Sejarah Panjang Tugu Pal Putih di Yogyakarta

Tugu Pal Putih yang menjadi ikon Yogyakarta memiliki sejarah panjang, mulai dari perubahan bentuk hingga filosofis pada saat dibangun.
Suasana malam di kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta. Awal dibangun tugu ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil pada ujungnya, dan dinamakan Tugu Golong Gilig. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta – Sekilas tugu yang terletak tepat di tengah-tengah perempatan Jl Mangkubumi, Jl Jendral Sudirman, Jl A.M Sangaji, dan Jl Dipenogoro, Yogyakarta itu biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa.

Beberapa wisatawan dan bahkan warga Kota Yogyakarta sendiri hanya tahu bahwa tugu itu merupakan salah satu ikon Yogyakarta, meski tak jarang para wisatawan berpose dengan latar belakang tugu tersebut sebagai bukti bahwa mereka sudah pernah berwisata ke Yogyakarta.

Tugu Yogyakarta memiliki sejarah panjang dan menjadi salah satu keistimewaan Yogyakarta. Dulunya tugu ini bernama tugu Golong Gilig. Tapi sekarang orang lebih mengenal sebagai tugu Pal Putih.

Berbeda dengan bentuknya saat ini yang persegi panjang dengan ujung kerucut berulir. Dulu bentuk tugu Golong Gilig , dulu tugu Golong Gilig berbentuk bulat panjang, dengan bola kecil pada ujungnya. Bentuk asli tugu Golong Gilig dapat dilihat di sudut jalan sebelah tenggara tugu Pal Putih.

Terletak di Jalur Magis

Pada awal berdiri, saat tugu masih berbentuk bulat panjang dengan bola pada ujungnya ini dibangun dengan filosofi tertentu, yakni manunggaling kawulo gusti atau bersatunya masyarakat dan penguasa. Filosofi itu menjadi semangat persatuan rakyat dan penguasa dalam melawan penjajah Belanda.

Cerita Tugu Yogyakarta 2Miniatur bentuk awal Tugu Golong Gilig dibangun di sudut jalan, tepat di sebelah tenggara Tugu Pal Putih, Yogyakarta. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Semangat persatuan itu tercermin dalam bentuk tugu saat itu. Tiang tugu yang berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), hingga akhirnya dinamakan Tugu Golong-Gilig. Awalnya, tugu itu dibangun setinggi 25 meter.

Kayak ada yang kurang kalau tidak berfoto di situ. Waktu itu kebetulan saya sehabis makan malam di kafe sekitar tugu. Jadi sekalian foto-foto di situ.

Dilansir Visiting Jogja, tugu yang dibangun pada tahun 1755 oleh Hamengkubuwono I ini juga merupakan garis yang bersifat magis yang menghubungkan laut selatan, Kraton Jogja, dan Gunung Merapi. Konon Sultan pada saat melakukan meditasi menjadikan tugu ini sebagai patokan arah menghadap Gunung Merapi.

Keberadaan Tugu ini juga sebagai patokan arah ketika Sri Sultan Hamengku Buwono I pada waktu itu melakukan meditasi, yang menghadap puncak gunung Merapi.

Namun tugu Golong Gilig kemudian runtuh akibat gempa bumi yang terjadi pada tanggal 10 Juni 1867.

Runtuhnya tugu perlambang persatuan rakyat dan penguasa itu kemudian dimanfaatkan oleh penjajah untuk mencoba menghilangkan semangat itu.

Pemerintah Belanda merenovasi tugu itu pada tahun 1889, membuat bentuk tugu Golong Gilig berubah drastis dari bentuk aslinya.

Mereka membangun ulang tugu Golong Gilig dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu.

Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggiannya pun menjadi lebih rendah, menjadi hanya 15 meter. Sejak saat itulah Tugu Jogja dinamai Tugu Pal Putih sebagai taktik Belanda untuk memecah persatuan antar rakyat dan raja, namun upaya itu tidak berhasil.

Prasasti pada sisi barat tugu berbunyi, "YASAN DALEM INGKANG SINUHUN KANJENG SULTAN HAMENGKUBUWANA KAPING V", yang artinya tugu tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V.

Pada sisi utara, prasasti yang ada bertuliskan , "PAKARYANIPUN SINEMBADAN PATIH DALEM KANJENG RADEN ADIPATI DANUREJA INGKANG KAPING V. KAUNDHAGEN DENING TUWAN YPF VAN BRUSSEL. OPSIHTER WATERSTAAT", yang artinya pembangunan tugu itu dilaksanaan oleh Patih Danurejo V (1879-1899) bersama YPF Van Brussel, seorang petugas Dinas Pengairan Belanda yang bertugas di Yogyakarta.

Cerita Tugu Yogyakarta 3Tugu Pal Putih Yogyakarta terlihat dari kejauhan, di tengah kepadatan lalulintas Kota Yogyakarta. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Selanjutnya, pada sisi timur tertulis, "INGKANG MANGAYUBAGYA KARSA DALEM KANJENG TUWAN RESIDHEN Y. MULLEMESTER", yang artinya Y Mullemester, Residen Yogyakarta saat itu, turut berbahagia atas pembangunan tersebut.

Pada sisi selatan tertulis, "WIWARA HARJA MANGGALA PRAJA, KAPING VII SAPAR ALIP 1819". Kalimat itu menunjukkan tahun penyelesaian pembangunan tugu tersebut.

Lokasi Wisata Sekaligus Unjuk Rasa

Saat ini lokasi di sekitar Tugu Pal Putih Yogyakarta sering digunakan untuk berswafoto, khususnya saat senja hingga malam hari. Sebagian wisatawan yang datang ke Yogyakarta merasa belum puas jika belum berfoto dengan latar belakang tugu.

Seorang wisatawan asal Kota Makassar, Suwarny Dammar, mengaku sangat terkesan saat berwisata ke Yogyakarta. Perempuan yang sudah menjelajahi banyak obyek wisata di Indonesia ini mengatakan Yogyakarta seperti memiliki daya magis yang membuatnya ingin selalu kembali menginjakkan kaki di kota ini.

Warny, sapaan akrabnya, mengaku pernah berfoto dengan latar belakang Tugu Pal Putih, meski hanya sekali. Dia merasa ada yang kurang jika tidak berfoto di area tugu.

“Kayak ada yang kurang kalau tidak berfoto di situ. Waktu itu kebetulan saya sehabis makan malam di kafe sekitar tugu. Jadi sekalian foto-foto di situ.”

Warny juga mengaku dirinya sudah mengetahui sejarah Tugu Pal Putih. Hal itu pula yang membuat dirinya semakin penasaran untuk melihat langsung salah satu ikon Kota Yogyakarta tersebut.

Cerita Tugu Yogyakarta 4Suwarny Dammar (kiri), wisatawan asal Kota Makassar berpose bersama seorang rekannya dengan latar belakang Tugu Pal Putih, Yogyakarta. (Foto: Tagar/Dok Suwarny Dammar)

Dia menambahkan, dirinya selalu berniat untuk kembali ke Yogyakarta untuk berlibur, tetapi bukan dalam waktu dekat karena saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19.

“Ada sih rencana untuk jalan-jalan lagi ke Jogja, tapi mungkin bukan dalam waktu ekat ini. Kan masih pandemi. Masih ada beberapa tempat yang belum sempat saya datangi waktu ke Jogja. Itu yang bikin saya penasaran,” kata Warny saat dihubungi melalui telepon seluler, Sabtu, 5 September 2020.

Seorang wisatawan lain, Rahman, yang ditemui di sekitar Tugu Pal Putih, mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke Yogyakarta. Tapi dia tidak pernah bosan berswafoto dengan latar belakang tugu tersebut.

Pria yang mengaku berasal dari Malang, Jawa Timur ini, mengatakan seperti ada yang kurang jika sudah berkunjung ke Yogyakarta tetapi tidak berkunjung ke tugu dan berfoto.

“Apalagi saya kan kalau nginap selalu di kawasan Malioboro, jadi tidak terlalu jauh kalau ke tugu,” kata Rahman.

Namun Rahman mengaku tidak mengetahui sejarah Tugu Pal Putih tersebut. Dia hanya tahu bahwa tugu itu menjadi salah satu ikon Yogyakarta.

“Aku malah nggak tahu sejarahnya gimana. Nggak pernah cari-cari informasi juga. Aku tahunya ya cuma tugu itu ikonnya Jogja. Gitu aja sih,” ucapnya lagi.

Selain Tugu Pal Putih, lanjut Rahman, beberapa lokasi lain di Yogyakarta yang tidak pernah lupa dikunjunginya adalah kawasan Malioboro dan sekitarnya. “Warung angkringan juga. Nggak tahu kenapa kalau ke Jogja selalu pengin makan di angkringan, padahal menunya ya cuma itu-itu aja. Mungkin suasananya yang bikin kangen,” ujar pria yang pernah kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta ini.

Selain menjadi salah satu lokasi berswafoto, kawasan sekitar Tugu Pal Putih tersebut juga kerap menjadi lokasi aksi unjuk rasa atau aksi lain yang digelar oleh beberapa elemen masyarakat. []

Berita terkait
Pelestarian Budaya di Tempat Suku Batak Bermula
Sejumlah relawan di Kabupaten Samosir mendirikan Rumah Belajar Sianjur Mulamula untuk mengajarkan budaya Batak pada generasi muda.
Menghitung Jejak Kaki Singa yang Tersisa di Afrika
Sejumlah peneliti berusaha mencari metode yang tepat untuk menghitung jumlah singa di Afrika secara akurat.
Yu Ning "Tilik" Jadi Guru dan Cerita Mendadak Akting
Brilliana Dessy pemeran Yu Ning dalam film Tilik mengisahkan perjalanan kariernya dalam dunia akting. Dia pernah mendadak harus berakting.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.