Jakarta – Sebelum terjadinya integrasi, Timor Timur dikuasai penjajah sejak abad ke-15. Saat itu orang-orang Portugis sering singgah untuk berdagang yang berujung pada keberhasilan Portugis menduduki Timor-timur.
Di abad ke-17 Belanda mulai mencoba masuk menyingkirkan Portugis, hingga akhirnya diadakan perjanjian bahwa Portugis menyerahkan sisi barat pulau Timor kepada pihak Belanda. Karena itulah yang menyebabkan kenapa wilayah Timor Timur belum menjadi bagian dari Indonesia sejak awal.
Karena berbeda dengan pulau Timor bagian barat yang dikuasai Belanda, yang kini telah menjadi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tahun 1942 Jepang menyingkirkan Belanda dari Timor Timur.
Selain berhasil mengambil alih Hindia-Belanda pasukan Jepang juga berhasil merebut Timor-timur, namun setelah Indonesia merdeka tahun 1945 Jepang menyingkir dan Portugal kembali menduduki kawasan Timor-timur.
Pada tahun 1974 perubahan di Timor-timur mulai muncul seiring dengan gejolak politik di Portugal. Pada 25 April terjadi kudeta tidak berdarah yang dikenal sebagai Revolusi Anyelir, yang digerakkan oleh pergerakan tentara darat yang berhasil menumbangkan kekuasaan Perdana Menteri Portugal Marcello Caitano. Adanya pergolakan tersebut berakibat pada penarikan militer Portugis dari beberapa wilayah jajahannya dan termasuk Timor Timur.
Setelah Revolusi Anyelir selesai, Timor Timur terbelah menjadi tiga faksi yaitu Fretilin, Udete dan Apodeti. Udete menginginkan Timor Timur tetap menjadi koloni Portugal, Fredilin ingin merdeka, dan Apodeti ingin bergabung dengan Indonesia.
Sayangnya popularitas Apodeti kurang dari dua faksi lainnya, dan terjadi persaingan sengit antara Udete dan Fredilin. Udete menuduh Fretilin menjadikan Timor Timur sebagai negara komunis yang akhirnya memicu konflik berdarah dan banyak warga Timor-Timur yang mengungsi ke perbatasan Indonesia.
Saat masa pemerintahan orde baru Soeharto yang menjadi Presiden saat itu merasa khawatir Tiimor Timur menjadi komunis dan menyebarkan paham tersebut ke Indonesia. karena hal itu Soeharto menjalin komunikasi dengan Gerald Rudolph Ford Junior yang merupakan Presiden Amerika Serikat saat itu.
Pada 6 Desember Presiden Gerald dan Menteri Luar Negeri Amerika datang ke Indonesia menemui Soeharto sejarah mencatat bahwa hasil pertemuan itu adalah dilancarkannya invansi militer ke Timor-Timur yang dikenal dengan operasi Seroja.
Sebelum Operasi Seroja dilakukan, Pemerintah Indonesia sudah melancarkan operasi Intelijen dengan nama samaran Sandi Operasi Komodo di tahun 1974.
Untuk mencari info terkait politik Timor Timur yang berpusat di Dili, dan dari hasil penyelidikan terungkap bahwa Fredilin yang memiliki paham komunis dan menginginkan kemerdekaan lebih diminati oleh sebagian besar penduduk Timor Timur.
Dalam invasi militer ini Amerika memiliki peran yang sangat penting salah satunya yaitu, memasok sejata untuk militer Indonesia pada saat itu. Kekuatan Fredilin tidak sebanding sehingga pada 7 Desember 1975 Dili sudah bisa dikuasai.
Tepatnya pada 17 Juli 1976 Timor Timur sepenuhnya dikuasai dan resmi menjadi bagian dari NKRI sebagai Provinsi ke-27. Setelah Soeharto lengser dan orde baru runtuh, diadakanlah sebuah referendum Timor Timur pada 30 Agustus 1999 yang hasilnya wilayah tersebut lepas dari Indonesia dan berdirilah sebuah negara yang bernama Timor Leste.
(Selfiana)