Seberapa Besar Peluang Pasien Kanker Darah untuk Bertahan Hidup

Kanker darah sangat memerlukan deteksi dini, untuk mengurangi resiko kematian.
Kanker darah memerlukan deteksi dini, untuk mengurangi resiko kematian. (Foto: Tagar/Istimewa)

Jakarta, (Tagar 14/2/2019) - Kanker selalu menjadi momok yang menakutkan. Laporan yang dirilis oleh International Agency for Research on Cancer, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi terdapat 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian terjadi pada tahun 2018.

Oleh karena itu, sangat penting mengetahui gejala awal dari kanker darah. Karena penyakit mematikan ini sangat memerlukan deteksi dini, untuk mengurangi resiko kematian. 

Wajib diketahui, kanker darah terdiri dari 4 stadium yaitu stadium 1, 2, 3 dan 4. Keempat tahapan kanker ini memiliki gejala yang berbeda-beda.

Mengutip dari pengobatankankerdarah, berikut cara mengetahui gejala kanker darah dari stadium 1, 2, 3 dan 4.

Gejala Kanker Darah Stadium 1
Tahap awal merupakan yang paling ringan, stadium 1 ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada kelenjar getah bening. Tingkat resikonya termasuk sedang dan tidak terlalu berbahaya, karena sel kanker belum menyebar dan mempengaruhi organ fisik di dalam tubuh.

Gejala Kanker Darah Stadium 2
Selain terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening, memasuki stadium 2 ditandai dengan pembengkakan pada limpa dan hati, atau salah satu di antara kedua organ tersebut. Ada perkembangan yang cukup signifikan pada pertumbuhan limfosit. Tingkat resiko untuk tahap ini masih terbilang sedang.

Gejala Kanker Darah Stadium 3
Stadium 3 akan mempengaruhi lebih dari dua organ. Kanker sudah menyebar dan mempengaruhi organ lain di dalam tubuh. Para penderita akan mengalami anemia.

Gejala Kanker Darah Stadium 4
Stadium 4 adalah yang paling berbahaya, karena tahap terakhir perkembangan kanker. Tingkat keping darah akan menurun drastis. Jika di tahap 3 kanker menyebar ke organ tubuh selain limpa dan hati, pada tahap ini kanker akan mempengaruhi paru-paru. Di samping itu, anemia akan terjadi lebih akut. Tahap ini merupakan tahap yang paling beresiko.

Diagnosis Kanker Darah

Diagnosis kanker darah membutuhkan wawancara medis dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Dibutuhkan informasi riwayat keluhan-keluhan yang mengarah pada kanker darah. 

Selain itu, dokter akan mencari tanda melalui pemeriksaan fisik. Misalnya, kulit atau kelopak mata yang pucat akibat anemia yang terjadi, pembesaran kelenjar getah bening, dan sebagainya.

Kemudian diperlukan pemeriksaan penunjang, mencakup pemeriksaan darah rutin, apusan darah tepi, dan morfologi darah tepi. Pemeriksaan sumsum tulang juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis.

Di samping itu, pasien mungkin akan menjalani pemeriksaan tambahan untuk yang menentukan tingkat keparahan kanker darah. Setelah mengetahuinya, dokter dapat memutuskan penanganan yang paling sesuai.

Setelah dilakukan diagnosis barulah diketahui penanganannya. Kemoterapi merupakan salah satu penanganan utama kanker darah, menggunakan obat untuk membunuh sel-sel ganas.

Penanganan terapi tergantung dari jenis kanker darah yang diderita, pengobatan kemoterapi dapat menggunakan satu obat atau kombinasi beberapa obat. Obat yang digunakan dapat berupa obat minum atau obat suntik.

Berikut terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati kanker darah.

Terapi Radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sinar energi tinggi, untuk menghancurkan sel ganas dan menghentikan pertumbuhannya. Saat terapi radiasi berlangsung, pasien berbaring di tempat tidur, kemudian mengarahkan radiasi pada bagian-bagian tertentu dari tubuh.

Terapi Biologis
Terapi biologis membantu sistem daya tahan tubuh penderita leukemia untuk menyerang sel ganas.

Terapi Target
Terapi target dapat diberikan untuk menyerang sel ganas secara khusus. Misalnya, dengan menghentikan kerja dari protein tertentu pada sel ganas, yang dapat menghambat perkembangan dari penyakit.

Transplantasi Sel Punca
Sel punca, atau yang juga dikenal dengan istilah stem cell, dapat ditransplantasikan untuk menggantikan sumsum tulang yang sakit dengan sumsum tulang yang sehat.

Sebelum dilakukan transplantasi sel punca, pasien akan menjalani kemoterapi atau radiasi terapi dosis tinggi untuk merusak sumsum tulang yang sakit. Setelah itu, sel punca dapat diberikan untuk membangun sumsum tulang yang sehat. Transplantasi sel punca cukup serupa dengan transplantasi sumsum tulang. []

Berita terkait