Sandiaga Minta Kaum Milenial Jangan ke Luar Negeri

Sandiaga minta kaum milenial jangan ke luar negeri. "Untuk 'milenial' (generasi Y, kelahiran antara tahun 1980 hingga awal 2000-an, red) jangan dulu ke luar negeri,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Presiden Toyota Motor Corporation Akio Toyoda (kanan), dan Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono (kedua kanan) meresmikan ekspor completely built up (CBU) lebih dari satu juta unit Toyota di kawasan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, Rabu (5/9/2019). Toyota Indonesia mencatatkan ekspor total sebanyak 1,38 juta unit kendaraan CBU‎ sejak pengapalan Kijang generasi ketiga pada Agustus 1987 hingga Juli 2018. (Foto: Ant/Puspa Perwitasari)

Jakarta, (Tagar 5/9/2018) – Sandiaga Uno mengimbau agar para "milenial" untuk saat ini tidak melakukan perjalanan ke luar negeri.

"Untuk 'milenial' (generasi Y, kelahiran antara tahun 1980 hingga awal 2000-an, red) jangan dulu ke luar negeri, 'sorry to say, you guys millennial like to travel, for the sake of the country' tahan dulu ke luar negerinya, yang 'weekend' ke Singapura, KL, fokus pariwisata di sini," kata Sandiaga di Jakarta Selatan, Rabu.

Bakal Calon Wakil Presiden RI pasangan Prabowo Subianto tersebut menyampaikan hal itu disebabkan nilai tukar (kurs) mata uang rupiah terhadap dolar Amerika melemah dan sudah menembus Rp 15.029.

Dia juga menganjurkan untuk para konglomerat besar, agar mengkonversi simpanan dari dolar ke dalam bentuk rupiah seperti yang dilakukannya.

Saat ini waktunya sama-sama membela negara, jangan sampai terpecah belah.

"Spekulan banyak, jangan mau kita terkecoh, apalagi mereka banyak akalnya daripada akhlaknya," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Ditambahkan Sandiaga tentang pertemuannya semalam dengan Bakal Capres, Prabowo Subianto yang membahas hal yang sangat krusial, dan mengkhawatirkan yaitu masalah ekonomi.

Disebutkan, pertemuan mendadak tersebut dilakukan, karena melihat gejolak ekonomi, dipicu oleh beberapa hal yang dirasakan masyarakat, yang akan semakin terasa dan dinamis.

"Menurut saya kepemimpinan yang kuat harus hadir sekarang, ekonomi akan menjadi trik perjuangan Prabowo-Sandi," kata Sandiaga. Ekonomi akan menjadi isu yang sentral dan harapannya bangsa dikuatkan.

Stabilisasi Nilai Tukar

Sementara di tempat berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyakini kebijakan ekonomi pemerintah bisa membantu stabilisasi nilai tukar rupiah, meski dampaknya belum terlihat dalam waktu dekat.

"Kita sudah bergerak, tapi secepat-cepatnya bergerak, respons di pasar tidak kalah cepatnya. Jadi artinya perlu waktu, sehingga kita percaya hari-hari ini kurs akan lebih tenang dibandingkan hari-hari kemarin," kata Darmin seperti dikutip Antaranews di Jakarta, Rabu.

Darmin mengatakan, kebijakan ekonomi pemerintah telah diupayakan untuk memperbaiki kinerja neraca perdagangan maupun neraca transaksi berjalan yang saat ini masih tercatat defisit dan menjadi salah satu penyebab terjadinya perlemahan rupiah.

Upaya tersebut, antara lain, dengan memperbaiki proses kemudahan berusaha melalui sistem pelayanan terpadu (OSS) untuk mendorong investasi berbasis ekspor maupun subtitusi impor dan memberikan insentif pajak kepada pelaku usaha.

Kemudian, tambah Darmin, pemerintah mendorong pemanfaatan bahan bakar biodiesel (B20), untuk mengurangi impor BBM terutama solar dan menekan impor migas, yang selama ini rutin menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan.

"Kalau ini berjalan, semestinya neraca perdagangan bisa selesai, pada akhir tahun. Tapi, neraca transaksi berjalan, memang belum, meski kami harapkan bisa mulai turun dari triwulan II sebesar tiga persen terhadap PDB, menjadi 2,6 persen-2,7 persen terhadap PDB, di akhir tahun," ujarnya.

Selain itu, untuk memperkuat devisa, pemerintah berupaya untuk meningkatkan gairah sektor pariwisata agar jumlah kunjungan wisatawan asing melalui pemberian KUR bagi pelaku usaha maupun jasa yang ingin berinvestasi dalam bisnis ini.

"Itu semua sudah disiapkan, tapi yang investasi mana? Iya harus pelan-pelan, kita tidak bisa paksa orang untuk investasi. Kita cuma bisa menawarkan, ada fasilitas ini dan bunganya murah," ujar Darmin.

Darmin memastikan melalui perbaikan dalam neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan secara keseluruhan, maka fundamental ekonomi akan semakin kokoh, karena pemerintah tidak bisa mengantisipasi terjadinya sentimen dari eksternal.

"Kalau ada sentimen, kita tidak bisa lagi menjawabnya dengan sentimen. Harus ada langkah konkrit juga. Di mana konkritnya, yaitu di titik lemah kita. Titik lemahnya di defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan," kata mantan Gubernur Bank Indonesia ini.

Kondisi Perekonomian Baik

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan bahwa kondisi perekonomian nasional cukup baik namun perlu diwaspadai dampak buruk kondisi yang terjadi di Argentina.

"Kami bersama OJK, BI, dua menko dan Mendag melaporkan kondisi terkini perekonomian Indonesia," kata Sri Mulyani usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.

Dia menyebutkan, laju inflasi cukup terkendali dengan stabilitas harga harga di dalam negeri termasuk harga pangan yang terjaga.

"Kami melihat pergerakan global tentu akan diwaspadai karena dinamika dari sentimen Argentina itu sangat tinggi yang terkadang dikombinasikan dengan negara-negara emerging lain," ujarnya.

Menurut dia, pemerintah bersama otoritas moneter dan OJK akan meningkatkan sinergi dalam mengelola perekonomian nasional.

"Koordinasi dari sisi informasi, langkah yang akan dilakukan untuk menjaga stabilitas akan terus sehingga kami dapat langsung melakukan penyesuaian kalau memang diperlukan," jelasnya.

Menurut Menkeu, karena situasi buruk perekonomian global belum akan selesai, maka pemerintah harus mengantisipasi dampak buruk bagi perekonomian nasional.

Pemerintah bersama otoritas berwenang akan menjaga kondisi pasar surat berharga, pasar portofolio dan nilai tukar dan dinamika sektor riil agar tetap baik.

Untuk saat ini, lanjut Menkeu, fokus pemerintah adalah bagaimana mengurangi sentimen yang berasal dari neraca pembayaran. Selama ini yang disebut sebagai salah satu sumber gejolak ekonomi adalah dari transaksi berjalan dan neraca perdagangan.

"Langkah yang bisa dilajukan dalam jangka sangat pendek adalah melakukan pengendalian dari sisi kebutuhan devisa, karena ini yang bisa dikontrol," kata Sri Mulyani. []

Berita terkait