Sebagai Presidensi G20 Indonesia Akan Cetak Sejarah Galang Kesepakatan Global

Sebagai pemegang Prsidensi G20 Tahun 2022 Indonesia diharapkan cetak tonggak sejarah dengan galang kesepatakan dunia menghadapi tantangan global
Ilustrasi. Bendera negara-negara G20. (Sumber: businessfornature.org)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

TAGAR.id - Sebagai pemegang Presidensi G20 pada tahun 2022 ini ada harapan besar dari negara-negara anggota G20 dan institusi keuangan global serta negara lain agar Indonesia bisa menggolkan kesepakatan global menyangkut pemulihan ekonomi dan keuangan serta perbaikan kehidupan di dunia.

Dengan mengusung tema besar "Recover Together, Recover Stronger" peluang Indonesia untuk menggalang kekuatan dunia melalui KTT G20 di Bali November 2022 untuk bersatu memulihkan perekonomian dunia pasca pandemi virus corona (Covid-19) juga sangat besar.

Langkah Indonesia sebagai pemegang Prsidensi G20 di tahun 2022 menggalang kesepatakan global menghadapi pandemi di masa depan agar tidak terulang lagi akan jadi tonggak sejarah dalam perjuangan Indonesia di kancah global.

Harapan itu sangat besar karena kondisi dunia yang tercabik-cabik akibat pandemi virus corona (Covid-19) sejak akhir tahun 2019 dan sekarang diperparah pula dengan invasi Rusia ke Ukraina serta berbagai konflik yang dipicu ekonomi dan politik.

Pandemi Covid-19 sudah mencabik-cabik perekonomian global ditambah pula oleh persoalan pasokan energi dan pangan, terutama gandum. Sektor pariwisata, misalnya, selama pandemi dilaporkan mengalami kerugian global

Perjalanan internasional turun 72% pada tahun 2020, tahun terburuk dalam catatan pariwisata dunia. Kondisi ini mengakibatkan 1,1 miliar lebih sedikit wisatawan internasional di seluruh dunia (pengunjung semalam) yang menempatkan jumlah pelancong dunia kembali ke level 30 tahun yang lalu.

dampak pandemi thd pariwisataTabel. Kerugian dunia pariwisata global akibat pandemi Covid-19.

Kerugian Sektor Pariwisata Dunia Tahun 2020

Pariwisata internasional mengalami peningkatan 5% pada tahun 2021, 22 juta lebih kedatangan wisatawan internasional (overnight visitors) dibandingkan tahun 2020 (427 juta berbanding 405 juta). Namun, kedatangan internasional masih 71% di bawah tahun pra-pandemi 2019.

Laporan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development - Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan), 30 Juni 2021, menyebutkan pariwisata internasional terpuruk karena pandemi virus corona (Covid-19) dengan kerugian lebih dari 4 triliun dolar AS terhadap PDB global di tahun 2020 dan 2021, menurut yang diterbitkan pada 30 Juni 2021.

Perkiraan kerugian yang disebabkan oleh dampak langsung pandemi Covid-19 terhadap pariwisata dan efeknya terhadap sektor yang terkait dengan pariwisata.

Laporan UNCTAD tersebut yang dipresentasikan bersama dengan laporan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO - UN World Tourism Organization), mengatakan pariwisata internasional dan sektor-sektor yang terkait erat dengan pariwisata mengalami kerugian sekitar 2,4 triliun dolar AS pada tahun 2020. Kerugian ini terjadi karena dampak langsung dan tidak langsung akibat kedatangan turis internasional yang turun tajam.

Awal pandemi Covid-19 yang tidak pernah terpikirkan akan berdampak luas bermula dari ketidakterbukaan China terkait dengan virus yang pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, China daratan.

Pernyataan pejabat China di awal pandemi kepada WHO akhirnya membawa malapetaka global. Upaya Ogranisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) untuk melakukan investigasi asal-muasal virus corona juga dihalang-halangi pemerinah China.

Kalau saja China lebih terbuka di awal pandemi, akhir tahun 2019, tentulah penyebaran virus corona tidak secepat yang terjadi.

sebaran negara g20Ilustrasi. Sebaran negara-negara G20. (Sumber: en.wikipedia.org)

Warga Wuhan Terbang Rayakan Imlek

Pejabat China mengatakan sudah bisa menangani virus corona, tapi ribuan warga Wuhan yang melancong awal Januari 2020 justru menyebarkan virus corona. Di beberapa negara kasus pertama virus corona melibatkan turis asal Wuhan dan warga yang baru pulang dari Wuhan.

Kalangan ahli memperkirakan turis Wuhan yang mengidap virus corona tidak menunjukkan gejala ketika mereka terbang ke ratusan kota di dunia. Tapi, secara medis mereka bisa menularkan virus corona melalui closed contact yang memungkinkan cairan dari mulut dan hidung masuk ke pernapasan orang lan.

China melakukan isolasi warga di Wuhan, tapi meloloskan warga Wuhan yang terbang untuk merayakan Tahun Baru Imlek Januari 2022. Ini jadi paradoks yang akhirnya membawa petaka dunia.

Pandemi virus corona ini jadi tonggak bagi Indonesia sebagai Presidensi G20 untuk mengajak anggota G20, yang juga anggota G7 dan Uni Eropa, untuk membuat kesepakatan dunia agar semua negara secara terbuka melaporkan penyakit yang baru terdeteksi di negaranya dan memberikan jalan bagi WHO untuk melakukan investigasi.

Kesepakatan juga dikuatkan dengan pemisahan politik dengan epidemi atau pandemi penyakit karena dampaknya sangat besar terhadap tatanan kehidupan dunia.

Kesepakatan negara-negara G20 terkait dengan pandemi dan epidemi yaitu memberikan wewenang yang lebih luas dan kuat kepada WHO untuk melakukan investigasi di sebuah negara yang melaporkan penyakit baru.

Harus ada sanksi keras dan tegas bagi negara yang menolak kehadiran WHO untuk melakukan investigasi terkait dengan penyakit baru di satu negara. Sanksi ini disepakati secara internasional.

Sementara itu G20 berhasil membahas pembentukan dana kesehatan multilateral untuk penanganan pandemi di masa depan, terutama dalam hal memperkuat kolaborasi antara keuangan dan kesehatan. Ini akan disampaikan di KTT G20 di Bali pada November 2022.

Selain mencabik-cabik perekonomian global, pandemi virus corona juga merusak sistem imunisasi dasar anak-anak di dunia. Di banyak negara imunisasi terhalang dan bahan terhenti yang akan berdampak buruk terhadap kesehatan anak-anak itu kelak di masa remaja dan dewasa dengan berbagai macam penyakit. Laporan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund- Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyebutkan 25 juta anak-anak di dunia belum mendapatkan imunasasi dasar.

Kondisi tersebut akan menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang akhirnya jadi beban negara karena mereka tidak berdaya.

Selain itu Dana Moneter Internasional (IMF - International Monetary Fund) juga menaruh harapan yang sangt besar terhadap kepemimpinan Indonesia sebagai Presidensi G20. IMF melihat berbagai kondisi mulai dari pandemi, perubahan iklim, keterbatasan bahan pangan, ancaman kelaparan dan konflifk politik membuat banyak negara di dunia yang menghadapi berbagai krisis.

Dalam kaitan itulah IMF menaruh harapan besar kepada Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 untuk mengajak negara-negara anggota G20 membantu negara-negara yang mengalami berbagai macam krisis.

Beberapa negara anggota G20, seperti Amerika Serikat dan Australia, bank sentral menaikkan suku bunga perbankan untuk mengatasi inflasi yang berkepanjangan. Tentu saja Bank Indonesia berperan besar sebagai bank sentral di negara yang memegang Presidensi G20 untuk mengajak bank-bank sentral anggota G20 agar membantu negara-negara miskin menghadapi krisis ekonomi dan krisis lain akibat gejolak inflasi dan kenaikan suku bunga perbankan.

Jokowi G20 5Presiden saat menghadiri KTT G20 di Osaka, Jepang, Jumat 28 Juni 2019. (Foto: Sekretariat Presiden)

Sebagai Presidensi G20 Indonesia menyelenggarakan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting /FMCBG) Negara G20 yang ketiga di Nusa Dua, Bali, 15 Juli 2022. Dikabarkan Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, memuji langkah Indonesia ini karena sukses di saat dunia menghadapi berbagai gejolak terkait dengan kenaikan harga energy dan pangan serta masalah kesehatan yang diperparah dengan invasi Rusia ke Ukraina.

Dengan menggalang kekuatan global Indonesia akan jadi negara yang memegang kendali untuk melakuka koordinasi jangka panjang dalam memulihkan perekonomian dan keuangan dunia untuk mengembalikan kehidupan seperti masa sebelum pandemi.

Pada akhirnya peranan sentral ada di tangan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), yang jadi tuan rumah KTT G20 di Bali pada November 2022. Presiden Jokowi diharapkan dengan kharismanya akan mengajak dan memobilisasi dukungan dari semua pemimpin negara G20 untuk membantu negara-negara miskin dan negara-negara yang menghadapi konflik (Bahan-bahan: WHO, IMF, UN, UNICEF, UNCTAD, UNWTO, nytimes.com, dan sumber-sumber lain). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Presidensi G20 Indonesia Dorong Tercapainya Pemulihan Ekonomi Global yang Berkelanjutan
Dalam pertemuan tersebut juga hadir Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins dan UK COP26 Envoy John Murton.
0
Sebagai Presidensi G20 Indonesia Akan Cetak Sejarah Galang Kesepakatan Global
Sebagai pemegang Prsidensi G20 Tahun 2022 Indonesia diharapkan cetak tonggak sejarah dengan galang kesepatakan dunia menghadapi tantangan global