Sederet Fakta Candi Borobudur yang Kini Tiket Masuk Turis Lokal Rp 750.000

Sederet fakta Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah yang kini untuk masuk ke sana harus bayar Rp 750.000 untuk wisatawan domestik.
Sederet Fakta Candi Borobudur yang Kini Tiket Masuk Turis Lokal Rp 750.000. (Foto: Tagar.id/Pexels/Nur Andi Ravsanjani Gusma)

TAGAR.id, Jakarta - Harga tiket masuk Candi Borobudur untuk wisatawan domestik Rp 750 ribu. Apa? Banyak yang kaget dengan kabar ini. Banyak yang menentang dan menilai kebijakan pemerintah ini bakal jadi bumerang. Malah merugikan.

Di antara yang menentang adalah Putu Supadma Rudana, anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Demokrat yang juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia.

"Kenaikan tiket Borobudur saat ini belum tepat, karena daya beli masyarakat masih rendah di fase endemi ini," kata Putu Supadma dalam keterangannya, Minggu, 5 Juni 2022.

Ia menambahkan, kenaikan harga tiket bisa berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan hingga berdampak pada ekonomi masyarakat di sekitar Candi Borobudur.

"Jangan sampai kenaikan tiket ini justru memberi dampak kerugian kepada masyarakat sekitar yang bergantung kehidupannya kepada kunjungan wisatawan khususnya para pelaku UMKM," ucap Putu.

Sebelumnya pemerintah memutuskan menaikkan harga tiket masuk Candi Borobudur menjadi Rp 750 ribu untuk wisatawan domestik dan US$100 untuk wisatawan asing. Sementara harga tiket untuk pelajar dipatok Rp 5 ribu.

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kenaikan harga tiket Candi Borobuder demi melestarikan kekayaan sejarah dan budaya Indonesia.

"Langkah ini kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara," kata Luhut Pandjaitan di akun Instagramnya.


BACA JUGA: Harga Tiket Masuk Candi Borobudur untuk Turis Lokal Bakal Meroket ke Rp 750 Ribu


Sejarah Candi Borobudur

Candi Borobudur berada di Magelang, Jawa Tengah. Merupakan candi Buddha terbesar di Indonesia dan dunia. Menjadi satu di antara tujuh keajaiban dunia. Bahkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ingin menjadikannya sebagai pusat peribadatan umat Buddha seluruh dunia.

Sejarahnya dimulai dari dinasti Syailendra (775-850 M). Penganut agama Buddha Mahayana. Dinasti Syailendra inilah yang mewariskan Candi Borobudur. Pembangunan candi dimulai sekitar abad ke-8 pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Candi Borobudur didirikan dengan tujuan memuliakan raja-raja Syailendra yang telah bersatu kembali dengan dewa yang menjadi asalnya.

Sejarah menyebutkan arsitektur atau pembut Candi Borobudur ini adalah Gunadarma.


BACA JUGA: Harga Tiket Masuk Candi Borobudur Terbaru 2022


Lima Tahapan Pembangunan Candi Borobudur

Tahap Pertama (780 Masehi)

Pembangunan awal dilakukan di atas bukit. Bagian bukit diratakan dan pelataran diperluas. Tidak semua bahan pembuat candi dari batu andesit. Proses pembangunan bukit memakai tanah yang dipadatkan dan ditutup struktur batu.

Struktur batu ini menyerupai cangkang dan membungkus bukit tanah. Sementara itu sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Awal pembangunan candi disusun bertingkat seperti piramida berundak.

Tahap Kedua dan Ketiga (792 Masehi)

Tahap kedua, terdapat penambahan dua undakan berbentuk persegi. Bagian pagar langkan dan satu undak melingkar di atasnya. Bagian undak memiliki stupa tunggal yang besar. Bagian ketiga terjadi perubahan rancangan bangunan.

Bagian undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk dibongkar. Stupa diganti tiga undak lingkaran, sementara stupa-stupa kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak. Stupa besar berada di bagian tengah.

Tahap Keempat (824 Masehi)

Bangunan candi mengalami perubahan kecil, seperti penambahan pagar langkan terluar, penyempurnaan relief, perubahan tangga, pelebaran ujung kaki, dan pelengkung atas gawang pintu. Kemudian, Borobudur mengalami perubahan terakhir pada undakan melingkar dan dilakukan pelebaran ukuran pondasi.

Tahap Kelima (1811)

Kemegahan Borobudur sempat sirna selama berabad-abad karena terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik. Kembalinya popularitas Candi Borobudur terjadi pada masa Thomas Stamford Raffles saat menjabat sebagai Gubernur Jenderal di pulau Jawa pada 1811.

Tersiarnya kabar penemuan kembali Borobudur juga menjadi malapetaka terjadinya kerusakan di banyak tempat. Sampai pada akhir 1960-an pemerintah Indonesia meminta bantuan kepada UNESCO untuk mengatasi permasalahan di Candi Borobudur.

Candi Borobudur memiliki panjang 121,66 meter dengan lebar 121,38 meter dan tinggi 35,40 meter. Menurut filsafat Buddha, struktur tingkatan Candi Borobudur merupakan tiruan alam semesta akan roda kehidupan. Terdapat tiga tingkatan pada struktur Candi Borobudur Yakini:

Relief Candi Borobudur secara sempurna merefleksikan inti ajaran Buddha, di mana dunia dibagi menjadi 3 tingkatan hidup yaitu Kamadhatu (dunia keinginan), Rupadhatu (dunia nyata), dan Arupadhatu (dunia roh).

  • Kamadhatu: Bagian terbawah candi yang melambangkan alam bawah, menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi.
  • Rupadhatu: Bagian tengah candi yang melambangkan alam antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh dunia nyata.
  • Arupadhatu: Bagian atas candi yang melambangkan alam atas, menggambarkan unsur tak berwujud dan sebagai tanda tingkatan yang telah meninggalkan nafsu duniawi.


Selain sebagai tempat wisata, Candi Borobudur kini berfungsi sebagai tempat ziarah umat Buddha sedunia untuk menuntun umat manusia meninggalkan nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.

Dalam perjalanannya peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan 1.460 relief yang terukir pada dinding batu candi.


Fungsi Candi Borobudur

  • Sebagai tempat bersejarah
  • Tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sejarah
  • Bisa dipakai tempat penelitian matematika, seperti menghitung stupa
  • Tempat ibadah umat Buddha


BACA JUGA: Denny Siregar: Gus Yaqut dan Ide Mekkahkan Borobudur


Beberapa Fakta Candi Borobudur

1. Memiliki Relief Buddha Terlengkap dan Terbanyak di Dunia

Candi Borobudur dinobatkan sebagai pemilik relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Terdapat 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha, yang kemudian menjadikan Borobudur sebagai pemilik relief Buddha paling lengkap dan terbanyak di seluruh dunia.

2. Pernah Dibom

Candi Borobudur pernah dibom. Dua tahun setelah pemugaran ke-2, pada 21 Januari 1985, sebanyak 13 bom diletakkan di sejumlah stupa kecil. 9 dari 13 bom tersebut meledak dan menghancurkan ratusan balok batu stupa.

3. Arcanya Pernah Dicuri

Dari 504 arca Buddha yang dicuri kemudian dijual lagi di pasar gelap, banyak ditemukan arca dalam kondisi tanpa kepala.

4. Pemerintah Hindia Belanda Pernah Mendirikan Warung Kopi

Candi Borobudur pertama kali ditemukan Pemerintah Hindia Belanda, dan mereka mendirikan warung kopi di puncak stupa.

5. Pemerintah Hindia Belanda Serahkan Arca berharga ke Thailand dan Inggris

Pada zaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda pernah menyerahkan arca berharga ke Thailand dan Inggris. Pemerintah Hindia Belanda kala itu memberikan cuma-cuma artefak candi dalam jumlah banyak sebagai buah tangan kedatangan Raja Thailand Chulalongkorn II. []

*Tulisan ini diolah dari berbagai sumber

Berita terkait
Penataan Kawasan Candi Borobudur Ungkit Ekonomi Masyarakat
Wapres Ma’ruf Amin tekankan agar penataan kawasan Candi Borobudur harus dapat mengungkit ekonomi masyarakat
Pemerintah Sepakati Pemanfaatan Candi Prambanan dan Borobudur untuk Kegiatan Keagamaan
Pemerintah menyepakati Candi Prambanan dan Borobudur dapat dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan umat Hindu dan Buddha se-dunia.
Menag Sebut Candi Prambanan & Borobudur akan Jadi Pusat Ibadah
Menag Yaqut Cholil Qoumas untuk memberikan kenyamanan umat beragama dalam beribadah terus diwujudkan melalui program Kemenag. Simak ulasnnya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.