Sebut Radikal, Ketua PMII Lukai Warga Sulteng

Pernyataan Aminuddin Ma'ruf yang menyebut Sulteng pusat radikal Islam dan gerakan menentang NKRI dinilai sangat melukai hati masyarakat daerah Sulteng.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola (Foto: Ist)

Palu, (Tagar 17/5/2017) – Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola menyatakan, pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminuddin Ma'ruf yang menyebut Sulawesi Tengah adalah pusat radikal Islam dan pusat dari gerakan menentang NKRI sangat mendiskreditkan dan melukai hati masyarakat daerah Sulteng.

“Saya minta Ketua Umum PB PMII itu meminta maaf secara terbuka atas pernyataan yang melukai perasaan masyarakat itu, khususnya melukai hati umat Islam Sulawesi Tengah,” kata Longki di Kota Palu, Rabu (17/5) dini hari.

“Dia mesti membaca sejarah bagaimana syiar Islam dibawa ke Sulteng oleh ulama-ulama Minangkabau seperti Dato Karamah sejak abad ke-17. Lalu kemudian berdatanganlah syech-syech dari Yaman,” imbuh Longki.

Sebelumnya, dalam pembukaan Kongres XIX PMII di Masjid Agung Darussalam Palu yang dihadiri Presiden Joko Widodo, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Menko PMK Puan Maharani dan Menristek Dikti Mohamad Nasir, Aminuddin Ma'ruf menyebutkan bahwa pihaknya sengaja memilih 'Bumi Tadulako' sebagai tempat penyelenggaraan kongres. “Pak Presiden, kami sengaja laksanakan kongres di Tanah Tadulako bertema meneguhkan konsensus bernegara untuk Indonesia berkeadaban karena tanah ini pusat radikal Islam. Di tanah ini pusat gerakan menentang NKRI,” ucapnya saat memberikan kata sambutan.

Menanggapi hal itu, Gubernur Longki berkata, “Apa maksud dia bicara seperti itu? Dia tahu dari mana dan apakah ada datanya bahwa Sulteng adalah pusat radikal Islam dan pusat gerakan menentang NKRI.” Longki menilai, ucapan itu adalah pernyataan yang tidak bermutu yang diucapkan oleh seorang intelektual muda Islam seperti Aminuddin Ma'ruf. (yps/ant)

Berita terkait
0
Rusia Mundur dari Pulau Ular Ukraina
Pengumuman hari Kamis, 30 Juni 2022, itu disampaikan setelah serangan oleh pasukan Ukraina terhadap posisi Rusia di pulau itu