Sejarah Idul Adha, Mengingat Kisah Nabi Ibrahim

Berikut sejarah kisah Nabi Ibrahim dalam Hari Raya Idul Adha yang dikutip dari berbagai sumber serta mewawancarai tokoh agama di Aceh.
Ilustrasi Nabi Ibrahim (Foto: buletinmitsal.com)

Jakarta - Seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia tentu merayakan Hari Raya Idul Adha, yang merupakan salah satu perayaan penting dalam kalender Hijriah dalam setiap tahunnya. Beberapa waktu lalu Tagar, sempat mewawancarai tokoh agama Aceh untuk menceritakan kembali kisah yang dialami Nabi Ibrahim.

Ibadah kurban memang disyariatkan Allah SWT untuk mengenal sejarah Idul Adha yang dialami oleh Nabi Ibrahim, yang tertuang di dalam QS as-Shaffat, 102-107. Ayat ini mengisahkan saat Nabi Ibrahim bermimpi mendapatkan perintah untuk menyembelih putranya, Ismail, yang dikisahkan memiliki sifat teramat sabar.

فَبَشَّرۡنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيۡمٍ

101. Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰى‌ؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ

102. Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

فَلَمَّاۤ اَسۡلَمَا وَتَلَّهٗ لِلۡجَبِيۡنِ‌ۚ

103. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).

وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ

104. Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!

قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ‌ ‌ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ

105. sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ

107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Baca juga: Perjalanan Nabi Nuh AS Selama 950 Tahun di Dunia

Dalam kitab Tafsir An-Nasafi dan Tafsir Ibnu Katsir dicatat bahwa Ismail ketika itu sedang berumur 13 tahun. Pada saat itu, Rasulullah, bersedia dan dengan ikhlas menyembelih putranya atas perintah Allah SWT. Dengan kuasa-Nya, Allah menggantikan Ismail dengan seekor gibas atau domba, untuk menjadi kurban.

Oleh karena itu bagi umat muslim yang memiliki harta berlebih, diharuskan menyembelih hewan kurban. Sebagian ulama bahkan berpendapat, hal tersebut wajib dilakukan bagi orang yang mampu. Namun, ada pula yang berpendapat kalau hukum berkurban ialah sunnah.

Terlepas dari perdebatan itu, dari peristiwa kurban, umat manusia dapat memetik hikmah mengenai pentingnya ilmu ikhlas, di mana Nabi Ibrahim rela menyembelih anaknya, karena sangat menuruti dan atas dasar kecintaannya kepada Allah SWT. Maka, apa pun yang diperintahkan, akan dikerjakan Ibrahim.

Tokoh Agama Kota Lhokseumawe Tgk. Asnawi mengisahkan, Ibrahim memiliki harta yang cukup banyak, lembunya mencapai 1.000 ekor, dombanya ada 3.000 ekor, dan memiliki unta mencapai lebih dari 100 ekor. Namun, ia mengembalikan semua apa yang dimilikinya hanyalah titipan Allah SWT semata.

“Maka saat orang bertanya kepada Nabi Ibrahim, hewan ternak itu milik siapa. Maka ia menjawab, semuanya itu adalah milik Allah SWT, dan kalau Allah menghendaki untuk menyerahkan kepadanya, maka siap saya serahkan,” ucap Tgk. Asnawi.

Baca juga: Nabi Isa AS Masih Hidup, Akan Datang Sebelum Kiamat

Ia menuturkan, semua yang dikorbankan Nabi Ibrahim, semata demi melaksanakan perintah Allah. Berbagai cobaan diterimanya dan dengan sabar pula ia menghadapinya. Apapun dilakukan Ibrahim untuk taat dan menambah ketakwaannya kepada Allah SWT.

Tgk. Asnawi menceritakan saat Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya, Hajar, bersama Ismail, yang saat itu masih menyusui, di suatu lembah tandus tak berpenghuni. Suasananya sangat gersang, sebatang pohon pun tidak tumbuh.

Namun, Rasulullah tidak pernah sedikit pun menolak perintah Allah SWT. Tempat sunyi sepi itu berada di sebelah utara, jaraknya sekitar 1.600 kilometer dari Palestina. Di sana istri dan anaknya sempat ditinggal.

“Meskipun sudah seperti itu, maka Nabi Ibrahim tidak mengeluh sama sekali. Setiap harinya ia hanya berdoa kepada Allah agar bisa diberikan rezeki dan bisa hidup dengan nyaman di tempat itu,” ucap Tgk. Asnawi.

Beberapa tahun kemudian, Nabi Ibrahim mengunjungi istri dan anaknya di lembah yang gersang itu. Kala itu, ia mendapatkan perintah lagi dari Allah melalui mimpi. Kali ini untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail.

Menurut Tgk. Asnawi, ada beberapa riwayat yang menjelaskan mengenai perintah menyembelih putra Nabi Ibrahim merupakan jawaban Allah kepada malaikat. Kala itu, katanya, ada yang cemburu, karena diberikan khalil dan sibuk dengan hartanya yang banyak.

“Maka Allah langsung menjawab, wahai malaikat jangan engkau menilai Ibrahim dengan sisi lahiriah-nya, tetapi dengan apa yang semua ia miliki itu tidak akan menjadi hambatan untuk kasih sayang dan mencintai saya,” ucap Tgk. Asnawi menerangkan.

Maka, untuk membuktikan, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Saat ia berdialog dengan Ismail, tidak ada penolakan sama sekali dari putranya atas perintah Allah, dan bersedia untuk disembelih.

Sehingga, kata Tgk. Asnawi, Allah SWT menggantikan pengorbanan Nabi Ibrahim kepada Ismail, untuk menyembelih dengan tangannya sendiri.

Allah SWT berfirman “Kami gantikan kurbannya itu dengan seekor kibas, kemudian itu akan kucatat untuk kisah orang-orang yang datang dikemudian hari.”

“Ajaran kurban itu disyariatkan kepada kita, meskipun itu hukumnya sunnah dan ada yang berpendapat kurban merupakan hal yang wajib. Maka bagi orang yang mampu dan tidak mau berkurban, maka tidak akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah,” tutur Tgk. Asnawi. 

Hari raya kurban menjadi momentum baik untuk saling berbagi antar umat manusia. Namun, di balik itu semua, hari raya kurban juga bisa dijadikan momentum untuk memotong bibit kebencian dan sikap yang tidak baik apabila masih ada dalam diri kita masing-masing.

Saling membersihkan batin, hati dan diri, untuk saling memaafkan berbagai kekhilafan. Banyak makna kehidupan yang bisa dipetik apabila ingin ditelusuri lebih jauh tentang Hari Raya Idul Adha yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup.

Umat muslim di berbagai daerah akan mengawali Hari Raya Idul Adha dengan Salat Id. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban. Nantinya, daging sapi atau kambing akan dibagikan utamanya kepada warga kurang mampu. []

Berita terkait
Nabi Adam AS, Manusia Pertama di Dunia
Ada riwayat menyebutkan Nabi Adam AS, manusia pertama di dunia, hidup hingga usia 1.000 tahun. Ini profil perjalanannya dari awal hingga akhir.
Perjalanan Nabi Yaqub AS, Ayah Nabi Yusuf AS
Dari semua pernikahan itu, Nabi Yaqub AS dikaruniai 12 orang anak, salah satunya adalah Nabi Yusuf AS dari istrinya bernama Rahil.
Nabi Yusuf AS, Manusia Paling Tampan Sedunia
Perempuan-perempuan itu begitu terpesona melihat ketampanan Nabi Yusuf AS, hingga mereka tanpa sadar melukai tangan masing-masing dengan pisau.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.