Sambut Hari Air Sedunia, Pasangan Ini Nikah Massal di Pertemuan Dua Sungai

Ada yang unik lagi. Mahar nikah berupa pembacaan teks Pancasila dan buah durian.
Pengantin dalam nikah bareng di Taman Tempuran Cikal Piyungan, Kabupaten Bantul, Rabu (20/3). Acara digelar dengan unik. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Bantul, (Tagar 21/3/2019) - World Day for Water atau Hari Air Sedunia jatuh pada 22 Maret. Enam pasang pengantin melepas masa lajang, menjalani prosesi pernikahan dalam rangka menyambut Hari Air Sedunia itu.

Perayaan nikah bareng ini yang dipusatkan di Taman Tempuran Cikal Piyungan, Kabupaten Bantul ini tergolong unik. Tempat ini merupakan pertemuan dua sungai, Sungai Gawe dan Sungai Opak. Mereka menjalani ijab kabul bersamaan di tempat itu. Ada yang di gazebo bambu berketinggian 10 meter, di atas flying fox, di atas hammock, di atas perahu, di atas speed boat dan di atas kano.

Ada yang unik lagi. Mahar nikah berupa pembacaan teks Pancasila dan buah durian. Ini ada pesan moralnya. Mereka dalam membina rumah tangga dan mendidik anaknya sesuai dengan nilai luhur Pancasila. Buah durian dengan duri yang tajam diibaratkan tameng, yakni Tuhan YME.

Ketua Pelaksana Golek Garwo dan Nikah Bareng Nasional, Ryan Budi Nuryanto mengatakan, nikah massal yang bertema Unity in Diversity ini bertepatan dengan dua momen sekaligus. Memperingati World Day for Water serta mengkampanyekan Pemilu 2019 agar berlangsung damai.

"Hajatan ini digelar untuk menyebarkan pesan menjaga keberlangsungan air sebagai sumber kehidupan, menjaga kebersihan sungai serta menyukseskan Pemilu 17 April 2019 untuk kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Ryan di sela acara nikah massal, Rabu (20/3).

Pengantin YogyakartaPengantin dalam nikah bareng di Taman Tempuran Cikal Piyungan, Kabupaten Bantul, Rabu (20/3). Acara digelar dengan unik. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Acara ini menarik antusias masyarakat. Sebelum nikah massal digelar, tamu undangan yang hadir dan masyarakat  membubuhkan tanda tangan untuk deklarasi Saya Indonesia. Setelah itu kirab Golong Gilig, barisan paling depan sepasang muda mudi membawa kendi berisi air perwito sari dan prasasti, bergodo prajurit, tolak bala edan-edanan. Enam pasang pengantin berada paling belakang di pawai itu.

Bupati Bantul, Suharsono, yang hadir dalam acara itu mengapresiasi acara ini. Dia berpesan kepada para pengantin dalam membangun rumah tangga agar saling menghargai. "Menikah adalah pintu masuk membangun keluarga. Dari keluarga menjadi awal mendidik anak," katanya.

Wajah para pengantin tampak bahagia. Mereka menjalani prosesi pernikahan yang tidak lazim. Pernikahan mereka disaksikan ribuan orang.

Lantas berapa rupiah yang dikeluarkan para pengantin untuk hajatan ini? Mereka sama sekali tidak mengeluarkan uang. Bahkan mereka mendapatkan fasilitas seperti biaya nikah, mahar teka Pancasil dan buah durian, seperangkat alat salat, cincin kawiin, ijab unik, pesta kerakyatan, bingkisan pengantin. Busana dan tata rias pengantin gratis, demikian juga dokumentasi dan bulan madu.

Keenam pasang pengantin tersebut adalah Utomo (57) warga Bantul-Sri Mujiati Ningsih (53 th) Yogyakarta, Nurahman Popo (33) warga Bantul-Dian Yulistianti (36) warga Bantul, Sugiman (39) warga Sleman dan Siti Nur Khasanah (35) warga Sleman, Yuswantoro (36) warga Bantul dan Ida Satriani (32) warga Kulonprogo, Dwi Riyanto (35) warga Bantul-Sudarmi Dyah Wulandari (37) warga Grobogan Jawa Tengah serta Bejo Ismaryono (42) warga Yogyakarta-Melani Praptiningsih (39) warga Yogyakarta.

Pernikahan ini dipimpin oleh Kepala KUA Piyungan Ari Iswanto dan penghulu Syaifudin. Acara ini merupakan even nikah bareng ke-35 kali Forum Ta’aruf Indonesia ( Fortais) Sewon, Bantul. Hajatan bekerja sama dengan Pokdarwis Tirto Girimulyo Piyungan dan didukung SAR DIY.

Baca juga: Mau Suvenir Gratis Seharga Rp 1,77 Miliar? Datang ke-3 Pernikahan Indonesia Ini

Berita terkait