Sejarah BRI dan Rencana Pembentukan Holding BUMN UMKM

Kementerian BUMN mewacanakan untuk mengkonsolidasikan Bank BRi, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Ilustrasi Bank BRI. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mewacanakan untuk mengkonsolidasikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PMN. Ada dua skema wacana yang berkembang dalam konsolidasi perusahaan pelat merah yang berfokus pada pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini.

Skema pertama dalam bentuk BRI mengakuisisi Pegadaian dan PNM. Sedangkan skema kedua berupa pembentukan holding dengan BRI sebagai holdingnya. Rencana itu sendiri hingga kini masih dalam pengkajian.

Andaikata rencana konsolidasi ini jadi bergulir, menempatkan BRI sebagai holding BUMN mungkin tak berlebihan. Sebab, dari sejarah pembentukan bank pelat merah ini memang difokuskan untuk pembiayaan UMKM, meskipun dalam perkembanganya juga menggarap sektor korporasi.

BRI Didirikan di Purwokerto

Seperti dikutip dari wikipedia.org, awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto. Ini merupakan lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pada periode setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai bank pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.

Melalui Perpu Nomor 41 tahun 1960, dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru tersebut, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural. Sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Produk BRISalah satu produk tabungan BRI, Simpedes. (Foto: Tagar|banksentral.com|Produk BRI).

BRI mengalami perubahan lagi. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100 persen di tangan Pemerintah Republik Indonesia.

Pada tahun 2003, pemerintah memutuskan untuk menjual 30 persen saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik. Nama resmi menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk..

Pada awal tahun 2019, BRI mengakuisisi salah satu anak usaha Bahana Artha Ventura, yakni Sarana NTT Ventura. Kemudian mengganti namanya menjadi BRI Ventures, sebagai bagian dari rencana perusahaan untuk masuk ke bisnis modal ventura.

Pada akhir tahun 2019, BRI mengakuisisi salah satu unit usaha Yayasan Kesejahteraan Pekerja BRI, yakni Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur, atau lebih dikenal sebagai BRINS. Ini sebagai bagian dari rencana perusahaan untuk masuk ke bisnis asuransi umum.

Kinerja BRI di 2020

Pada paruh pertama 2020 mencatat laba bersih senilai Rp Rp10,2 triliun (konsolidasi). Berdasarkan laporan keuangannya yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia, Rabu, 19 Agustus 2020, perolehan laba tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang berjumlah Rp16,16 triliun.

Kondisi tersebut lantaran adanya tekanan di sisi pendapatan bunga dan beban bunga yang masih relatif stagnan. Pendapatan bunga rupiah tercatat sebesar Rp 54 triliun, turun dari periode sama tahun lalu Rp 57 triliun, sedangkan beban bunga rupiah masih bertahan di kisaran Rp 17 triliun.

Sementara untuk triwulan III 2020, BRI belum merilisnya karena masih dalam proses audit. Pada paparan kinerja Rabu, 11 November 2020, Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengatakan, proses laporan keuangan telat dipublikasikan lantaran perseroan tengah menyiapkan aksi korporasi. Sayangnya ia enggan memberi penjelasan lebih lanjut.

"Audit ini dalam rangka untuk corporate action. Nanti pada saatnya kami share ke publik," kata Haru, seperti dikutip dari wartaekonomi.co.id. []


Berita terkait
Merger Bank Syariah BUMN, Harga Wajar BRIS Cuma Rp 781/Unit
Nilai wajar efek bersifat ekuitas PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) dalam merger bank syariah BUMN adalahj Rp 781,29 per saham.
Merger Bank Syariah BUMN, Wapres: Akses Modal UMKM Terbuka
Wakil Presiden, Maruf Amin mengatakan merger bank syariah BUMN tidak akan menutup pasokan modal untuk UMKM.
Merger 3 Bank Syariah BUMN, Mandiri Pemegang Saham Mayoritas
BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri telah mempublikasikan ringkasan rencana penggabungan usaha.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.