COVID-19. Kota itu berjanji akan "menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia, memobilisasi semua pasukan, dan melakukan segala upaya" untuk mengatasi pandemi.

Secara terpisah, Chengdu, yang memberlakukan lockdown terhadap 21 juta penduduknya pada Kamis, 1 September 2022, mengatakan kota itu akan mempertahankan pembatasan di sebagian besar wilayah kota tersebut, dan akan melakukan tes massal lagi dari Senin, 5 September 2022, hingga Rabu, 7 September 2022.

China tetap memberlakukan kebijakan nol-COVID, meski sebagian besar negara lain telah melonggarkan pembatasan dan memilih untuk hidup berdampingan dengan virus itu. Akibatnya, wabah baru telah menjadi risiko besar bagi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu.

Saat ini, sebanyak 33 kota menjalani lockdown penuh atau sebagian, yang berdampak pada lebih dari 65 juta warga, menurut perkiraan majalah keuangan China, Caixin. (vm/ft)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Lockdown Covid-19 Mungkin Perparah Penindasan China di Xinjiang dan Tibet
Pihak berwenang China membagi daerah yang terimbas Covid-19 di daerah otonom itu menjadi zona berisiko tinggi, sedang, dan rendah