Seni Bertahan UMKM Semarang Hadapi Pandemi Tanpa PHK

Inovasi produk dan harga, serta melihat kebutuhan pasar menjadi kunci tiga pelaku UMKM di Semarang mampu bertahan di pandemi tanpa ada PHK.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyambangi salah satu UMKM di Semarang, Minggu, 6 September 2020. UMKM tersebut mampu bertahan di tengah gempuran pandemi tanpa melakukan PHK. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Semarang - Banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tanah Air harus gulung tikar imbas pandemi Covid-19. Bahkan banyak usaha besar kategori industri yang melakukan efisiensi karyawan demi bertahan di tengah melemahnya daya beli masyarakat. 

Namun di Semarang, Jawa Tengah, ada sejumlah usaha kecil yang mampu bertahan menghadapi gempuran degradasi ekonomi. Tak hanya eksis, para pelaku UMKM ini mampu menghindarkan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.   

Seni bertahan ala UMKM di Semarang ini menjadi inspirasi bagi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk dijadikan contoh bagi pelaku usaha lain. Ganjar menyambangi tiga UMKM tersebut, Minggu, 6 September 2020. 

Ketiga usaha itu adalah UMKM Rajutan Nyonya, Super Roti yang memproduksi Roti Bekatul, dan UMKM Anindya Batik. Ketiganya memiliki perbedaan dan kesamaan dalam hal bertahan di tengah pandemi.

UMKM Rajutan Nyonya berada di kawasan Perum Dolok Indah nomor 15, Tlogosari Wetan, Pedurungan. Usaha milik Ratih Setya ini mampu bertahan setelah berinovasi dengan membuat terobosan berupa produksi masker rajut. 

UMKM Rajutan Nyonya punya produk inti berupa tas, dompet, taplak meja dan suvenir lain berbahan dasar kain. Di tengah pandemi, sempat tersendat lantaran permintaan menurun. Tapi dengan kejelian melihat peluang pasar, sisa kain dialihkan untuk dibuat kerajinan bros dan masker. 

UMKM Semarang2Salah satu UMKM di Semarang, Super Roti, melakukan ragam inovasi agar bisa bertahan di tengah pandemi. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Tak hanya mampu bertahan, UMKM yang sudah berproduksi sejak 2014 ini juga mampu memberi kehidupan warga sekitarnya. 

"Saya memberdayakan ibu-ibu lansia dan ibu rumah tangga yang bisa merajut. Produk saya dari tas, dompet, terus dari bahan sisa pembuatan itu bisa dijadikan bros dan yang terbaru ini masker rajut. Masker diproduksi sejak awal pandemi karena kita semua butuh masker dan karena saya di bidang rajut ya gimana caranya bikin masker dari rajut. Ternyata peminatnya sangat banyak sekali. Sebulan bisa produksi sekitar 200 masker rajut," kata Ratih Setya.

Kami cari terobosan-terobosan dan terus kembangkan.

Dengan kemampuannya, Ratih memadukan bahan lain seperti kulit, tenun troso, dan songket. Ia berkreasi dengan ragam motif seperti flora fauna, bunga, dan wayang. Baginya, inovasi adalah kata kunci dalam mempertahankan usahanya.  

"Kami cari terobosan-terobosan dan terus kembangkan. Sebelum pandemi kami buat tas dompet dan suvenir seperti bros, home dekor, pokoknya semua rajut. Setelah pandemi ini ada terobosan baru, yaitu masker rajut dengan berbagai macam model," tutur dia. 

Begitu halnya dengan Super Roti di Jalan Fatmawati nomor 91, Pedurungan. UMKM dengan produk unggulan roti bekatul milik Ismiati ini bisa bertahan karena mempertahankan ciri khas produk unggulannya. 

Ia berinovasi dengan mengikuti permintaan konsumen terkait rasa dan varian produk bekatul lain yang diinginkan. Alhasil tidak ada satupun karyawannya, dari total 22 karyawan, yang dirumahkan.

"Selama pandemi ini permintaan roti bekatul justru naik, kalau yang roti terigu turun. Orang di masa pandemi ini kan mencari apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan karena butuh sehat dan lainnya," ucap dia. 

Seni bertahan Ismiati juga dilakukan dengan menginovasi harga jual produk-produk unggulannya menjadi setengah harga biasa. Tak heran, dengan segala upaya itu, produk roti Ismiati telah mencapai pasar internasional.

"Saya bilang ke mereka, ayo bergandengan tangan jangan sampai ada pengurangan karyawan karena kondisi sedang sulit. Caranya kami bikin roti dari hati. Kami bikin yang bagus, yang enak, biar konsumen puas dan mencari kami," ujarnya. 

UMKM Semarang2Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melihat geliat UMKM di Kota Semarang di tengah pandemi Covid-19. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Terakhir, usaha Anindya Batik di Jalan Kedungmundu, Semarang, yang dikelola oleh Lisa Farida. UMKM ini sempat berhenti produksi selama masa awal pandemi Covid-19. Ini lantaran tidak ada satupun order baju batik yang masuk dan 11 rencana pameran batal hingga Desember. 

UMKM yang membina komunitas difabel, seperti tuna rungu dan tuna wicara, itu akhirnya bangkit setelah berinovasi dengan membuat masker batik.

"Awal pandemi, yaitu bulan Maret-April kami menangis, bukan hanya saya tetapi semua karyawan juga menangis karena saya liburkan. Mereka takut karena masih anget-angetnya Corona. Kami benar-benar stop produksi, akhirnya ada customer dari Surabaya minta dikirim masker batik abstrak," tuturnya di depan Ganjar.

Baca juga: 

Bak oase di tengah padang pasir, pesanan masker itu memantik semangat Anindya Batik untuk memproduksi secara massal masker batik. Dari kegiatan itu ia malah berhasil menampung lebih banyak kawan difabel. 

"Dari awalnya kami terdampak karena pandemi sampai akhirnya kami justru buka lapangan pekerjaan karena orderan banyak. Mereka ada yang dari pabrik sepatu dan konveksi yang industrinya tutup. Yang difabel saya panggil dan bilang bisa mengerjakan, akhirnya ikut ambil kain dikerjakan di rumah. Ada sekitar 10 orang baru yang kami tarik selama pandemi, termasuk yang bekerja di pabrik di Pekalongan," tuturnya. 

Ganjar Pranowo mengatakan tiga UMKM itu merupakan contoh bagaimana usaha kecil bisa bertahan dengan caranya masing-masing. Tidak pernah menyerah dan berinovasi adalah modal mereka menghadapi kesulitan ekonomi di masa pandemi

"Saya sedang cek bagaimana UMKM kita bisa survive, bisa jalan, dan mereka masih bisa semangat. Menariknya dari batik Anindya adalah penjahitnya penyandang disabilitas. Ada tuna rungu dan tuna wicara. Ini semuanya bisa bekerja dan produksinya jalan terus. Ini karya-karya mereka yang perlu kita support, mesti kita beli. Kita beli produk teman kita rame-rame," katanya. []

Berita terkait
Rahasia UMKM Yogyakarta Tembus Pasar Eropa
Pelaku UMKM Yogyakarta sukses memasarkan produknya ke sejumlah negara Eropa. Berikut rahasianya.
Ganjar Promosikan Produk UKM Lewat Instagram Story
Cara unik dilakukan Ganjar Pranowo untuk mempromosikan produk UKM di Jawa Tengah. Ia buka lapak di Instagram Story miliknya.
Di Saat Pandemi 70 UMKM Unjuk Produk di Sukabumi
70 pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) asal Kabupaten Sukabumi ikut memamerkan produk unggulan mereka dalam Festival UMKM Merdeka