Jakarta – Terdapat beberapa instrumen investasi yang populer di masyarakat seperti emas dan properti. Namun, tidak banyak yang mengetahui sebenarnya terdapat pilihan investasi melalui pasar modal.
Dengan memilih berinvestasi menggunakan capital market atau pasar modal tidak hanya memberi peluang pada masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu juga berperan aktif dalam meningkatkan kondisi perekonomian dalam negeri.
Dalam pengertiannya, pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dikutip dari berbagai sumber, berikut sejarah investasi pasar modal di Indonesia.
Sejarah Investasi Pasar Modal di Indonesia
Dalam sejarah perkembangannya, Bursa Efek Jakarta pertama kali resmi beroperasi pada masa kolonial Belanda, tepatnya 14 Desember 1912. Seperti namanya, BEJ didirikan di Batavia, yakni nama Jakarta pada masa lampau.
Saat itu nama BEJ adalah Call-Efek. Istilah “Efek” merujuk pada nama saham, sedangkan “Call” merujuk pada pimpinan (pialang) yang terus-menerus menyerukan harga seperti lelang. Ketika ada kecocokan harga jual dan beli, terjadilah transaksi. Saat itu BEJ hanya memiliki 13 perantara pedagang efek (makelar).
Berdirinya bursa perdagangan pasar modal pada saat itu sebenarnya lebih dikarenakan kebutuhan yang bersifat demand-following. Para investor dan perantara pedagang saham merasakan perlunya suatu bursa di Jakarta untuk memudahkan transaksi karena kebutuhannya sudah sangat mendesak.
Indonesia saat itu belum mengetahui tentang bursa efek, sementara orang-orang Belanda sudah lebih dari tiga abad mengenal investasi saham. Terdapat kesenjangan antara pengetahuan bangsa Eropa dengan masyarakat Indonesia dari sisi lamanya waktu dalam mengenal investasi.
Pada masa Perang Dunia I, Bursa Efek Jakarta ini ditutup karena pemerintahan kolonial terlibat dalam perang tersebut. Kemudian, setelah itu dibuka kembali tahun 1925, Belanda lalu membuka lagi bursa di Surabaya dan Semarang.
Saat Jepang masuk ke Indonesia dan pemerintahan Belanda kalah perang hingga terusir dari Batavia. Bursa efek tersebut akhirnya diberhentikan kembali operasionalnya. Kemudian, pada tahun 1952 kembali dibuka dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan Belanda.
Kemudian untuk menghormati kedaulatan Indonesia yang sudah merdeka dan diakui secara rsmi oleh Belanda di tahun 1949, maka bursa efek buatan kolonial pun akhirnya resmi dinasionalkan tahun 1958.
Pada tahun 1977, Bursa Efek Jakarta resmi dibuka dan ditandatangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) yang dibuat oleh Departemen Keuangan. Sifat awal yang demand-following kini menjadi supply-leading.
Di tahun 1991, bursa saham yang sebelumnya dimiliki oleh pemerintah akhirnya diswastanisasi sehingga menjadi PT. Bursa Efek Jakarta. Dampaknya, Bapepam yang tadinya pelaksana kini berubah menjadi pengawas. Tahun 2001 BEJ mulai memperkenalkan perdagangan jarak jauh (remote trading) agar akses semakin terbuka, termasuk juga kecepatan dan frekuensi perdagangannya.
Pada tahun 2007 menjadi sejarah baru pasar modal di Indonesia dengan bergabungnya Bursa Efek Surabaya dengan BEJ menjadi Bursa Efek Indonesia. []
(Fadhil Ramadhan)
Baca Juga:
- Memahami Dana Darurat dan Fungsinya
- 3 Rekomendasi Terbaik untuk Menyimpan Dana Darurat
- Tips Menyiapkan Dana Darurat dan Kisaran Dana yang Dibutuhkan
- Lebih Penting Mana, Asuransi atau Dana Darurat?