Seniman TIM Muntahkan Kekesalan pada Anies Baswedan

Ketua Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) Radhar Panca Dahana protes keras kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Dok Humas Pemprov DKI)

Jakarta - Ketua Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) Radhar Panca Dahana mengatakan adab yang ada di dalam diri manusia hancur karena pengaruh para elite-elite dan pemerintah yang tidak menghargai seniman dan budayawan. Hal itu berlaku bagi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dia mengaku berani mempertanggungjawabkan, saat ini Indonesia mengalami degradasi moral hingga ke titik yang begitu labil.

Baca juga: Revitalisasi TIM, Seniman: Bisnis Kapitalis

"Sehingga kebudayaan ini saya klaim dan saya bertanggung jawab kepada siapa pun di seluruh Indonesia, itu telah mengalami degradasi sampai ke titik labil. Kita semua ini budayanya adab di dalam diri kita, di jalan raya saja deh, adab di dalam diri kita sudah hancur. Dan itu gara-gara elite," kata Radhar saat dijumpai Tagar, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 17 Febuari 2020.

Menurut dia pemerintah pusat maupun daerah sudah sejak lama tidak pernah memahami dengan baik kebudayaan di Tanah Air.

"Sudah 30 tahun lebih itu tidak memahami dengan baik kebudayaan yang mengakibatkan pertumbuhan kebudayaan. Pembangunan kebudayaan itu paling merosot dibandingkan seluruh pembangunan," ujarnya.

Dia menegaskan selain pemerintah, para budayawan dan seniman juga adalah sosok pemangku kepentingan. 

Dia (Anies Baswedan) enggak menganggap itu. Materil dianggap, yang ini enggak. Bukan enggak dianggap lagi, dihina nya, bahkan dibunuh.

Maka itu sudah seharusnya yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelum melakukan revitalisasi di TIM, semestinya membuka ruang diskusi kepada para seniman dan budayawan yang ada di TIM.

"Mereka kan pemangku kepentingan juga, penyelenggara negara juga, kami seniman dan budayawan itu pemangku kepentingan juga. Kalau di kebudayaan, kita yang utama. Pemerintahan dia. Dia (Anies) penyelenggara negara, kami juga penyelenggara negara. Cuma dia diistimewakan. Mbok ya ngomong, kan gitu," ucapnya terheran-heran.

Baca juga: Revitalisasi TIM, Seniman: Anies Baswedan Budek

Ketua Forum Seniman Peduli TIM Radhar Panca DahanaKetua Forum Seniman Peduli TIM Radhar Panca Dahana usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X di DPR, Jakarta, Senin 7 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fernando P)

Radhar menilai tindakan yang dilakukan Anies dalam merevitalisasi TIM, nantinya akan ditiru oleh pemerintah daerah lainnya. Di mana mereka sebagai seniman dan budayawan tidak lagi dihargai.

"Nah, tindakan semacam ini yang kita khawatirkan menjadi reference, menjadi model bagi daerah-daerah lain dalam cara pemerintahnya memberlakukan kesenian dan kebudayaan," katanya.

Tak hanya itu, dia juga menyatakan bahwa seniman dan budayawan malahan dijadikan beban bagi pemerintah daerah maupun pusat.

"Dianggap kita sebagai beban, bebannya APBD. Oh berarti selama ini seniman dan kebudayaan itu beban, bukan investasi. Seharusnya kita ini investasi imateriel kan. Ada investasi materil berupa jalan dan gedung. Investasi imateriel adalah investasi untuk membangun manusianya, operatornya yang nanti akan mengembangkan, menggunakan, membiarkan materilnya itu," kata dia.

Namun, Anies Baswedan dinilainya tidak melihat mereka sebagai 'sisi mata uang' yang sama antara imateriel dan materil tersebut.

"Dia (Anies Baswedan) enggak menganggap itu. Materil dianggap, yang ini enggak. Bukan enggak dianggap lagi, dihina nya, bahkan dibunuh. Ini cara berpikir yang sangat keliru. Kita dianggap beban seperti itu," ucap Radhar. []

Berita terkait
Tak Ikut Gerakan #SaveTIM, Jose Dukung Revitalisasi
Pendiri Teater Tanah Air, Jose Rizal Manua, tak sependapat dengan sejumlah seniman yang yang menggaungkan gerakan #SaveTIM
Kontroversi Revitalisasi TIM Jakarta
Revitalisasi Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) TIM di Kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, menuai pertentangan dari sejumlah seniman
Revitalisasi Kawasan TIM Telan Anggaran Rp 1,8 T
Pembangunan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) menelan anggaran Rp 1,8 triliun. Maka itu bos Jakpro, Dwi Wahyu, ingin diskusi dengan seniman.