Sembilan Hal yang Melenyapkan Peradaban Manusia Sebelum Kiamat

Hingga kini tidak yang tahu kapan datangnya hari kiamat.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 16/3/2019) - Puluhan warga Ponorogo, Jawa Timur, ramai-ramai mengungsi ke Ponpes di Malang. Mereka panik karena kadung terpapar hoaks kiamat sudah dekat.

Akibatnya, sejumlah aset berharga milik warga dijual dan ada juga yang terbengkalai ditinggalkan warga yang takut terhadap rumor akhir zaman.

Hingga kini tidak yang tahu kapan datangnya hari kiamat. Melalui ilmu pengetahuan manusia mungkin bisa meramal, tetapi sejatinya hanya Tuhan yang menetukan.

Melansir pemberitaan Newsweek, terdapat beberapa skenario besar yang bisa melenyapkan peradaban manusia, mulai dari faktor alam hingga ulah manusia itu sendiri.

1. Perang nuklir

Para ahli telah memperingatkan ada intaian besar di masa depan terhadap bahaya dari perang nuklir. Jika memang perang tersebut pecah, sudah dipastikan lebih dahsyat dibanding perang antar negara beberapa dekade yang lalu.

Bom atom yang meledak di Kota Nagasaki dan Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945 membuktikan betapa bahayanya dampak penggunaan salah satu senjata pemusnah masal ini.

Akibatnya, ledakan tersebut menewaskan 150.000 jiwa manusia. Dampak lainnya adalah memberikan radiasi penyakit radioaktif di wilayah yang terdampak ledakan.

Saat ini, Amerika Serikat dan Rusia diketahui memiliki persenjataan terbesar dengan 7 ribu hulu ledak nuklir, seperti rudal dan torpedo.

Setelah dua negara itu, Inggris, Prancis, China, India, Pakistan, Iran, Korea Utara, dan Israel ditengarai memiliki senjata pemusnah massal itu. Letupan nuklir mungkin dapat melenyapkan 80 sampai 90 persen isi bumi, termasuk manusia, dengan radius 1-4 kilometer.

2. Jatuhnya asteroid ke bumi

Seperti kita tahu, di masa lampau sebuah asteroid jatuh ke bumi, lalu membinasakan spesies dinosaurus di muka bumi. Berkaca dari hal tersebut, tidak ada yang dapat memastikan bahwa hal itu tidak lagi terjadi di masa depan.

Bukti menunjukkan, tabrakan asteroid dengan konsekuensi bencana terjadi rata-rata setiap 120.000 tahun.

Para ahli khawatir puing-puing dari tabrakan asteroid bisa menutup sinar matahari sampai berbulan-bulan, merusak lingkungan, dan ekosistem. Selain itu, mereka juga memperkirakan korban tewas akibat asteroid bisa mencapai ratusan juta jiwa.

3. Erupsi gunung api

Menurut penelitian para ahli, di antara 5 ribu gunung berapi yang aktif dan tidak aktif di dunia, ada tiga gunung berapi besar.

Beberapa di antaranya adalah Yellowstone di Amerika, Danau Toba di Indonesia, Taupo di Selandia Baru, dan Aira Kaldera di Jepang, yang saat ini tengah tertidur.

Setiap gunung berapi ini dapat menyebabkan sebuah letusan dalam skala 240 mil. Dengan kata lain, ribuan kali lebih besar dahsyatnya dalam sejarah letusan gunung berapi. Kerusakan yang terjadi pun akan sangat besar.

Terlebih di Indonesia yang wilayahnya dikurung cincin api. Selain Gunung Anak Krakatau yang menjadi momok bagi dunia, masih banyak gunung api yang masih tertidur seperti Gunung Tambora, Gunung Rinjani, Gunung Semeru dan masih banyak lagi gunung api di Indonesia yang lainnya.

Polutan seperti sulfat dan abu juga dapat menghalangi sinar matahari untuk waktu yang singkat dan menyebabkan penurunan suhu global yang membahayakan manusia, bahkan bisa menimbulkan efek kematian.

4. Perubahan iklim

Lebih dari 200 negara telah menandatangani Perjanjian Iklim Paris pada 2015 silam (AS mundur dari perjanjian ini tahun 2016) yang mencakup janji untuk menjaga suhu global jauh di bawah 2 derajat Celsius di atas rata-rata pra-industri.

Perjanjian tersebut dibutuhkan guna mencegah wilayah seperti New York, Mumbai, Shanghai, dan kota-kota pesisir lainnya termasuk Jakarta, agar tidak tenggelam, dan untuk menyelamatkan lebih dari satu miliar manusia yang mendiami wilayah pesisir.

Laporan ini muncul setelah sebuah studi tentang perubahan iklim membahas ancaman kenaikan suhu global 1,5 derajat Celcius dapat mendorong ke sejumlah hal negatif, termasuk cuaca ekstrem, banjir, dan gelombang panas.

Seiring dengan naiknya temperatur di bumi, maka makanan akan menjadi semakin langka, kualitas udara memburuk, dan penyakit pun akan bertebaran.

Saat ini saja, WHO memperkirakan bahwa setiap tahunnya 150 ribu orang terbunuh akibat terdampak global warning.

5. Kerusakan ekosistem

Manusia mengandalkan ekosistem yang seimbang agar bisa hidup di tingkat sosial dan ekonomi. Sementara itu, ekosistem juga tidak bisa dieksploitasi seenaknya. Polusi, limbah, pergerakan spesies di seluruh dunia mengindikasikan rusaknya habitat makin mengancam ekosistem di dunia.

Jika perusakan ekosistem melewati ambang batas, maka air tawar akan menjadi langka, kualitas tanah menurun, dan keanekaragaman hayati perlahan hancur.

Kerusakan ekosistem utamanya terjadi akibat manusia sering membuang sampah sembarangan di sungai atau di laut, atau dengan kata lain mengabaikan kelestarian lingkungan. Hal itu, makin diperparah dengan kerakusan manusia yang tiada puas menyedot isi bumi tanpa memikirkan dampak ke depan bagi penghuni bumi.

Dengan sifat rakusnya manusia, akan berakibat terhadapap kepunahan flora dan fauna yang sejatinya sangat penting dalam keberlangsungan hidup.

Semisal, bila ikan di laut banyak yang mati akibat pencemaran lingkungan dari limbah limbah pabrik di dunia, maka rantai makanan pun akan terputus, yang berimbas dengan kelangkaan pasokan makanan dari hewan air.

6. Wabah penyakit

Berkat kemajuan teknologi seperti peluncuran vaksin, penyakit seperti kolera dan malaria pun mewabah pada beberapa abad lalu.

Ancaman wabah penyakit tetap tidak bisa diremehkan begitu saja. Sebab, penyakit baru yang tidak dilengkapi pelindung seperti vaksin pun dapat muncul pada mikroorganisme yang menyebar ke kawasan padat penduduk melalui pasokan air.

Jadi, jangan remehkan bahaya satu penyakit. Sebab, penyakit yang terkesan tidak berbahaya seperti influenza saja ternyata pernah menjadi penyebab wabah mematikan yang menewaskan lebih dari 20 juta nyawa pada masa Perang Dunia I dulu.

7. Serangan robot

Seiring dengan teknologi yang bertambah canggih, kemungkinannya robot akan jauh lebih pintar dari manusia. Kemungkinannya juga suatu saat nanti komputer juga akan mampu mendesain diri mereka sendiri.

Jadi, akan tiba saat di mana mesin akan mampu memanipulasi semua bentuk kemanusiaan. Di mana robot mampu mencari sumber tenaga mereka sendiri, kemudian mengidentifikasi manusia, dan menyerang mereka jika berbahaya.

8. Wabah infeksi jamur

Menurut para ilmuwan, suatu saat nanti parasit atau jamur mematikan dapat menjangkit. Ia bisa menginfeksi daya tahan tubuh makhluk hidup dengan cepat dan akhirnya tidak ada obatnya sama sekali. Hal ini yang membuat depopulasi besar-besaran manusia.

Manusia akan terkena penyakit aneh yang mustahil untuk disembuhkan. Penyakit dari bakteri mudah sekali menular hanya dalam hitungan hari saja jika tidak ada obatnya akan merenggut nyawa manusia.

9. Ledakan populasi manusia

Saat ini, penduduk dunia ada di angka 7,3 miliar menurut data PBB yang diulas oleh National Geographic. Populasi dunia akan mencapai 8,7 miliar di tahun 2030. Lalu di tahun 2050 akan meningkat menjadi 9,4 miliar jiwa. Semakin lama, usia harapan hidup dunia juga semakin bertambah. Itu artinya bumi kita yang kecil ini harus bisa menyediakan makanan bagi 9,4 miliar jiwa di tahun 2050.

Ironisnya, semakin banyak penduduk dunia semakin banyak pula tanah yang dilapisi beton untuk tempat tinggal. Hingga tidak ada tempat bercocok tanam. Krisis makanan ini tidak hanya akan menciptakan bahaya kelaparan tapi juga kekacauan besar-besaran.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.