Sekolah Tatap Muka untuk Pelajar SMP di Toba Dibuka

Sebanyak 51 SMP negeri dan swasta di Kabupaten Toba, Sumut, mulai belajar ke sekolah sejak Selasa, 18 Agustus 2020.
Suasana belajar secara tatap muka di salah satu SMPM negeri di Kabupaten Toba, Sumut, Selasa, 18 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Ist)

Toba - Berdasarkan izin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperbolehkan sekolah di zona hijau dan kuning melakukan pembelajaran tatap muka, sebanyak 51 SMP negeri dan swasta di Kabupaten Toba, Sumut, mulai belajar ke sekolah sejak Selasa, 18 Agustus 2020.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Toba telah melakukan musyawarah dengan ke-51 SMP tersebut yang juga dihadiri para komite sekolah.

“Tanggal 11 Agustus 2020 lalu kami telah mengadakan rapat dengan perwakilan SMP dan para komite. Ini merupakan hasil musyawarah kami dan sudah diumumkan Kadis Pendidikan Kabupaten Toba bertepatan dengan upacara HUT Kemerdekaan ke-75 di halaman Kantor Bupati kemarin,” ucap Sekretaris Dinas Pendidikan Bosi Sianipar saat dihubungi Tagar pada Selasa, 18 Agustus 2020.

Pada hari pertama sekolah tatap muka, Pemerintah Kabupaten Toba melakukan monitoring ke beberapa SMP untuk mengecek kepatuhan protokol kesehatan.

“Kami bagi tugas. Selasa pagi kami sudah monitoring dengan Bupati Darwin Siagian beserta jajaran ke SMPN 1 Balige. Kami mengecek dan memastikan bahwa siswa mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan saat di gerbang sekolah, cek suhu tubuh, ketersediaan gerbang pembatas untuk membantu siswa jaga jarak, kemudian siswa yang masuk itu tidak bisa semuanya, harus dibagi dua,” tutur Bosi.

Pihak sekolah kata dia, tetap diimbau untuk membagi kelas menjadi dua kelompok. Jadwal kedua kelompok akan disesuaikan pihak sekolah dengan jadwal belajar dari pukul 07.30 WIB hingga 11.30 WIB setiap harinya.

Namun untuk orang tua yang tidak memberikan izin anaknya belajar di sekolah, Dinas Pendidikan telah menyiapkan skema khusus, yaitu belajar secara daring.

“Banyak orang tua yang antusias dengan keputusan ini. Soalnya sudah banyak juga siswa itu yang mengeluh selama belajar online. Tapi ada juga beberapa orang tua yang belum bersedia menandatangani surat pernyataan kalau anaknya bisa belajar ke sekolah, itu hak mereka sebagai orang tua, dan untuk mereka tetap akan diberikan materi pembelajaran secara daring,” tambahnya.

Surat Setuju Ortu di TobaSurat pernyataan orang tua siswa di Kabupaten Toba, Sumut, yang setuju sekolah tatap muka, Selasa, 18 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Ist)

Hanya saja menurut Bosi, menjadi kendala ketika orang tua tidak memberikan izin anaknya belajar di sekolah namun tempat tinggalnya tidak didukung jaringan internet yang baik.

“Kalau itu masih pusing kam mikirin solusi untuk kasus yang begitu. Ngga mungkin juga guru itu mendatangi mereka satu-satu kan?” tukasnya.

Sekretaris Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Toba Pontas Batubara mengatakan, pihaknya akan mengawasi secara ketat proses belajar secara tatap muka dan memastikan semua berjalan dengan protokol kesehatan lewat monitoring ke sekolah, seperti yang telah dilakukan ke SMPN 5 Habinsaran.

“Hari ini Satgas Covid-19 monitoring di SMP terjauh dari ibu kota Balige, yaitu SMPN 5 Habinsaran. Kami bikin laporan tertulis langsung dari lokasi sebagai bentuk pengawasan, dan tadi kami dapati ada satu siswa yang tidak bermasker, langsung kami suruh pulang itu,” tegas Pontas.

Tak Izinkan Anaknya

Salah seorang orang tua siswa yang tidak setuju anaknya ikut belajar tatap muka adalah Sebastian Hutabarat. Warga Balige ini lewat pesan WhatsApp menyampaikan isi hatinya kepada Tagar pada Selasa, 18 Agustus 2020 pagi.

Sekolah di TobaSuasana belajar secara tatap muka di salah satu SMPN negeri di Kabupaten Toba, Sumut, Selasa, 18 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Ist)

Dia menyebut, salah seorang borunya bernama Marchiar, sepertinya berkeinginan untuk ikut belajar tatap muka. Namun itu dilarang oleh Sebastian yang disampaikan lewat pesan WhatsApp. Sebastian kebetulan sedang berada di Yogyakarta.

"Papa dan Mama minta maaf, Inang. Jika sebagai orang tua kami sepakat untuk menyarankan agar Marchia tidak usah ikut sekolah tatap muka dulu. Marchia mungkin sudah bosan dengan suasana rumah, dan rindu ketemu teman-teman. Ya Nak, Papa dan Mama paham dengan itu. Papa dan Mama tentu senang dan bangga nilai-nilai Marchia di sekolah kian tahun kian baik. Tapi risiko yang terjadi terlalu besar, Nak," tulis Sebastian.

Dia meneruskan, adanya berita yang menyebar di media sosial perihal dugaan penderita covid di Rumah Sakit Balige harusnya dijelaskan dengan jujur oleh Bupati Toba atau para pemimpin di sana.

"Kejujuran, sikap mau melayani dan sejumlah sifat karakter yang baik dan luhur harusnya itu yang ditampilkan oleh para pemimpin kita, Nak," lanjut Sebastian. "Pendidikan keteladanan seperti ini jauh lebih penting dari angka-angka dan huruf huruf di buku-buku yang Papa Mama juga dulu pernah baca itu," tulisnya.

Menurut Sebastian, suasana tempatnya saat ini di DI Yogyakarta memang tampak hampir berjalan normal. Menurutnya, hal itu bisa dipahami karena banyak orang lebih rela menanggung semua risiko yang ada karena mereka harus bekerja, demi kebutuhan sehari-hari.

"Tapi untuk sekolah mereka masih memilih lewat jalur online. Alasannya mungkin mirip dengan alasan Papa dan Mama, risikonya masih terlalu besar buat kalian, anak-anak kami," tutur pria yang juga aktivis lingkungan itu.[]

Berita terkait
Sekolah Tatap Muka Risiko Muncul Klaster C-19 di DIY
Epidemiolog UGM menyebut sekolah tatap muka di DIY berisiko memunculkan klaster baru C-19. Untuk itu, perlu asesmen secara menyeluruh.
Sekolah di Taput Belum Nikmati Jaringan Internet
Penelusuran di beberapa sekolah dasar Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, ditemukan kesulitan akses internet.
Ayah di Sleman Curi Ponsel Demi Sekolah Online Anak
Seorang ayah ditangkap polisi usai merampas ponsel di Sleman. Alasan merampas ponsel untuk kebutuhan sekolah online anaknya.