Sandiaga Uno Bombastis Tiru Gaya Donald Trump

Sandiaga Uno bombastis tiru gaya Donald Trump. 'Tidak peduli tidak masuk akal, asal bisa bikin heboh.'
Bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno menari bersama seniman saat mengunjungi Kampung Budaya Topeng Malangan Polowijen, Malang, Jawa Timur, Rabu (12/9/2018). Sandiaga menyatakan dukungannya terhadap upaya kreatif masyarakat Polowijen untuk melestarikan budaya sekaligus menggerakkan perekonomian melalui pasar budaya di kawasan tersebut. (Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto)

Jakarta, (Tagar 19/9/2018) - "Ya, tampaknya pakai gaya Trump. Ngomong bombastis, tidak peduli tidak masuk akal, asal bisa bikin heboh sehingga mendominasi wacana publik baik di media maupun sosmed. Popularitas meningkat meski oleh berita dengan tone negatif," ujar politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menanggapi pernyataan-pernyataan kontroversial Sandiaga Uno akhir-akhir ini.  

Bakal calon presiden Sandiaga Salahuddin Uno tengah bergerilya mendekati masyarakat di berbagai daerah. Jelang waktu kampanye Pilpres 2019, ia kerap kali melontarkan pernyataan yang dinilai kontroversial oleh publik.

1. 100 Ribu Hanya Dapat Bawang dan Cabai

Sandi memang sedang rajin blusukan ke pasar tradisional, maupun ke tengah masyarakat untuk 'dekati kaum emak-emak.' Ia terlihat akrab dan sering berbincang untuk mendengarkan aspirasi kaum hawa terutama terkait permasalahan ekonomi.

Salah satu aspirasinya datang usai dirinya berkunjung ke Pekanbaru, Riau. Sandi menceritakan keluhan seorang ibu rumah tangga saat bertemu dirinya. Menurut pengakuan ibu tersebut, ia bertengkar dengan suaminya akibat uang belanja tak cukup untuk membeli bahan pokok yang sedang melambung

"Di Pekanbaru Ibu Lia cekcok sama suaminya gara-gara uang belanja dikasih Rp 100 ribu pulang cuma bawa bawang sama cabai. Kita bicara ini lepas dari politik praktis, warga terbebani," ujarnya di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (5/9).

Terkait pernyataannya, Sandi menyebut bagian dari perhatiannya terhadap kenaikan harga bahan pokok dan nilai tukar rupiah. Bukan merupakan pernyataan politis. Namun, tetap saja kemudian menjadi bahan perbincangan publik.

"Kita kesampingkan politik dulu, saya ingin statemen tidak saling serang. Saya ingin tidak saling serang soal ekonomi, biarkan pemerintah melakukan langkah sendiri," jelasnya.

2. Tempe Setipis Kartu ATM

Pernyataan kontroversi Sandi berawal dari penguatan dolar terhadap rupiah. Kondisi tersebut, menurutnya mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat kecil kian sulit.

Ia mengaku tak berbicara berdasarkan asumsinya, namun dari cerita masyarakat yang ia pernah temui. Seperti pengalamannya bertemu dengan pedagang tempe di kawasan Duren Sawit. Pedagang tersebut mengaku mengecilkan ukuran tempe setipis kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) akibat kenaikan harga dolar.

"Saya bertemu Ibu Yuli di Duren Sawit yang mengatakan ukuran tahu yang diproduksinya dikecilkan karena tidak mungkin menaikkan harga tahu disebabkan faktor daya beli," tutur Sandi dalam konferensi pers di Kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9).

"Dan tempe katanya sekarang sudah dikecilkan, dan tipisnya sudah hampir sama kartu ATM," sambungnya.

Kata Politikus Soal Pernyataan Sandiaga Uno

Pernyataan-pernyataan Sandi yang kontroversi tak hanya menimbulkan pembicaraan publik saja. Politikus koalisi Jokowi-Ma'ruf pun turut menanggapi pernyataan Sandiaga Uno, si cawapres Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Misal, pernyataan Sandi yang kontroversial imbas dari melemahnya rupiah sebenarnya telah dibantah oleh masyarakat sendiri.

"Jadi agak lebay dan tidak sesuai realitas maka dilawan masyarakat sendiri, misalnya ada berbagai kesaksian dokumenter para ibu yang mementahkan statemen SU,"  ungkap Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari saat dihubungi Tagar News, di Jakarta, Selasa (18/9).

Sebab, menurut Anggota Komisi XI DPR ini harga sejumlah kebutuhan memang naik, namun masih wajar mengingat inflasi rendah sekitar tiga persen.

"Harga memang naik tapi masih tingkat wajar, kan inflasi kita rendah sekitar tiga persenaan. Belakangan dikoreksi timses SU bahwa pernyataan hanya perumpamaan," jelas Eva.

Bila mengingat gaya Sandi yang cenderung mengeluarkan pernyataan kontroversial jelang Pilpres, terlihat tak jauh berbeda dengan gaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump dulu. Politikus Senior PDI Perjuangan ini pun melihat kesamaan gaya Sandi dengan Trump, yang sukses menaikkan elektabilitasnya lewat pernyataan kontroversial.

"Ya, tampaknya pakai gaya Trump. Ngomong bombastis, tidak peduli tidak masuk akal, asal bisa bikin heboh sehingga mendominasi wacana publik baik di media maupun sosmed. Popularitas meningkat meski oleh berita dengan tone negatif," ujarnya.

Meski demikian, menurutnya koalisi Jokowi-Ma’ruf tak khawatir dengan gaya Sandi yang melontarkan pernyataan kontroversial seperti Trump. Sebab koalisi Jokowi-Ma'ruf tahu betul gaya tersebut berisiko.

Lontaran kritik yang terus diembuskan koalisi Prabowo-Sandi hingga kini pun, menurut Eva, bukan kritik yang kemudian melahirkan solusi.

"Meski mereka statemen akan fokus ke isu ekonomi tapi hingga saat ini belum ada alternatif solusi, konsep, gagasan, ide apalagi program. Mereka masih hanya kritik-kritik, mengecam," tukasnya.

Eva berharap, pada penyelenggaraan Pilpres 2019 tak ada lagi isu yang demikian lagi. Koalisi Prabowo-Sandi bisa segera adu gagasan dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf.

"Semoga tidak demikian seterusnya. Segera adu gagasan terwujud agar mencerdaskan publik dan pemilih," pungkas Eva.

Pernyataan Kontroversial Sandi Tiru Gaya Trump?

Gaya Sandi memang mirip dengan gaya Trump saat berkampanye pada pemilihan presiden di Amerika Serikat. Trump diketahui berhasil menjadi orang nomor satu dengan pernyataan kontroversialnya.

Namun, Ketua DPP Partai Gerindra Sodik Mudjahid menolak jika Sandi dinyatakan meniru gaya Trump untuk mencari simpati publik di Pilpres 2019.

"Sama sekali tidak (meniru gaya Trump). Sandi bukan tipe begitu," jelasnya kepada Tagar News di Jakarta, Selasa (18/9)

Ia berharap publik tak lagi meributkan pernyataan-pernyataan Sandi yang dinilai kontroversial.

"Kenapa diskusinya bukan hal yang konsepsional dan susbtansial," ujarnya.

Pasalnya, pernyataan Sandi sudah dengan jelas dikonfirmasi ke publik, bahwa pernyataan tersebut berupa perumpamaan saja.

"Soal tempe setipis ATM kan hanya simbolik saja, soal 100 ribu untuk bawang hanya menunjukkan mahalnya harga harga, dan soal dengan RK (Ridwan Kamil), kan sudah ada pernyataan lanjutan dari Sandi," tukasnya.

Kata Pengamat Politik

Menyikapi pernyataan kontroversial Sandi, Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai koalisi Prabowo-Sandi sudah sadar kunci kemenangan Pilpres 2019 adalah soal manajemen isu.

"Kubu Prabowo sudah mulai sadar. Bahwa kunci kemenangan Pilpres adalah soal isu. Bagaimana manajemen isu yang positif terhadap kandidat," ungkap Pangi saat dihubungi Tagar News.

Prabowo yang berpengalaman dalam Pilpres, menurutnya sudah paham mengapa kalah dalam kontestasi elektoral Pilpres. Sebab, isu dan bahasa yang dipakai selama ini terlalu tinggi, sehingga tidak mengena di level masyarakat bawah, alias kurang membumi.

"Karena Prabowo sadar soal ini, maka beliau minta Sandi yang mainkan isu dan selera rakyat kelas bawah. Prabowo membereskan isu elit kelas atas seperti soal utang, ekspor impor, kemandirian bangsa dan seterusnya," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu.

Ketika Prabowo menemukan formulanya, Sandi menurutnya piawai memainkan perannya. Ia mampu mengimbangi Prabowo dengan mendekati kelas bawah yang tak bisa disentuh Prabowo.

"Sandi cukup piawai dan mahir dalam mengelola diksi bahasa. Bahasa emak-emak, tempe setipis ATM, telur, bawang, seratus ribu dapat apa dan sebagainya, ini bahasa kelas bawah. Rakyat bawah sekali pun mudah menangkap apa yang disampaikan Sandi," terangnya.

Pemilih Prabowo selama ini, menurut Pangi, segmennya adalah kelas atas, anak kuliah, pemilih yang kritis dan rasional. Sementara pemilih Jokowi mayoritas pemilih populis, kelas bawah, mudah digiring oleh opini atau frame media.

Sadar ingin menggaet suara pemilih Jokowi yang 79 persen pemilih kelas bawah, Prabowo lantas menempatkan Sandi yang paham bahasa rakyat kelas bawah.

"Sandi paham bahwa begitu penting menyelam dan memahami bahasa rakyat kelas bawah, sehingga mereka rakyat  paham, dan Sandi mencoba menyederhanakan dengan bahasa sederhana terkait apa yang sedang dibutuhkan masyarakat, apa yang diinginkan masyarakat, apa yang menjadi kehendak dan keluhan rakyat kelas bawah," tandasnya.

Peneliti di Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati juga menilai pernyataan kontroversi Sandi merupakan strategi kampanye, untuk mendapatkan respon dari publik.

"Ya saya pikir itu bagian dari strategi kampanye mereka dengan mengeluarkan pernyataan kontroversial maka akan mendapatkan respons publik," ujarnya.

Karena koalisi Prabowo-Sandi sadar, jika pernyataan kontroversial dapat dengan cepat memperoleh perhatian publik.

"Kubu Prabowo-Sandiaga ini paham benar kalau publik akan langsung melek, manakala ada berita yang berseberangan dengan berita-berita mainstream lainnya sehingga mengeluarkan pernyataan tersebut," pungkas Wasisto. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.